Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7

"jungie!" Teriak Minhyun yang langung memeluk Yoojung dengan erat, seraya melepas rindu yang sekian lama ia raskaan, hatinya begitu nyaman saat mencium wangi harum tubuh Yoojung gadis itu tidak berubah sama sekali wajah nya semakin bertambah cantik dan badan Yoojung tidak bertambah tinggi ataupun gemuk sedikitpun.

"Astaga!" Petik Yoojung.

Minhyun melepaskan pelukan lalu menatap Yoojung lekat, Yoojung mengendus bertanda tidak suka dengan perlakuan yang ia dapat, bagaimana tidak sekarang semua mata di sekitar memperhatikan tingkah mereka hal yang selalu Yoojung hindari.

"Oppa, kau membuat aku menjadi objek wisata." Keluh Yoojung yang memukul tubuh Minhyun.

"Ayo aku antar pulang !" Mereka meninggalkan bandara, sebelum mengantarkan Minhyun Yoojung mengeluh lapar membuat Minhyun mengajak Yoojung makan di jam selarut ini.

"Sudah lama bukan tidak makan bersama ?" Ucap Minhyun selesai memesan menu, selagi menunggu hidangan datang Minhyun berniat memberikan hadiah untuk Yoojung.

"Nee oppa, maaf aku sangat terlambat ?" Jujur Yoojung membuat gadis itu tertunduk malu, walau bagai manapun ia yang memaksa ingin menjemput Minhyun tapi sebaliknya ia malah melupakan janji itu.

"Sudahlah jungie, aku tau kau sibuk, tidak apa-apa aku baik-baik saja kan ?" Yoojung mendongak dan tersenyum, Minhyun mengeluarkan sebuah kotak beludru menyodorkan pada Yoojung.

Kening Yoojung mengerut. "Hadiah untuk ku ?"

Minhyun mengangguk antusias, ingin sekali ia melamar Yoojung saat ini juga tapi momennya sangat tidak tepat bagaimanapun Minhyun ingin melamar Yoojung dengan hal yang berkelas dan meninggalkan kesan yang sangat romantis untuk Yoojung.

"Wow, indah sekali." Yoojung mengagumi cincin berlian yang sangat sederhana tapi sangat cantik. "Kau yang paling mengerti diriku oppa !" Yoojung memang sangat suka dengan hal sederhana tapi terlihat luar bisa aneh memang selera seorang Kim Yoojung.

"Sini biarku pasangkan." Yoojung memberikan cincin pada Minhyun.

"Ini lepaskan saja jungie!" Ucap minhyun saat sebuah cincin emas melingkar di jari manis Yoojung.

Yoojung tersenyum canggung lalu menarik tangannya, membuat Minhyun menyatukan kedua alisnya.

"Kanapa ?"

"Ini cincin pernikahanku." Ucap Yoojung.

"Kau sudah menikah ?" Minhyun tertawa renyah bagai mana pun ini sangat tidak lucu Yoojung nya masih gemar mengerjainya. "Kau mau menggoda ku lagi humm ?"

Yoojung menggeleng, membuat Minhyun terdiam lalu mengunci matanya pada Yoojung. Seolah tau atas tatapan penuh arti yang di berikan Minhyun Yoojung menggigit bibirnya sebelum berbicara.

"Aku minta maaf oppa, tidak memberitahu lebih awal, semua ini terjadi begitu cepat ?" Jelas Yoojung.

"Apa aku sudah tidak berarti untuk mu ?"

Yoojung menggeleng, Minhyun hanya tersenyum simpul rasa kecewa pada sosok Yoojung muncul begitu saja.

"Jangan berbicara seperti itu, kau satu-satunya orang yang paling aku sayang setelah eomma, Oppa sudah seperti seorang Kakak, bagai mana kau berfikir kau tidak berharga untukku.?"

Minhyun hanya menatap tidak percaya pada Yoojung.

"Tidak lagi jungie kau benar-benar mengecewakan kenapa mengambil keputusan besar tanpa berdiskusi dengan ku, jika kau benar-benar menganggap ku berharga kau pasti memberitahu ku lebih dulu."

"Oppa dengarkan penjelasan ku ?" Yoojung menggenggam erat tangan Minhyun, membuat Minhyun menghentak membuat pegangan itu terlepas.

"Aku pergi, hati-hati di jalan !" Gak Minhyun yang berlalu meninggalkan Yoojung, Yoojung menundukkan wajahnya menarik napas panjang.

"Maaf oppa." Cicit Yoojung.

***

Jaehyun menarik dasi berharap mendapatkan sedikit kelonggaran, memori kecelakaan itu terngiang terus di kepalanya jeritan sang mama dan jeritan jaehyun selalu terbayang.

"Jaehyun kendalikan diri mu!" Hector Mengambil kendali saat ia melihat perubahan dalam diri jaehyun setelah terapinya selesai, sahabat yang ia kenal sudah hampir 5 tahun terakhir.

Jaehyun mengambil botol lalu meminum air yang kini sudah tersisa setengah, Hector hanya tidak mengira kejadian yang sangat mengerikan menimpa sahabatnya itu.

"Sebagai seorang teman, aku hanya berharap yang terbaik untuk mu, jangan terlalu di anggap beban kau pantas bahagia jaehyun," jaehyun hanya tersenyum kecil.

Hector benar-benar khawatir dengan kondisi jaehyun yang semakin hari semakin memburuk, dan tidak ada orang yang mendukungnya orang yang berstatus menjadi istrinya hanyalah seorang mata-mata, Hector yang mengetahui hal itu hanya memberikan nasehat pada teman sekaligus pasien tersebut.

"Baiklah cukup sampai di sini, aku ada meeting aku pergi !" Gumam jaehyun yang kini memasangkan jas dan merapikan dasinya.

"Ya, sering-sering datang atau aku akan berkunjung ke rumah." Hector mengantarkan jaehyun keluar ruangannya.

Jaehyun melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit perkataan Hector terus terngiang tentang ia yang harus melupakan balas dendam pada pamannya dan memulai hidup dengan baik.

"Jaehyun !"

Langkahnya terhenti, Yoojung berjalan ke arah jaehyun setelah pamit dari rombongan dokter yang akan menuju kantin, Yoojung dapat merasakan hal yang berbeda dari sosok jaehyun yang kini terlihat sangat kusut.

"Kau baik-baik saja ?"

"Ya."

"Hemm, apa kau mencari ku ?" Jaehyun mendelik, lalu mengangguk dari pada membuat istrinya curiga dan mencari lebih jauh tentang dirinya.

"Benarkah ? Ada apa kau bisa menelpon ku tidak usah repot-repot!"

"Hanya ingin mengajakmu makan siang, apa kau mau ?"

Yoojung benar-benar tidak menyangka jaehyun rela jauh-jauh dari kantornya hanya untuk mengajaknya makan siang bersama.

"Ayo. " Yoojung berjalan di samping jaehyun, dengan senyum mengembang di bibirnya entah aneh sekali Yoojung benar-benar merasa sesuatu yang sangat berbeda.

"Kau sendiri, tidak bersama mino ?" Ucap Yoojung yang kini berjalan menyeimbangi jaehyun.

"Kenapa mencarinya aku suamimu bukan ?"   jaehyun menekan tombol life, membuat Yoojung sangat kikuk atas ucapan jaehyun.

"Hanya bertanya." Ucap Yoojung kemudian mengekor ke belakang jaehyun, sesampainya di dalam mobil  tidak ada yang berani memecah keheningan hanya supir yang pokus pada jalan Gangnam yang sedikit penuh mengingat ini waktu jam makan siang.

"Kita sudah sampai Tuan." Ucap Mr.paek yang sudah membukakan pintu pada jaehyun.

Langkah mereka tertuju pada satu ruangan yang di dalamnya sudah ada dua orang laki-laki, dan dua orang perempuan yang tengah menunggu.

"Selamat siang maaf aku sedikit terlambat!" Ucap jaehyun yang menyapa ke dua laki-laki yang tengah asik mengobrol.

Laki-laki itu menyambut jaehyun dengan senyum mengembang, lalu bangkit menyapa jaehyun dan mempersilahkan jaehyun untuk duduk, Yoojung yang kehadirannya di hiraukan membuat jaehyun menarik lengan gadis itu.

"Perkenalkan dia istriku." Ucap jaehyun membuat kedua laki-laki yang berbalut jas itu mengulurkan tangan memberi selamat atas pernikahan mereka.

"Wow aku tidak mengira istri dari Presdir Jung ikut hadir, jika tau seperti itu kami akan membawakan Hadiah atas pernikahan kalian."

Jaehyun hanya tersenyum simpul, lalu semuanya larut dalam perbincangan sedangkan Yoojung hanya mengobrol dengan salah satu sekertaris Mr. Juri yang ia pikir sangat cantik, dan sangat ramah.

Setelah menikmati hidangan jaehyun berbisik kepada Yoojung mengenai jadwal prakteknya.

"Kau masih ada waktu ?" Yoojung menarik jamnya lalu menggeleng hari ini dia memang tidak memiliki waktu luang.

"Tidak ada untuk hari ini, aku hanya mengambil pagi hari."

"Baiklah, temani aku sedikit lebih lama tidak apa ?"  Yoojung mengangguk, dan menyeruput teh nya mendengarkan jaehyun dan ke dua rekan bisnisnya ini berdiskusi mengenai pembagunan resort cabang mereka.

Jaehyun melihat jari jemari Yoojung yang tengah memainkan cangkir teh dengan tatapan kosong ia bisa menebak saat ini  gadis itu sangat bosan, ia pikir Yoojung akan sangat tertarik dengan bisnis mengingat gadis itu adalah mata-mata Jaenni.

Matamereka bertemu Jaehyun yang melihat raut wajah bosan yang tertata sangat jelas memilih mengakhiri meeting dan berjabat tangan bertanda proyek telah tersepakati.

Yoojung menyalami para rekan bisnis jaehyun dan kembali mengekor pada suaminya itu.

"Sayang kau disini !" Yoojung terdiam mendengan perkataan milen yang tengah duduk di meja makan bersama teman sosialitanya, milen bangkit dan berjalan menghampiri Yoojung.

Jaehyun tau kedua wanita ini saling tidak suka terlebih dia mendengar ucapan Yoojung yang sangat membenci milen.

"Oh, Jaehyun juga disini rupanya." Sapa milen membuat jaehyun tersenyum dan membungkuk.

"Sayang kenapa jarang berkunjung mamah sangat rindu." Milen memeluk Yoojung mengusap rambutnya pelan, lalu berbisik. "Mampir ke rumah dengan jaehyun, jika tidak ingin melihat bibi Choi aku usir." Ancam milen yang kini melepaskan pelukan Yoojung lalu tersenyum dengan anggun pada jaehyun.

Yoojung mengepal berfikir rencana wanita ular ini untuk apa menyuruhnya berkunjung, Yoojung sangat ingin menolak tapi bibi Choi akan mendapat masalah bagai mana juga Yoojung sangat berterimakasih kepada bibi Choi yang sudah merawatnya sedari kecil.

"Jaehyun apa kau punya waktu luang ?" Tanya Yoojung membuta Jaehyun menatap arlojinya.

"Iya nak Jaehyun mampir dulu sebentar." Milen tersenyum.
Rencananya membawa Jaehyun hanya untuk memamerkan pada teman arisannya bahwa ia memiliki seorang menantu dari pewaris onegrup  itu sangat menguntungkan pasti banyak dari mereka akan lebih segan terhadap dirinya.

Jaehyun tersenyum ramah, "maaf aku tidak bisa masih banyak yang harus aku kerjakan, lain kali saja." ."

"Oh begitu." Milen tersenyum kecut.
"Yoojung kau mau mampir kan ?"  Milen memberikan tatapan menusuk.

Yoojung menengok ke arah jaehyun dengan wajah yang sedikit cemas, "iya"

"Oh sayang pasti kau sangat merindukan rumah, ayo !" Ajak milen yang telah pamit pada jaehyun lalu merilis tangan Yoojung.

Kediaman Kim young min.

Yoojung tau berkunjung tanpa Jaehyun adalah ide yang sangat buruk, Yoojung hendak berlari ke arah kamarnya namun di tahan oleh milen.

"Apa kau sangat tidak begitu berguna ?"

Yoojung mendelik mencoba melepaskan tangannya.

"Sombong sekali laki-laki itu sampai mengabaikan ku, Cih dia mempermalukan ku." Milen mendorong Yoojung membuat gadis itu tersungkur menabrak sofa.

"Yach apa maumu?" Teriak Yoojung membuat milen mendekat lalu mencengkram dagu Yoojung dengan erat.

"Kau tau aku sudah menurunkan harga diri ku di depan suamimu, tapi dia mempermalukan ku dengan menolak permohonan ku dedepan teman-teman ku bodoh."  Milen memperhatikan wajah Yoojung sorot matanya memperlihatkan gadis itu sangat membencinya.

"Lepaskan!" Milen semakin mencengkram dengan erat Yoojung dapat merasakan kuku panjang menusuk di dagunya.

"Tidak berguna." Milen menghempaskan kepala Yoojung membuat gadis itu terbentur pada sofa lalu pingsan.

Milen berdiri melihat Yoojung yang tidak sadarkan diri, kakinya ia gerakan ke arah tubuh Yoojung memastikan gadis itu benar-benar pingsan atau berpura-pura.

***

Jaehyun melihat raut wajah Yoojung yang sangat cemas membuat pria itu menyuruh anak buahnya mengikuti Yoojung dan melaporkan segalanya, mungkin saja mereka sedang merencanakan sesuwatu.

Drettt...

"Ada apa ?"

Mata Jaehyun melebar keningnya berkerut lalu menyuruh supir menuju ke rumah Yoojung.

"Sandiwara apa yang kalian rencanakan." Jaehyun tersenyum sinis lalu membuang pandangannya pada jendela.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro