Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AFFERO 43 - The True Facts Revealed



"A-apa?" Dyezra menutup mulutnya tak percaya. Ia menatap Alka dengan kedua netra melebar karena terkejut. "Jadi Fero memang punya saudara kembar, dan yang sekarang ada di sekolah itu bukan Fero, melainkan Faro?"

Alka mengangguk. Dyezra jadi mengingat perkataan Bang Ega soal 'Fero yang punya kembaran'. Akan tetapi, ia kira kalau semua itu hanya bualan kakak sepupunya. Ternyata memang benar adanya, ya?

"Tapi kenapa Faro sampe nyamar jadi Fero di sekolah ini, Ka? Feronya ke mana?" Dyezra bertanya dengan nada lirih. Gadis itu merasa kecewa karena sudah dibohongi. Hei! Yang benar saja. Jadi selama ini ia tidak berkencan dengan pacarnya, melainkan kembarannya? Haha, lucu.

Mereka berdua berhasil menipunya.

"Kalau untuk alasan itu, gue juga nggak tahu, Ra." Alka menghela napasnya. Tatapan pemuda itu mengarah ke depan. Tepat ke arah sosok Faro yang mengepalkan kedua tangannya di balik tembok koridor.

Sorry, guys. Kali ini gue harus ikut campur. Nggak sepatutnya kalian bohongin Dyezra kayak gini.

"Awalnya gue pun ngerasa heran kenapa ada Faro di sini. Lo tahu sendiri kan kalau Fero itu sahabat gue? Gue sahabatan sama mereka berdua karena dulu kita tetanggaan. Temen main gue ya cuma mereka berdua. Sama Bang Redo juga kadang."

"Bang Redo?"

"Kakak tertua mereka. Anak sulung Keluarga Galarzo. Lo pasti belum pernah ketemu dia, 'kan?"

Dyezra mengangguk. Jangankan bertemu, ia saja baru tahu kalau ternyata Fero bukanlah anak tunggal Keluarga Galarzo hari ini. Diam-diam Dyezra merutuki dirinya yang tidak pernah mencari tahu tentang keluarga sang kekasih, selain kedua orang tua pemuda itu. Karena menurutnya, mengenal sosok Fero saja sudah cukup.

"Bang Redo sama Faro hidup di LA karena harus ngurusin bisnis keluarga mereka. Fero nggak ikut karena dia emang anti sama bisnis keluarganya dari dulu. Maka dari itu gue bingung, kenapa Faro bisa masuk ke sekolah ini dan nyamar jadi Fero."

"Sorry, Ra. Tapi gue juga nggak tahu apa alasan mereka berdua ngelakuin ini."

Penjelasan Alka membuat semuanya jadi masuk akal. Tentang sikap Fero yang berbeda. Fero yang mulai jarang menghubunginya. Tentang insiden dia membela Aretta waktu itu. Kini semua menjadi jelas. Ternyata karena dia memang bukan Fero, melainkan Faro.

"Fisik mereka begitu mirip, Ka. Bahkan dari warna suara juga sama. Wajar kan kalo gue nggak bisa ngenalin mereka?" Dyezra kembali berkata pelan. Gadis itu menunduk menatap rumput-rumput di kakinya yang bergoyang pelan karena tertiup angin.

"Wajar, kok. Mereka yang nggak tahu kalau Fero dan Faro adalah anak kembar pasti akan salah paham. Fero dan juga Faro adalah kembar identik, tapi lo bisa bedain mereka dari sifatnya, Ra. Faro itu anaknya cenderung cuek. Beda sama Fero yang petakilan."

Entah dapat keberanian dari mana sehingga Alka mendaratkan beberapa tepukan penenang pada bahu gadis itu. Ia tahu kalau Dyezra membutuhkan jawaban kenapa Faro sampai menyamar jadi Fero. Akan tetapi, ia rasa ... sudah cukup sampai di sini ia ikut campur dalam masalah ini.

"Gue nggak tahu apa alasan mereka ngelakuin ini, tapi coba lo cari tahu pelan-pelan."

Dyezra mengangkat pandangannya. Yang semula menunduk, kini menoleh pada sosok Alka yang tersenyum tipis di sampingnya. Dyezra mengangguk. Alka memang benar. Setidaknya, sekarang ia telah mengetahui fakta yang sesungguhnya. Tinggal bagaimana ia harus bersikap dan mencari tahu alasan dibalik perbuatan yang dilakukan oleh si kembar.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"Lo ngomong apa sama Dyezra tadi, Ka?"

Alka mengangkat kedua bahunya saat sosok Affarozan Galarzo berdiri menjulang dengan kedua tangan bersedekap dan tatapan datar di depannya. Ia yang tengah duduk di salah satu bangku di dalam perpustakaan jadi harus mendongakkan kepala.

"Bukannya gue udah bilang? Lo nggak usah ikut campur sama urusan gue dan Fero."

Alka mengangkat sebelah alisnya. Perkataan Faro barusan sudah membuktikan kalau pemuda itu mendengar percakapannya dan Dyezra di depan kelas tadi.

"Gue cuma jawab ketika ditanya."

Faro berdecih. Sikap Alka benar-benar membuatnya muak. "Lo masih suka sama Dyezra, 'kan?" Alka membulatkan kedua netranya. Ia menatap Faro tak percaya. "Jujur aja sama gue. Fero juga sering cerita kalo lo masih belum move on dari Dyezra."

Buak!

Alka mendaratkan satu pukulan telak pada pipi Faro. Pemuda yang merupakan mantan kekasih Dyezra itu tampak sangat marah sekarang. "Lo berdua bener-bener bajingan," kata Alka penuh penekanan dan lantas melenggang pergi tanpa memedulikan Faro yang meringis kesakitan karena pukulan yang diterimanya.

"Ck, sial!"

Faro menendang meja di dekatnya karena terlampau kesal. Pemuda tampan yang menyamar sebagai Fero itu memutuskan untuk pergi dari area perpustakaan dengan rasa kesal luar biasa.

Gue harus ngasih tahu soal ini ke Fero.

Karena Faro membutuhkan pendapat Fero tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Dyezra sudah tahu kalau ia tengah menyamar menjadi Fero, dan cepat atau lambat, gadis itu pasti akan menanyakan kebenaran itu padanya.

Atau mungkin, tidak?

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"Ra-"

"Dyezra!"

Dyezra tersentak saat suara dan tepukan pada bahu dirasakannya karena ulah Viona. Gadis itu menatap sosok sang sahabat perempuan yang juga tampak memberikan tatapan khawatir padanya.

"Lo kenapa, sih? Dari tadi ngelamun aja. Gue panggilin juga nggak nyaut-nyaut."

Hanya gelengan kepala yang Viona dapatkan sebagai respon dari pertanyaannya. Gadis itu menatap Dyezra dengan cemas dan penuh selidik. Karena tidak biasanya Dyezra akan melamun saat istirahat makan siang di kantin begini. Bahkan sahabatnya itu juga mengabaikan nasi goreng dan jus tomat kesukaannya.

"Dyezra! Ditanyain juga."

"Gue nggak apa-apa kok, Vio."

"Nggak apa-apa gimana? Lo tuh udah bersikap aneh kayak gini sejak di kelas tadi, tahu! Sebenarnya ada apa, sih?!" Jelas saja Viona dibuat gemas. Terkadang Dyezra juga masih suka merahasiakan suatu masalah darinya. Padahal mereka kan sahabat. Sudah seharusnya saling berbagi beban pikiran dan keluh kesah bersama, kan?

"Gue beneran nggak apa-apa, Vio. Cuma lagi mikirin hasil audisi modelling gue, itu aja."

Bohong.

Viona yakin kalau masalahnya tidak hanya itu. Akan tetapi, ia juga tidak ingin memaksa Dyezra jika sahabatnya itu memang tidak ingin bercerita padanya. Karena segala hal yang dipaksakan itu tidak akan berakhir baik.

"Tapi lo tahu, kan? Kalo ada apa-apa harus telepon ke mana?"

Dyezra mengangguk. "Iya, gue tau kok. Makasih ya, Vio. Lo emang sahabat terbaik gue."



Hayolohhh! Dyezranya udah tau:>
K

ecewa banget sih pasti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro