After This[7]
Semuanya hanya lelucon; pertemuan kita, seseorang yang mirip denganmu. Ini semua hanya lelucon yang dimainkan oleh semesta.
-Alfa Bagaskara.
⏳⏳⌛
Alfa menatap tajam seorang gadis yang ada di hadapannya. Pria itu memberikan tatapan membunuh yang terlihat sangat mengerikan bagi siapa pun yang melihatnya.
"Mau lo apa?" tanya Alfa dengan nada yang tidak bersahabat.
Gadis itu menyeringai. "Gue mau Starla ngerasain apa yang Lea rasain."
Alfa mengepalkan kedua tangannya. Gadis di hadapannya ini benar-benar berbahaya.
"Starla nggak ada hubungannya dengan Lea," desis Alfa.
"Oh, ya?" tanya gadis itu, "kalau semisal mereka punya hubungan darah gimana? Lo nggak tahu, kan, Om Fasha selicik apa? Bahkan dulu dia menukar Lea dengan Lia."
"Pergi!" seru Alfa. Pria itu benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.
"Sudah gue bilang, kan? Untuk apa lo pindah keluar kota kalau pada akhirnya lo malah dilanda rasa penasaran." Gadis itu tertawa sejenak dan melanjutkan ucapannya. "Selamat bersenang-senang, my future," ucapnya seraya membelai dagu Alfa, tetapi pria itu segera menepisnya.
Alfa memukul meja yang ada di hadapannya, di mana itu membuat semua orang menatap ke arahnya. Pria itu gelisah sedari kemarin. Ia pikir hanya teman Si Gadis Gila itu yang datang, ternyata Si Gadis Gilanya pun datang.
Jika boleh jujur, Alfa juga merasa takut. Ia takut jika Starla merasakan apa yang Lea rasakan. Ia takut nantinya Starla akan memiliki gangguan mental seperti Lea, dan jika itu terjadi, Alfa akan memaki dirinya sendiri.
Meskipun begitu, Alfa sama sekali tidak menyerah untuk mendekati Starla dan mencari tahu kebenarannya. Apalagi ucapan Si Gadis Gila itu terus terngiang di pikiran Alfa. Ucapan yang mengatakan bahwa bisa saja Starla dan Lea memiliki hubungan darah. Benar kata Si Gadis Gila, itu bisa saja terjadi. Bisa saja Fasha—papanya Lea, menjual anaknya dan itu adalah kembarannya Lea yang Alfa anggap sebagai Starla.
Terlalu lama berpikir, Alfa dikejutkan dengan suara dering telepon yang berasal dari ponselnya. Pria itu segera menggeser tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan.
"Lo di mana?"
Suara Gilang menyapa dari sebrang sana. Tipe pria yang tidak pernah memberi salam ketika memulai pembicaraan.
"Cafe," jawab Alfa, singkat.
"Karena lo lagi ada di cafe, tolong beliin gue makanan terus antar ke rumah sakit."
Alfa mengernyitkan dahinya. Kurang aja sekali Gilang menyuruh-nyuruhnya seperti itu. Namun, Alfa juga bingung, siapa yang sakit?
"Woy, bolot! Lo dengar, kan?"
"Hm."
"Beli yang banyak, buat gue, Karina, dan Starla soalnya."
Mendengar nama Starla, insting penasaran Alfa mulai memuncak.
"Siapa yang sakit?"
"Starla, kemarin waktu makan bareng Karina, dia pingsan. Kata Karina, sih, habis ngelihat foto lo sama cewek lain, Starla langsung pusing dan pingsan."
Alfa memutuskan sambungan telepon secara sepihak setelah mendengar penjelasan dari Gilang. Mengabaikan fakta bahwa Gilang kini sedang mengumpatinya di rumah sakit.
Setelah memesan beberapa makanan dari cafe yang kebetulan sedang ia datangi, Alfa segera memasuki mobilnya dan menelepon Gilang.
"Rumah sakit mana?" tanya Alfa setelah sambungan terhubung.
"Gue lupa namanya, pokoknya rumah sakit yang dekat sama kampus."
"Ruangannya?"
"Anggrek, nomor sebelas."
Alfa mematikan sambungannya, kemudian menancapkan gas mobilnya dan menuju ke rumah sakit tempat Starla dirawat. Entah kenapa ada sesuatu yang Alfa khawatirkan, tetapi, Alfa tidak tahu apa.
⏳⏳⌛
Sesampainya di rumah sakit, Alfa segera memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan pihak rumah sakit. Pria itu segera memasuki rumah sakit dan bergegas menuju lift.
Alfa merasa dejavù, ia ingat dulu dirinya pernah bolak-balik menaiki lift saat Lea dalam keadaan kritis. Lagi-lagi Alfa dibuat teringat akan masa lalunya.
Setelah lift terbuka, Alfa segera bergegas memasuki ruang rawat Starla. Ketika ingin masuk, pria itu berhenti saat seorang perawat keluar dari ruangan Starla dengan gelagat mencurigakan.
Tanpa pikir panjang, Alfa memasuki ruangan tersebut. Di dalamnya terdapat Gilang, Karina, dan Starla tentunya. Pria itu melihat sepiring nasi di atas nakas yang terlihat masih baru.
"Nasi itu dari perawat yang tadi?"
Starla menggukkan kepalanya. "Kenapa?"
"Jangan dimakan sampai gue balik ke sini lagi!" perintah Alfa.
"Kenapa, sih?" tanya Gilang bingung.
"Pokoknya jangan dimakan! Jangan sentuh makanan itu sama sekali! Gue ada urusan sebentar, nanti balik lagi," jelas Alfa kemudian memberikan makanan yang tadi ia beli kepada Gilang.
"Kalau mau makan, makan yang itu aja," ujarnya.
Setelah itu, Alfa pergi meninggalkan ruangan Starla. Meninggalkan Starla, Gilang, dan Karina yang sedang menatap kepergiaan Alfa dengan tatapan bingung.
"Kak Alfa kenapa, sih?" gumam Starla.
⏳⏳⌛
Perawat itu segera menuju tempat rahasianya sehabis meninggalkan ruang rawat Starla. Sesekali dirinya menoleh ke belakang, memastikan tidak ada orang yang mengikutinya.
Di sisi lain, Alfa berusaha mencari perawat tadi. Alfa tahu betul siapa orang itu, dirinya hanya menyamar sebagai perawat untuk menyakiti Starla.
"Tunggu!" pekik Alfa setelah berhasil menemukan perawat tadi.
Bukannya berhenti, perawat itu justru mempercepat jalannya, membuat Alfa semakin yakin jika itu hanya perawat gadungan.
Alfa mempercepat langkahnya, ia berlari hingga akhirnya berhasil menggapai lengan perawat itu. Sang perawat memberontak, tetapi Alfa lebih cekatan dan menahan tubuh perawat itu.
"Mau ke mana lo?" tanya Alfa dengan nada dingin.
Sang perawat kembali memberontak. "Lepasin!" pekiknya. "Lepasin atau gue teriak?" ancam perawat itu.
Alfa tertawa remeh. "Silahkan!" jawab pria itu. "Lo lupa kalau sekarang kita ada di dekat gudang?"
Sang perawat mendesis pelan. Ia masih berusaha memberontak dan terlepas dari cengraman Alfa, tetapi tidak pernah berhasil.
Dengan wajah kesal Alfa menarik masker perawat itu. Ia segera tertawa saat melihat wajah seseorang yang sudah ia duga sebelumnya.
"Permainan lo nggak menarik." Alfa berucap dengan nada sinis. "Udah gue peringatin jangan pernah ngusik hidup Starla, karena dia bukan Lea!" seru Alfa sembari mempererat cengrkaman tangannya yang membuat gadis itu meringis.
"Gue nggak akan segan-segan berlaku kasar meskipun lo perempuan," ancam Alfa dengan nada dingin.
Gadis itu ikut tertawa sinis, tatapannya pun berubah menjadi sinis. "Lo lupa kalau dia bisa ngelakuin apa pun untuk ngedapetin lo?"
"Kasihan gue sama lo. Dijadiin babu sama orang yang lo anggap sahabat," ujar Alfa, membuat gadis itu menatap kesal ke arahnya.
"Gue bukan babunya!" ucapnya penuh penekanan.
Alfa kembali tertawa sinis. "Kalau gue nyakitin lo, apa orang yang lo anggap sahabat itu bakalan ngebantu?" tanya Alfa. Pria itu kemudian merogoh kantung celananya dan mengeluarkan ponsel.
Pria itu mengetik beberapa kata, membuat sang gadis menatap bingung ke aahnya.
"Siap-siap aja, habis ini hidup lo nggak akan tenang," ucap Alfa kemudian meninggalkan gadis yang menyamar sebagai perawat tadi.
⏳⏳⌛
haiii, udah lama banget gak update wkwkwk, anw ini draft yg gak aku edit sama sekali, jadi maaf kalo ada typo.
untuk ig, aku lagi nonaktifkan sementara krna beberapa hal yg gak bisa aku sebutin, but aku usahain bakalan upload draft2 cerita ini sampai nanti aku bakalan long hiatus.
thanks yg udah mau selalu nunggu cerita ini.
best regards, qia.
saturday, november 20, 2021
5.50 pm.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro