Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

After "us" | 4

"Jangan lupa di baca ya!" Gadis itu membungkukan badannya sedikit kemudian berbalik. Matanya bertemu beberapa detik dengan Naya, senyum di gadis itu menghilang. Tidak ada lagi senyum yang mengembang, wajahnya tidak seramah pada Rafa tadi. Bahkan kini, tidak bisa dibilang ramah sama sekali.

Rafa melihat perubahan ekspresi Naya, ia merangkul perempuan di sampingnya, "kamu tau persamaan kamu sama dia?" ucap Rafa memandangi punggung cewek tadi yang semakin kecil terlihat.

"Gak ada samanya, gak usah disama-samain!" sewot Naya.

Rafa hanya terkekeh, kemudian ia menyalakan mesin motornya, "kalo kamu sama motor aku tau apa samanya?" tanya Rafa.

Naya mencebikkan bibirnya, moodnya kali ini turun, "udah ah cepetan!" cewek itu menyandarkan dahinya di punggung Rafa.

"Tuh kan, sama-sama suka ngegas,"

"Apasih Rafa ah!" Naya memukul pelan bahu Rafa.

"Mau langsung pulang?" tanya Rafa setelah keluar gerbang.

"Mau, pulang aja," jawab Naya cepat.

"Gamau ah," balas Rafa.

"Ihh kenapasih! Nyebelin tau gak!"

"Iya iya, marah-marah terus sih."

"Bodo amat!" jawab Naya ketus.

Rafa hanya menggelengkan kepalanya heran dengan kelakuan Naya, mungkin cewek itu sedang dalam masa periodenya.

"Nay," ucap Rafa pelan. Setelah beberapa menit mereka hanya diam, mendengar deru motor yang berlalu lalang.

"Hmm?"

Rafa tidak melanjutkannya, ia membelokan motor ke salah satu kafe yang terletak tidak terlalu jauh dengan sekolahnya.

"Makan dulu?" tanya Naya setelah Rafa mematikan mesin motornya.

"Ikut pipis," Rafa terkekeh, ia kemudian menggandeng lengan Naya dan menautkan jemarinya dan duduk disalah satu meja kosong yang berada di kafe tersebut.

Mereka memesan dua porsi mie bulgogi dan dua gelas lemon tea, setidaknya daripada panas-panasan dijalan, lebih baik mereka makan terlebih dahulu.

"Raf, pernah gak sih ngerasa bosen sama aku?" tanya Naya kemudian mengaduk lemon teanya dengan sedotan.

"Emm, enggak tuh, kenapa? Bosen?" tanya Rafa to the point.

Naya menghela napasnya, "maybe."

"Tau kok, ke-li-ha-tan," ucap Rafa menekankan setiap suku katanya.

"Jangan bosen-bosen, jangan cuek, yang nunggu kita putus banyak," ucap Rafa melanjutkan makannya.

"Siapa yang bilang mau putus?" tanya Naya sebal.

"Siapa yang bilang? Gak ada yang bilang mau putus Nay, kenapa sih?" Rafa sedikit heran dengan cewek didepannya ini.

Rafa mengeluarkan kertas yang sebelumnya diberikan adik kelas bernama Jeslyn itu. Ia membacanya, ternyata sebuah undangan pesta ulang tahun.

"Mau dateng?" tanya Rafa menaikan sebelah alisnya.

"Yang diundangnya itu kamu, bukan aku,"

"Mau dateng?" tanya Rafa ulang, karena yang barusan Naya ucapkan bukan jawaban yang Rafa mau.

"Sana aja dateng," ucap Naya kelewat bete.

"Siap, nanti malem dandan yang cantik!"

Naya hanya menggelengkan kepala, itu bukan tawaran atau ajakan, tapi pemaksaan.

Ponsel Rafa berbunyi, sebuah panggilan video masuk ke ponselnya, entah dari siapa, karena nama kontak itu hanyalah Dpt1647.

Rafa sedikit mengerutkan keningnya, kini dirinya pindah posisi, yang semula berada di depan Naya, kini ia sudah berada disampingnya.

"Kenapa?" tanya Naya bingung.

"Kamu aja yang angkat," ucap Rafa memberikan ponselnya.

Naya mengambil ponsel itu, kemudian menslide answer.

Layar ponsel itu hanya hitam. Naya mendekatkan wajahnya ke kamera. "Halooo, siapa? Fansnya Rafa ya? Rafanya lagi sibuk, tiga detik gak jawab saya putus ya sambungannya," ucap Naya sedikit kesal dan Rafa terkekeh mendengarnya.

Satu..

Dua..

Tiga..

Tidak ada jawaban. Naya memutus sambungannya. "Iseng!" ucap Naya kemudian menyimpan ponsel tersebut di atas meja.

Tak lama, ponselnya bergetar lagi. Naya langsung mengambilnya dan menjawabnya, kali ini bukan video call, melainkan hanya telepon biasa.

"Halooo.." ucap Naya ramah.

Hanya suara isakan yang terdengar dari sebrang telepon.

Naya menekan tombol loud speaker.

"Horor banget sih!" bisik Naya pada Rafa.

Sambungan kemudian diputus oleh si penelpon.

"Siapa sih Raf?" tanya Naya kemudian membuka room chat dengan Dpt1647 yang ternyata masih kosong.

"Gak tau, pulang aja gimana? Nanti keburu hujan." Rafa memasukan ponselnya kedalam saku.

Naya menganggukan kepala seraya bangkit, setelah Rafa melakukan pembayaran, mereka langsung menuju parkiran.

Rafa mengantar Naya pulang, setelahnya iapun langsung pulang. Suasana sepi kembali terasa, ia yang kini hidup sendiri sudah tidak peduli lagi. Setidaknya, ia masih memiliki Naya. Naya yang siap mengisi hari-hari baru di setiap detik kehidupannya.

Cowok itu membersihkan badan kemudian bermain PS. Suara bel yang dipencet berulang-ulang mengganggu fokusnya, "bentar!" teriak Rafa dari kamarnya.

"Ahh! Sialan! Kalah kan!" gerutu cowok itu.

Rafa menuruni anak tangga dengan cepat, kemudian bergegas menuju pintu utama. Melihat bagaimana rupa manusia yang sudah mengganggunya.

"Ada paket Mas!" ucap seorang Mbak-mbak berseragam tukang kirim paket.

Rafa menandatangani surat keterangan penerimaan barangnya. Tidak tercantum nama pengirim disana. "Dari siapa?" tanya Rafa memerhatikan bungkusan coklat seukuran kotak sepatu ditangannya.

Mbak-mbak itu hanya tersenyum seraya mengedikan bahunya. Ia kembali pada motor yang sebelumnya dipakai.

"Mbak!" teriak Rafa ketika Mbak itu keluar pagar rumah Rafa.

Mbak-mbak itu mengerem motornya kemudian melirik Rafa, "kenapa Mas?" tanyanya bingung.

"Resleting jeansnya kebuka!" teriak Rafa terkekeh, iapun masuk kedalam rumah dan menutup pintunya. Wajah mbak-mbak itu merah padam, "sialan!" gumam Mbak itu kemudian melanjutkan perjalanannya mengantar paket yang lain.

Rafa mengambil gunting untuk membuka bungkusan paket itu. Ia membuka kotak yang membungkusnya, dan terlihatlah sebuah teddy bear pink berukuran kecil didalamnya.

Salah alamat?

Rafa kembali menutupnya, bukankah didaerah sini tidak ada anak kecil perempuan? Cowok itu menyimpan kotaknya dibawah kursi. Kemudian ia tidak peduli, ia kembali melanjutkan aktivitas sebelumnya; bermain game.

Pukul 19.00 Rafa sudah duduk diruang tamu kediaman Naya. Ia dipaksa mencoba semua kue yang Mama Naya buat. Kini, seraya menunggu Naya selesai berdandan, Rafa mendengarkan ocehan Mama Naya yang sangat antusias memceritakan banyak hal.

"Dulu itu ya, Naya susah banget disuruh tidur, pasti sebelum tidur permintaannya itu aneh-aneh," ucap Mama Naya gemas.

"Oh iya tante, kaya gimana?" tanya Rafa menimpali.

"Ma.., udah deh, Naya malu ah!" ucap Naya yang kini turun dari kamarnya.

"Yaudah, kapan-kapan, nanti kita cerita lagi ya Rafa?" tawar Mama Naya.

Rafa menganggukan kepalanya kemudian bangkit karena Naya sudah menunggu di depan pintu. "Jangan lewat jam sembilan oke?" ucap Mama Naya khawatir.

"Siap!" jawab Naya kemudian pamit.

"Kamu ganti mobil?" tanya Naya memerhatikan mobil Rafa yang semula berwarna putih kini menjadi warna merah.

Rafa tidak menjawabnya, "kenapa merah?" tanya Naya lagi.

"Karena gak hitam Nay," sejujurnya Rafa juga tidak punya alasan kenapa ia memilih warna merah.

"Terserah ah, ikut ke Lombok gak?"

"Ikut deh," jawab Rafa seadanya.

"Kalau aku gak ikut?" tanya Naya lagi.

"Aku paksa ikut,"

Naya memutar bola matanya, "jujur, aku sebenernya males tau dateng ke acara ulang tahun cewek itu," aku Naya.

"Terus kenapa mau?" tanya Rafa yang memelankan laju mobilnya.

"Pengen liat aja," jawab Naya,

"Yaudah, kalau gak mau gak usah jadi aja gimana?" tawar Rafa memberhentikan mobilnya.

"Eh, gakpapa?" tanya Naya sedikit merasa tidak enak.

"Everythings for you baby!" ucap Rafa kemudian memutar balik arah mobilnya.

"Really?" Naya menaikan kedua alisnya.

"Ya!" Rafa menganggukan kepalanya mantap.

"Gimana kalau kamu ajak aku ke tempat yang biasa kamu datengin tapi gak pernah aku datengin?" tanya Naya. Sebenarnya ia 'sedikit' penasaran dengan club malam yang biasa Rafa kunjungi.

"Gak boleh ah, nanti kamu diincer buaya disana!"

"Kamu juga salahsatunya?" tanya Naya.

"Bukan, udah Naya bikin kue aja dirumah sama Mama ya?" bujuk Rafa.

Naya hanya mencebikan bibir, memangnya kenapa tidak boleh? Jika itu tidak baik untuknya, apa itu baik untuk Rafa? Memangnya ada apa disana? Sampai-sampai ia tidak boleh kesana?

TBC..

Ada apa coba?

Nih aku lanjut:) aku gak suka liat kalian kecewa. Jadi ada 2 work aku sekarang yang lagi on going.

After us sama Promise Where.

Semoga bisa konsisten up cepet

Kasih aku inspirasi dong kenapa aku harus lanjutin cerita ini? Soalnya aku belum nemuin tujuan cerita ini.

Instagram; bellaanjni

Bellaanjni

Bandung, 31 Mei 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro