Bab 1b
Mereka menyelinap di keramaian dan akhirnya menemukan Deswinta.
"Itu dia, yang pakai gaun hitam dan tas biru," bisiknya pada cewek yang membawa gelas.
Si cewek mengangguk. "Siip! Lo tunggu aja di sofa."
Sambil menggoyangkan tubuh, si cewek menyelinap di antara keramaian. Hingga tiba di dekat Deswinta yang sedang menari sendirian. Cewek itu berteriak, untuk menyapa.
"Hai, sendirian aja?"
Deswinta mengangguk. "Yoi."
"Sama, dong, kita!"
Keduanya bertukar senyum, kembali menggoyangkan kepala.
"Lo juga sendiri?" tanya Deswinta. Senang karena ada teman mengobrol.
"Iya, padahal malam ini ulang tahun gue."
"Hah, serius?"
"Yoi, agak sedih gue juga. Eh, lo mau terima minuman ini nggak? Coctail biasa, sih, itung-itung ikut rayain ultah gue!"
Deswinta menerima minuman yang disodorkan padanya dengan sedikit heran. "Minuman lo mana? Kok cuma buat gue?"
"Ada di meja bartender! Lo minum dulu, ntar gue datang lagi kita minum gelas kedua."
Awalnya Deswinta ragu-ragu untuk minum cocktail dari orang yang tidak dikenalnya. Tapi, desakan dari cewek di depannya dan juga wajahnya yang memelas membuatnya tidak tega. Ia seolah bisa merasakan, sendirian di hari spesial itu sangat tidak menyenangkan.
"Nggak apa-apa, nih, kalau gue minum?" tanya Deswinta menatap gelas di tangannya.
Cewek di depanya tersenyum. "Tentu saja. Gue bakalan seneng banget. Ayo, minum!"
Tanpa ragu, Deswinta menenggak cocktail di gelas. Merasakan kesegaran mengalir ke tenggorokannya. Ia menandaskan isi gelas dan tersenyum cerah.
"Udah, habis."
Si cewek tertawa. "Pintar. Tunggu di sini, jangan kemana-mana. Gue ambil gelas kedua, ya? Kita party malama ini."
Deswinta terlonjak, seolah mendapat suntikan semangat. "Yeah, kita party. Ayooo!"
Si cewek menyelinap pergi dan Deswinta kembali menari di tempatnya. Lama kelamaan, ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia merasa sangat panas, dan seperti ada api yang membakar tubuhnya. Ia berdiri gelisah, menginginkan sesuatu untuk pelampiasan. Dalam keadaan bingung ia bergegas ke toilet. Ia harus tegar. Tidak boleh terjatuh di sini dan melakukan sesuatu yang memalukan. Masalahnya, panas di tubuhnya seolah tidak terkendali. Dalam ketergesaan, tanpa sengaja ia menabrak seorang laki-laki dan hampir terjerembab.
"Sorry, kamu nggak apa-apa?"
Deswinta mengangguk, berjengit karena sentuhan laki-laki itu membuat panas tubuhnya semakin membara.
Deswinta mendongak, menatap laki-laki yang dikenalnya. Entah kenapa senyum menguar dari bibir. Ia merangkul leher dan masuk dalam pelukan laki-laki itu.
"Cium aku?" bisiknya parau.
Laki-laki itu mengedip bingung. "Cium kamu?"
Belum sempat laki-laki itu mengelak, Deswinta sudah menyerbu bibirnya dengan ciuman yang panas dan membuat tubuhnya menegang.
**
Part lengkap bisa kalian baca di Karyakarsa. Sudah update bab 5-8.
Di sini saya update seadanya, cerita termasuk katagori dewasa.
Pecinta buku, bisa menunggu cerita ini dan Kutunggu Dudamu, Sayang! Akan saya cetak dalam satu buku, sedangkan untuk playbook, terpisah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro