Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Ibu dan Nyaman

Suara tangisan terdengar sayup-sayup dari balik pintu disertai dengan seruputan cairan hidung yang putus-putus. Seorang wanita yang usianya hampir mendekati separuh abad itu menggelengkan kepala. Ternyata begini rasanya mempunyai seorang anak yang beranjak dewasa.

Perlahan, wanita itu mengetuk pintu pelan, lalu membukanya dengan lembut. Lampu utama dimatikan, yang tersisa hanya lampu tidur redup berwarna oranye beserta segumpal selimut yang membungkus seseorang di baliknya.

"Hey ... what's wrong?" tanya si wanita lembut lalu duduk di pinggir kasur sepelan mungkin.

Selimut itu perlahan ditarik turun dari dalam bersama eksistensi seorang gadis muda dengan wajah sembab dan rambut berantakan yang kemudian terlihat. Si gadis tidak banyak bicara lalu dengan cepat beralih memeluk si wanita. "Handa selingkuh, Ma," ujarnya dengan suara serak dan tersendat, kemudian lanjut kembali menangis dalam dekapan sang ibu.

Meski tampak terkejut, si wanita kemudian balas merengkuh putrinya dengan lembut dan hangat guna memberi tahu bahwa gadis itu tidak sendiri, masih ada ibunya yang bisa dijadikan tempat pulang dan mengadu di sini. "Mau cerita?" tanyanya kemudian.

Si gadis melepas dekapan, lalu ketika tangisnya kembali reda, dia mengangguk. "Handa jalan sama perempuan lain, Ma. Dia bilang lagi sibuk dan hectic banget di BEM, tapi aku ketemu dia lagi jalan sama cewek lain tadi," lalu air mata kembali mengalir di mata gadis itu.

Diselingkuhi sama sekali tidak pernah terlintas dalam isi kepalanya selama ini. Sebab, dia tahu benar bahwa hubungannya dengan Handa begitu baik, bahkan pria itu tampak sangat pengertian, tahu cara memperlakukan perempuan, dan sangat berhati-hati agar perasaannya tetap baik selama mereka bersama. "Kenapa, sih, cowok-cowok yang aku temuin di dunia ini selalu yang jahat, Ma? Kenapa nggak ada satu pun cowok yang kayak Papa? Kenapa ... Tuhan nggak adil banget ke aku? Sakit banget, Ma."

Lalu si ibu kembali mendekap putrinya dan mengusap-usap punggung si gadis lembut. "Kamu mau Mama ke rumah si Handa itu sekarang? Meski sudah tua, Mama masih jago karate, kok," ujar wanita itu kemudian.

Lalu dekapannya dilepas cepat, "Ih, Mama!" seru si gadis dengan geram, lalu kemudian tertawa setelahnya. "Udah aku banting, sih, tadi," lanjutnya setelah itu.

Lalu mereka tertawa bersama.

"Nah, begitu, dong. Itu baru namanya anak Mama. Mama pikir kamu langsung pergi aja setelah diperlakukan kayak gitu. Tentu Mama akan sangat marah sekali," ucap wanita itu lembut. "Laki-laki nggak cuma satu di dunia ini, Taja. Beruntung kamu dikasih lihat sisi buruk Handa dari sekarang, sebelum kalian melangkah terlalu jauh. Itu tandanya Tuhan masih sayang sama kamu. Pun umur kamu masih dua puluh, masih terlalu muda. Kamu itu cantik, pintar, dan baik. Kamu pantas dapat yang lebih baik, yang menghargai serta menyayangi kamu. Jangan buang air mata kamu buat pulu-pulu kayak gitu. Mama sedih tahu lihatnya."

Taja tergelak. Ibunya memang tahu bagaimana cara membuatnya lebih tenang.

"Tapi aku ngerasa Tuhan nggak adil banget tahu, Maaa. Masa Mama pas muda langsung dipertemukan sama cowok sebaik, sekeren, dan sesayang Papa. Lha aku, malah ketemunya penjahat kayak Handa." Taja merengut kesal.

Dyah Aura Ramawirajaya mungkin nama yang tidak asing sebab pernah dikenal sebagai pengusaha wanita termuda dengan aset dan sepak terjang yang bukan main di dunia bisnis. Mulai dari pusat perbelanjaan hingga perusahaan konstruksi yang diwariskan oleh kakeknya berkembang semakin pesat ketika dikelola oleh sang Mama. Siapa pun akan tahu sesibuk apa wanita itu. Namun, Taja tidak pernah berhenti bersyukur bahwa Aura, mamanya itu tidak pernah melupakan perannya sebagai seorang ibu.

Aura selalu berusaha menjadi ibu yang baik untuknya meski sesibuk apapun. Bagi Taja, Aura adalah wanita luar biasa yang amat sangat dia kagumi dan sayangi. Mama dan Papa adalah dua orang yang Taja tidak habis pikir kenapa bisa ada di dunia ini. Mereka berdua sungguh luar biasa dan Taja bersyukur dia hadir dari kedua orang tua hebat seperti Mama dan Papa-nya.

Aura tertawa kecil, kemudian menggelengkan kepalanya. "Yang namanya hubungan itu pasti ada naik turunnya, Sayang. Mama sama Papa juga nggak selalu aman damai seperti ini dari dulu. Mama dan Papa juga pernah muda, kan?"

Taja tampak berpikir kemudian, lalu mengulum bibirnya. "Emang Mama sama Papa pernah ngelewatin apa aja? Soalnya Papa nggak mungkin macem-macem kayak selingkuh, kan? Amit-amit, nggak, mungkin!" lalu gadis itu menggeleng sendiri dengan cepat.

Aura tertawa. "Ya ... mungkin aja. Seenggaknya Mama pikir dulu begitu. Soalnya cemburu dan curiga tuh dua hal yang nggak mungkin lepas dari perempuan."

"Demi apa?! Mama pernah curiga sama Papa?" Taja membulatkan matanya antusias. Entah kenapa semua kesedihan dan sakit hatinya yang tadi langsung tersingkirkan. Mendengar cerita tentang masa muda Mama dan Papa selalu menjadi bagian favoritnya selama ini.

Aura mengangguk-angguk sembari terkekeh melihat putrinya yang tiba-tiba berubah jadi bersemangat begitu.

"Maaa, ayo dong cerita. Jangan spill tipis-tipis gituu. Ayo ceritaaa." Dan Taja mulai merengek seperti lupa jika usianya sudah tidak lagi lima tahun.

Aura mengulum bibirnya, lalu kemudian menyelipkan rambut taja yang terurai berantakan ke sebalik telinga. "Mama akan cerita, tapi kamu harus janji kalau kamu nggak bakal nangisin cowok jahat kaya Handa-Handa itu lagi, oke?" lalu kedua mata wanita itu menyorot putrinya dalam-dalam.

Tentu saja Aura marah pada laki-laki yang sudah menyakiti putrinya. Aura masih ingat bagaimana Handa datang ke hadapannya guna meminta izin untuk mengajak Taja jalan hari itu. Siapa sangka jika sambutan baik yang dia beri malah disia-siakan begini. Namun, kemarahan saja tidak cukup untup mengobati patah hati yang dialami putrinya. Sebagai ibu, dia harus mempertimbangkan banyak hal dan mengutamakan Taja di atas segalanya.

Dua puluh tahun menjadi seorang ibu dan seorang istri membuat Aura mengembangkan lebih banyak kesabaran dan ketenangan. Terlebih lagi dia seorang pengusaha sekarang. Kemarahan dan emosi sesaat hanya akan membakar segalanya. Sama halnya seperti kejadian di masa lalu. Dan Aura tidak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi saat ini.

"Kamu tahu, kan, apa yang bakal terjadi kalau Papa sampai tahu kamu nangisin cowo kaya gini?" Wajah Taja segera menegang, gadis itu mengangguk pelan.

Papa mungkin sosok penyayang dan pengertian. Namun, Papa bisa jadi sangat mengerikan dan tegas sekali kalau sudah marah. Taja tahu sesayang apa Papa padanya. Jadi, Taja juga bisa memperkirakan akan semarah apa Papa kalau tahu Handa berselingkuh sebab Handa pernah menemui Papa dan berjanji akan menjaga Taja.

Taja tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Handa setelahnya. Memangnya ... siapa yang bisa mengatasi kemarahan seorang jendral bintang tiga? Bagi orang lain, Letnan Jendral Arjune Wiramada selalu jadi sosok yang tegas, keras, dan menyeramkan.

Jadi, tanpa pikir panjang Taja segera mengusap air matanya dan mengangguk cepat, "Janji!" ujar gadis itu setelahnya. []

Hallo, Cintaku.

Gimana kabarnya hari ini? Semoga kita semua baik yaaaa.

Jadi sesuai janji saya tempo hari, hari ini saya upload sequel Armor: Bubat, sedikit kisah lanjutan tentang Aura dan Ramada. Jangan berekspektasi akan ada konflik berat, sebab ini hanya secuil cerita ringan aja dengan sedikit chapter. Semoga ini mengobati rasa penasaran kalian yang katanya endingnya gantung itu yaaaa. Wkwkwk

Juga maafkan jika tulisannya agak kaku. Saya sudah bilang sebelumnya bahwa saya sudah dua tahun hiatus menulis. Huhuhu

Bantu tandai typo yaa. Jika ada kritik dan saran jangan sungkan. Enjoyyyyy

Mungkin cerita ini bakal update satu kali seminggu, atau lebih dari satu, atau bahkan tidak update lebih dari seminggu, tapi saya janji bakal update sampai selesai untuk yang satu ini. Wkwkwk

See you♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro