AFFERO 36 - Faro's Question: Who is Aretta?
•
•
•
Sudah sedari dua puluh menit yang lalu, Faro dibuat risih oleh tatapan menghunus Mira yang memang duduk tepat di sebelahnya. Nindi pun juga demikian. Saudara tiri Dyezra yang biasanya tidak banyak bicara itu juga ikut-ikutan melempar tatapan sinis dan tidak mengenakkan padanya.
Ohh, ayolah. Seharusnya ia yang marah pada mereka di sini. Bukankah mereka yang membully gadis bernama Aretta itu? Lantas kenapa jadi ia yang dimusuhi?
"Aduhhh, udara hari ini kok panas banget ya, Nin?"
Suara Mira membuat Faro sedikit terkesiap. Ia pura-pura menunduk dan memainkan ponselnya.
"Heran banget gue, sumpah. Kok bisa ya, ada orang bego yang seenaknya ikut campur dan belain orang yang jelas-jelas salah. Mau sok jadi pahlawan kesiangan?"
Faro mengepalkan tangannya kuat. "Maksud lo apa ngomong begitu?" tanyanya yang sudah tidak tahan dengan sindiran Mira.
"Eh, ada yang kesindir." Mira membulatkan netranya seolah terkejut. "Kenapa? Lo ngerasa, ya?" tanya Mira dengan nada menyebalkannya. "Ohh! Gue lupa! Lo kan tipe orang yang menjunjung tinggi keadilan. Makanya lo nyelamatin Aretta yang jelas-jelas kalah jumlah. Iya, 'kan?"
"Cih! Padahal nggak tau awal permasalahannya, tapi sok jadi pahlawan. Minimal mah tanyain dulu kek, masalahnya apaan. Jadi kasian sama Dyezra gue. Punya cowok, tapi cowoknya malah lebih belain rivalnya yang jelas-jelas salah karena udah nuduh Dyezra jadi penyebab semua kemalangan yang dia alami."
Brak!
"Nggak ngotak lo! Tau nggak?!" seru Mira emosi sambil menggebrak meja Faro. "Yang salah tuh si Aretta! Dia cuma playing victim! Tapi lo malah belain dia!" Mira tertawa remeh sebelum melanjutkan perkataannya. "Lo udah bikin kesalahan besar kali ini, Fer. Gue yakin, Dyezra nggak bakal semudah itu maafin lo."
"Ups! Itupun kalo lo ngerasa bersalah dan minta maaf sama dia. Hahaha!"
Faro dibuat bungkam dan tidak bisa berkata-kata oleh Mira. Kedua tangannya yang berada di bawah meja, masih mengepal kuat. Baru kali ini ia merasa sangat dipermalukan. Lihat saja tatapan teman sekelasnya yang mulai terasa tidak bersahabat.
Apakah tindakannya salah dengan menolong Aretta?
𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓
Keberadaan Deon dan Dyezra yang tengah duduk berdua di taman sekolah adalah suatu pemandangan langka. Karena sangat jarang sekali dua sejoli yang pernah membuat gempar satu sekolah itu terlihat berduaan seperti sekarang. Apalagi semenjak Dyezra dan Fero resmi menjadi sepasang kekasih.
Namun kini, kedua sejoli itu sepertinya berhasil membuat skandal baru tanpa keduanya sadari.
"Lo masih kepikiran soal kejadian di lapangan tadi, ya?" tanya Deon yang mencoba memecah keheningan diantara mereka.
Dyezra menarik sudut bibirnya dan menggeleng. "Enggak juga, kok. Cuma gue nggak nyangka aja. Kalo Fero bakal belain Aretta," jawab Dyezra dengan suara memelan di akhir kalimat.
Deon menolehkan kepalanya ke samping kiri, tepat ke arah Dyezra yang tengah menatap pemandangan hijau taman dengan sendu. Gadis itu memang tidak pandai menyembunyikan perasaan dan suasana hatinya. Ia benci mengakui ini, tapi ia tidak suka melihat Dyezra bersedih. Apalagi karena Fero.
"Bolos mau nggak?"
Dyezra spontan menoleh ke arah Deon dengan ekspresi terkejutnya. "Lo ngajak gue bolos, Yon?" tanya Dyezra memastikan.
Deon mengangguk mantap. "Gue tau lo butuh pengalihan pikiran sekarang. Makanya gue ajak lo bolos. Kita jalan-jalan, gimana?"
"Gue mau!" Urusan bolos mah, Dyezra nomor satu. Apalagi kalau bolosnya karena diajak jalan-jalan. Siapa yang tidak mau coba? "Ayo buruan, Yon! Keburu ketahuan ntar kita!" seru Dyezra yang sudah berlari kecil mendahului Deon ke arah parkiran sekolah mereka.
Tentu saja Deon merasa senang melihat keantusiasan gadis yang sampai sekarang masih disukainya itu. Ya, tidak disangka bukan? Deon memang masih menyimpan perasaan sukanya pada Dyezra. Akan tetapi, ia sadar diri. Karena Dyezra lebih memilih Fero sebagai kekasih hati gadis itu.
Kedua sejoli itupun akhirnya pergi membolos di hari itu.
𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓
Faro tidak tahan dengan situasi yang memojokkan dirinya saat ini. Pemuda itupun akhirnya memilih untuk bertanya langsung pada Fero soal Aretta. Karena sang saudara kembar memang belum menceritakan apapun tentang sosok Aretta. Yang Fero ceritakan hanya sahabat-sahabat Dyezra dan keluarga gadis itu saja.
Video call adalah langkah yang dipilih oleh Faro untuk menghubungi Fero saat ini. Ia bahkan sampai membolos jam pelajaran dan kabur ke UKS, demi agar bisa leluasa menghubungi saudara kembarnya di London sana. Karena akan sangat gawat kalau sampai ada orang lain yang melihat dan mendengarkan percakapan mereka.
Ringing.
Panggilan tersebut berdering, tapi tidak kunjung diangkat oleh sang empunya. Entah ke mana perginya Fero. Akan tetapi, panggilan video call Faro akhirnya diangkat pada menit kedua.
"Hoamm ... apaan? Gue lagi menikmati waktu tidur siang gue, tau."
Fero dengan wajah bantalnya berucap malas. Tampak masih sangat mengantuk sepertinya. Di London memang sudah siang sekarang ini, jadi wajar kalau Fero berucap demikian karena Faro telah mengganggu waktu tidur siangnya.
"Siapa Aretta? Apa benar dia rivalnya Dyezra? Kenapa lo nggak cerita ke gue soal gadis itu?" tanya Faro to the point. Ia bukan tipe orang yang akan berbasa-basi terlebih dahulu.
Mendengar nama Aretta disebut, Fero yang semula masih tampak mengantuk, kini spontan bangun dari posisi berbaringnya dan menatap wajah Faro di layar ponselnya.
"Aretta? Si nenek sihir itu?"
"Ya mana gue tau dia Nenek Sihir apa bukan, anjir! Lo belum nyeritain apapun soal dia!" seru Faro yang kelewat kesal karena sikap Fero yang terlalu santai dalam menanggapi pertanyaannya. Padahal ia sedang serius sekarang.
"Hoamm ... gue cuci muka dulu, dah. Biar agak segar dikit. Tunggu ye."
Faro menatap Fero dari layar ponselnya tak percaya. Bisa-bisanya, di saat seperti ini. "Woy, Fer! Buset, nih anak. WOY!"
Percuma, si Fero bahkan sudah melesat pergi ke kamar mandi dan meletakkan ponselnya yang masih menyala di atas ranjang. Mengabaikan Faro yang dibuat kesal setengah mati karena sikapnya yang dinilai terlalu santai. Padahal karena dirinya lah Faro sampai terseret dalam keadaan seperti ini.
Beberapa menit kemudian ... Fero sudah kembali dari kamar mandi. Kini wajah Fero sudah tampak lebih segar, dan tidak ada lagi wajah bantal.
"Buruan jelasin!" desak Faro saat keberadaan Fero sudah muncul di layar ponselnya.
"Sabar, elah. Emang kenapa, sih? Tiba-tiba lo nanyain soal Aretta."
"Nanti gue ceritain alasannya. Lo harus jawab pertanyaan gue dulu. Siapa Aretta? Apa benar dia rivalnya Dyezra? Kalo iya, kenapa semua sahabat-sahabat lo kayak ikut musuhin dan benci sama Aretta?"
Fero menghela napas. "Panjang ceritanya ..."
•
•
•
Dan dongeng ala Fero pun dimulai~
Gimana sama part ini?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro