Bab 7
Sella menatap Deswinta tajam. Ia baru saja selesai mengerjakan tugasnya, dan kali ini memilih untuk duduk di depan Deswinta. Mengamati semua yang dilakukan sahabatnya itu. Ia yakin ada yang aneh dengan Deswinta, dan sekarang akan mencari tahu.
"Apaa?" Deswinta mendongak, menatap Sella yang sedang memandangnya. "Lo cinta banget sama gue, sampai terpesona gitu?"
Sella mendengkus. "Yakali, kayak lo lebih hebat aja dari pacar gue. Gini, gue cuma mau tanya, pulang kemarin diantra Pak Marcello, gimana rasanya?"
Pendar baru saja selesai menelepon, bangkit dari kursi sambil mengusap perutnya yang membulat. Ikut duduk di sofa dan menatap geli pada Sella yang terlihat sangat penasaran.
"Sella dari semalam udah sibuk kirim pesan ke gua. Kita malah bikin tebak-tebakan, kira-kira apa yang terjadi sama kalian di mobil."
"Kok lo bisa nebak di mobil?" tanya Deswinta lalu menutup mulut karena keceplosan.
Sella memekik dan mengangkat tangan ke udara, sementara Pendar tergelak.
"Siapa, sih, orang pacaran yang nggak pernah mesra-mesraan di mobil?" ujar Pendar. "Gue pernah. Sella juga."
Sella mengangguk. "Ciuman pertama kami di mobil. Hahaha. Sensasinya asyoi!"
Deswinta meneguk ludah dan menunduk dengan wajah memerah. Ia tidak mungkin mengatakan pada temannya, kalau apa yang dilakukannya di mobil dengan Marcello, lebih dari sekedar ciuman. Tentu saja, itu menyenangkan dan menggairahkan. Tapi, tetap aneh untuk sebagaian orang.
"Gue tebak, kalian lebih dari sekedar ciuman."
Perkataan Pendar lagi-lagi membuat Deswinta melongo. "Kok lo tahu?"
Sella sekali lagi tertawa terbahak-bahak. Merasa kalau apa yang dilakukan mereka sekarang ini sangat menyenangkan. Bisa mendesak Deswinta untuk bercerita tentang hubungan asmaranya. Sahabatnya itu sudah lama menutup hati, dan kali ini sepertinya menemukan orang yang cocok.
"Pendar jelas lebih pengalaman dari pada kita berdua, Deswinta. Lo nggak ada gunanya bohong sama dia. Kalau dia bisa ngomong, berarti emang udah pakar." Sella mengedip ke arah Pendar.
"Bukan pakar, tapi pernah mengalami." Pendar meralat.
"Kalau gitu, Pak Rainer liar juga, ya?" gumam Sella. "Gue pikir, kalau orang-orang kaya dan sibuk gitu, mereka sex pakai gaya traditional dan berkelas gitu. Ternyata, yah, sama kayak kita-kita para rakyat jelata."
Pendar menggoyangkan telunjuk di depan Sella. "Jangan salah. Justru sex mereka gunakan untuk melepas stress. Makanya mereka bisa all out. Tanya aja Deswinta."
Deswinta meneguk ludah, mengipasi wajahnya yang mendadak terasa panas. Tentu saja ia tahu kalau Marcello memang hot dan liar. Tipe laki-laki yang sepertinya dambaan semua perempuan. Ia tidak habis pikir kalau di balik pembawaan Marcello yang kalem, ternyata tersimpan hasrat sexual yang menggebu-gebu. Ia dibuat salut dan takluk karenannya.
"Eh, malah bengong. Jadi gimana? Ada apa sama kalian malam kemarin?" cecar Sella.
Deswinta menggeleng. "Nggak ada apa-apa."
"Jangan bohong. Gue kelitikan, nih."
"Iya, iya, kami bercinta lagi. Di mobil. Tepatnya di pinggir jalan dekat tampan. Nggak jauh dari gang rumah gue."
Pendar dan Sella saling pandang lalu terkikik bersamaan. Entah kenapa mereka membayangkannya saja membuat dada mereka berdebar keras.
"Deswinta, kalian berani sekali," bisik Pendar. "Itu jalanan umum!"
Deswinta mencebik. "Bukannya kamu sama Pak Rainer juga pernah?"
"Hanya bercumbu, nggak sampai bercinta."
Sella mengangguk. "Sama, gue juga cuma ciuman. Bayangin Deswinta, mobil itu sempit dan kalian sempat-sempatnya bercinta, astagaa! Kayak lagi kejar setoran biar cepat hamil!'
"Jaga omongan!" Deswinta bangkit, mencubit pinggang Sella dengan gemas. "Siapa yang mau hamil? Hah! Siapa?"
"Eh, gue cuma bikin kiasan doang. Napa lo sewot!"
Mereka terus berbincang dan berdebat di ruang kantor yang sempit tapi nyaman. Percakapan terhenti saat masing-masing sibuk dengan pekerjaan. Deswinta memegang pulpen di tangan, mencatat barang-barang yang akan dibelinya saat pulang nanti.
Pikirannya tertuju pada Marcello dan juga rencana kakaknya untuk mengajukannya ke perusahaan laki-laki itu. Tentu saja ia menolak, karena tidak ingin dianggap aji mumpung.
**
Sedang open PO
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro