Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. GoFood Ghoib

Mau baca cerita menarik yang lain? Jangan lupa mampir ke fizzo--> kumbangmerah

🩹🩹🩹

Bintang mematikan layar ponselnya sehabis membunuh waktu dengan berselancar di dunia instagram. Ia sedang dalam masa hukuman berkat laporan Angkasa mengenai tragedi jambak-jambakan Bintang vs Zora di kampus. Alhasil gadis itu dilarang keluar kamar selama weekend ini dan terpaksa mengurung jiwa buaya betinanya yang batal kencan.

Bunyi klik dari arah pintu menyentak Bintang untuk segera menyimpan ponsel ilegalnya. Sebab itu adalah hp lain yang Bintang beli tanpa sepengetahuan siapa pun di rumah. Sengaja ia lakukan untuk berjaga-jaga di situasi seperti sekarang, yaitu dilarang keluar kamar, tanpa akses internet baik dari gadget maupun laptop, tak boleh menonton tv, mendengar musik atau apapun selain diam merenung seperti penjahat dalam sel.

Sosok jangkung berkaos oblong itu masuk membawa dua plastik besar berlogo huruf G di depannya. Bintang menebak Angkasa baru saja memesan makanan online untuk diri. Tapi-

"Bukan dari gue. Gatau siapa yang pesan, tapi notenya buat lo." jelas Angkasa mengenyahkan ekspetasi Bintang kalau lelaki itu peduli terhadapnya.

Abang keduanya itu memang menyebalkan setiap hari.

Dua bungkus plastik tergeletak di atas meja belajar. Angkasa bersandar dekat sana, melipat tangan sembari menunggu adiknya membuka isi makanan. Jujur saja ia lapar dan ingin mencutil sedikit. Tadinya kiriman itu mau Angkasa gelapkan, tapi sial notes yang terlampir malah mengutuknya secara tak langsung kalau berani mengambil makanan Bintang tanpa izin. Seolah si pengirim sudah hapal akan kelakuan Angkasa yang satu itu.

Bintang mengikuti arah pandang abangnya. "Mau lo?"

Residen berwajah tampan itu mendeham singkat. Perutnya keroncongan sejak Tariksa pergi bersama Andara tanpa meninggalkan makanan. Dan ialah yang kena getah untuk mengawasi Bintang selagi kedua orang tuanya pergi. Mau pesan makanan online pun, Angkasa juga terlalu malas hendak memilih apa. Jadilah ia cuma diam di kamar sembari running baca komik.

"Beneran mau?"

"Emang boleh?" Mata berbinar Angkasa tertuju kearah Bintang.

Gadis itu tersenyum manis. "Ya enggaklah. Beli sendiri!" ucapnya kejam seraya mengambil makanan lalu mengusir paksa Angkasa.

"Dih pelit banget lo! Orang pelit kuburannya sempit!"

"Kalau pelit sama manusia ember kayak lo sih gak akan dosa! Justru gue berpahala! Cabut sana!"

"Heh! Gak boleh pelit sama saudara sendiri. Nanti lo gendut, mending gue aja yang makan. Sini bagi." Angkasa mencoba meraih bungkusan, tapi malah mendapat tepisan galak dari sang adik.

Bibir Bintang mengerucut sebal. Tiba ada maunya saja, baru Angkasa bersukarela mengakui kalau mereka saudara.

Sebuah desisan terlontar dari dari mulut Bintang. "Dasar cowok ya emang di mana-mana sama semua. Waktu ada maunya aja, langsung pura-pura baik!"

"Dih. Pengalaman sama si pucek boi mantan lo itu?!" cibir Angkasa.

Ia sudah mendengar alasan saudari perempuannya itu bertengkar dengan Zora. Awalnya lelaki itu cukup kaget karena takut Bintang sudah diapa-apakan Chandra seperti pengalaman Zora. Namun mengenal bagaimana sifat asli Bintang, meski nakal, Angkasa yakin adiknya bisa menjaga diri dalam pergaulan.

Yah, nakal sedikit bolehlah asal tau batasan. Lagian dosa juga ditanggung masing-masing, itu pendapat Angkasa.

Butuh waktu setengah jam hingga akhirnya Bintang iba memberikan sebungkus makanan untuk Angkasa dengan isi yang ternyata sama.

Kepala Bintang mendongak keheranan, berpikir siapa yang berpotensi mengiriminya dua kotak richeese barusan. Padahal ia sama sekali tak ada mengode siapapun untuk minta dibelikan.

"Gue gak ada flirting aja, banyak yang peka," gumam Bintang.

Seingatnya ia hanya iseng mengepost gambar ayam richeese beserta emot jempol di second account-nya. Meski private tapi lumayan banyak di follow spesies sejenisnya a.k.a sesama buaya tapi beda genre.

Getar ponsel di bawah bantal mengalihkan perhatian Bintang. Ada pesan dari Maraka yang menanyakan sesuatu.

Seulas lengkung indah menghiasi kedua sudut bibir gadis bermata cokelat terang tersebut. "So sweet banget ini bocah Canada."

Bintang tersenyum lebar setelah mengirim balasan lewat direct message instagram pada akun bodong Maraka yang ternyata oknum dibalik pengirim makanan online.

"Kalau satu dari Maraka. Lah terus satu lagi siapa?"

Selain Maraka yang tau junk food favoritnya, hanya satu nama lain yang terpikir dalam kepala Bintang.

"Chandra?"

🪥🪥🪥

Rambut basah Jenan beradu dengan handuk putih di tangannya. Tubuh polos lelaki itu yang hanya terlilit handuk di pinggang berhenti menghadap kaca besar pada walk in closet-nya. Tangan Jenan terangkat menyentuh pinggiran keningnya yang masih tertempel sebuah plaster bergambar pororo.

"Maaf, Bang... gak sengaja. Sakit ya?"

"Abang..., Bang Jenan.... ini deh pakai plaster"

"Eh tapi gambar Pororo. Udahlah ya gak apa-apa, dari pada lukanya terbuka."

"Udah dong diamnya. Apa perlu gue sujud maaf nih? Muka lo serem banget, asli."

Jenan terkekeh begitu terbayang suara panik Bintang ketika menghampirinya ke departement prosto untuk minta maaf karena telah melukainya ketika melerai pertengkaran waktu lalu.

Walau mereka sudah mengenal satu sama lain sejak lama, kadang Jenan tak paham dengan Bintang. Tingkah gadis itu sangat diluar prediksi. Sesekali Bintang terlihat seperti anak yang penurut tapi di lain waktu juga bisa berubah menjadi maung betina kalau ada yang berani mengusiknya. Contohnya seperti Zora yang memulai pertarungan lebih dulu, tentu saja Bintang menyambut dengan senang hati dan menghabisi tanpa ampun.

Pihak Zora tadinya tak ingin berdamai dan berniat mengadukan Bintang agar diproses atas tuduhan penganiayaan. Syukur saja mulut pintar Angkasa dan dukungan banyak saksi yang membela Bintang membuat Zora berpikir ulang untuk memperpanjang masalah.

Pikiran Jenan masih melayang ketika sebuah pelukan hangat dari arah belakang terasa pada permukaan kulitnya. Lelaki itu menoleh cepat kala mendapati senyum manis seseorang yang beberapa tahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya.

Wanita berambut gelombang ala salon kecantikan itu cemberut setelah tak menerima respon apa pun dari sang kekasih. "Kok kamu kayak gak ada kaget-kagetnya, sih?" protes Kyla.

"Memang kamu mau aku gimana?" jawab Jenan cuek melepas perlahan lilitan wanita itu dan gegas memakai baju. Ia risih terlalu banyak skinship meski itu dengan pacar sendiri.

Kyla berdecak. "Ya apa gitu! Pasang wajah kagetlah minimal karena aku kasih kejutan tiba-tiba balik ke Indo!"

Hampir dua tahun ini ia dan Jenan menjalin hubungan jarak jauh alias LDR. Dan seminggu belakangan Kyla hilang kontak dengan residen prostodonsia tersebut dengan alasan sibuk mengerjakan kasus. Awalnya Kyka mencoba mengerti, tapi kenapa semakin lama Jenan terlihat seolah tak peduli lagi dengannya dan terkesan menghindar.

Wanita cantik itu mendengus. Harusnya ia tak perlu merasa sakit hati. Lagian dari awal mereka pacaran, sikap Jenan memang tak pernah berubah. Terlalu dingin dan tak peduli.

Sebuah usapan pada pucuk kepala Kyla terasa. Ada Jenan beserta senyum yang sangat jarang tertampil itu tersuguh di depan matanya.

"Jangan marah," tutur Jenan lembut. Ia paham sikapnya barusan pasti melukai Kyla yang sudah jauh-jauh datang menemuinya. "Aku senang kamu pulang."

Bagai gas yang mudah menguap, seperti itulah rasa amarah Kyla pada Jenan. Hanya dengan senyum manis dan eyes smile andalan lelaki itu saja sudah mampu melukuhlantahkan perasaannya.

"Pokoknya tetap marah. Kamu nyebelin!"

Kyla membuang pandang ke arah lain. Pura-pura merajuk. Sampai kepalanya tertoleh ketika Jenan menghadapkan secara tiba-tiba. Mendaratkan sebuah kecupan kecil pada bibirnya.

Jenan sedang malas membujuk dan cara ampuh jitunya selama ini adalah melakukan hal tadi. Lelaki itu tersenyum tipis mendapati sembrurat kemerahan pada pipi Kyla yang berakhir di cubit gemas sebelum ditinggal keluar ruangan begitu saja.

"Udah dibuat baper, habis itu aku ditinggal?! Jenaaaaaan!"

🪥🪥🪥

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro