AFFERO 25 - Free Hours in the Stands
•
•
•
"Eh, Ra! Coba lihat ke lapangan, deh!"
Dyezra spontan menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Viona. Di tengah teriknya matahari, ia bisa melihat sosok kekasihnya yang tengah berlatih servis dengan para siswa kelas XII MIPA-2 yang lain. Sudut bibir Dyezra terangkat, membentuk seulas senyum manis. "Samperin, yuk?!" ujarnya yang langsung menarik tangan sang sahabat menuju area tribun lapangan sekolah mereka.
Viona yang ditarik tiba-tiba sempat menggerutu sebal, tapi akhirnya tetap mengikuti langkah sahabatnya yang sedang kasmaran. Harus ia akui, sosok Fero dengan headband di kepalanya memang tampan. Akan tetapi jika mengingat sifatnya yang tengil itu, membuat Viona harus menarik kembali semua pujiannya untuk Fero.
"Jangan di bawah, Ra. Panas. Males gue panas-panasan," kata Viona yang hanya diangguki oleh Dyezra.
Mereka berdua pun akhirnya memilih duduk di tribun paling atas demi menghindari sengatan panas matahari pada siang itu. Kelas Viona dan Dyezra sedang jam kosong, itulah kenapa kedua gadis ini memilih untuk berjalan-jalan keluar kelas. Tadi mereka juga sempat mampir ke kantin untuk membeli jajanan dan minuman, tapi sudah habis dimakan selama di jalan.
Sepertinya anak kelas XII MIPA-2 belum ada yang menyadari kehadiran Viona dan Dyezra yang memerhatikan mereka dari tribun teratas. Hal itu tentu saja memberikan keuntungan sendiri untuk keduanya. Cuci mata di hari yang terik seperti ini memang sangat menyegarkan.
"Widihh! Si Mira keren juga ya mainnya!" seru Viona saat melihat aksi Mira ketika memasukkan bola voli pada daerah lawan. Para anak cewek memang langsung melakukan pertandingan voli setelah menyelesaikan praktek dan penilaian mereka barusan.
Dyezra mengangguk. "Kali ini gue setuju sama lo. Mira kan emang jagonya kalo soal voli. Aretta aja kalah sama dia," ujar Dyezra kala mengingat sosok sang rival, Margaretta Anetta.
"Loh? Aretta bisa main voli juga?"
"Ck! Masa lo nggak inget? Kan dia pernah diminta ikut turnamen waktu kelas 10 dulu, buat gantiin salah satu pemain yang cidera pas latihan. Inget nggak?"
"OHH! IYA-IYA, GUE INGET!"
"Nah! Kalo Mira kan emang pada dasarnya tuh anak multitalenta, samalah kayak Devina." Dyezra tersenyum dan melambaikan tangannya saat sosok Mira menyadari kehadirannya dan Viona. "Voli bisa, basket bisa, MC bisa, jadi bendahara pernah, jadi sekretaris juga pernah. Cuma karena dia nggak suka ikut ekskul dan organisasi aja, makanya kemampuan dia nggak tereksplor dengan baik."
Viona ber-oh ria dan mengangguk-angguk paham setelah mendengar penjelasan Dyezra. "Iya, sih. Aslinya sayang banget tuh bakatnya si Mira. Gue juga pernah nanya, kenapa dia nggak mau ikut ekskul atau organisasi gitu. Katanya males, di rumah juga sibuk. Kan dia masih harus bantuin orang tuanya buat jaga toko sepulang sekolah."
"Ohh, iya! Orang tuanya kan punya toko sembako dan alat-alat sepeda gitu, ya?"
"BETUL!" Viona menjentikkan jarinya. "Apalagi si Mira kan anak tunggal. Jadi, you know lah."
"Iya-iya, paham gue."
Kedua gadis yang merupakan pentolan sekolah itu terus bercengkrama tanpa menyadari satu per satu tatapan siswa kelas XII MIPA-2 mulai mengarah pada mereka. Banyak yang bertanya-tanya kenapa ada Dyezra dan Viona di sana saat masih jam pelajaran begini. Namun ketika mengingat kalau ada Fero, Nindi, dan Mira di kelas mereka, para anak kelas MIPA-2 jadi tidak heran lagi. Terlebih Dyezra pasti ingin melihat sosok kekasihnya, Fero saat bermain bola voli.
Drrtt! Drrtt!
"Eh, Ra! HP lo bunyi, tuh!" seru Viona saat menyadari getaran yang ditimbulkan oleh ponsel Dyezra yang terletak di saku seragam sahabatnya itu. "Notif pesan? Apa telepon?" tanya Viona penasaran.
Dyezra menggeleng dan mengangkat bahu. Ia mengeluarkan benda pipih itu dari saku seragam dan membukanya. Nama BANGGA♡ terpampang paling atas di notifikasi WhatsApp milik Dyezra. Gadis dengan netra kecoklatan itu jadi mengerutkan kening dan bertanya-tanya. Tumben sekali abang sepupunya ini menghubungi dirinya?
"Notif pesan, dari Bang Ega."
"Wahh! Tumben banget Abang lo ngechat. Tapi keknya udah lama ya dia nggak ngehubungin lo?"
Dyezra mengangguk setuju dengan perkataan Viona. Narega Harsa Wijaya, atau yang kerap disapa Bang Ega itu sudah lama tidak menghubungi dirinya karena kesibukan laki-laki itu sendiri. Bang Ega adalah kakak sepupunya yang merupakan keponakan dari sang papa, Arkabima Wijaya. Mungkin sudah sekitar dua bulan lamanya ia tidak mendengar kabar apapun dari kakak sepupunya yang begitu gila dengan dunia cyber itu.
"Iya, Vio. Udah lama Bang Ega nggak ada ngabarin gue. Apa sekarang dia sesibuk itu, ya? Karena setiap gue tanya sama Papa, beliau selalu bilang kalo Bang Ega lagi ngerjain proyek penting di luar negeri, makanya nggak bisa diganggu."
"Bisa jadi dia emang lagi sesibuk itu sih, Ra. Terus itu chat dari Bang Ega isinya apa? Jadi penasaran gue," tanya Viona sembari mendekatkan dirinya dan ikut menatap layar ponsel milik Dyezra.
"Dia ngajak gue sama Diorza ketemuan di perpustakaan kota sepulang sekolah nanti," tutur Dyezra. "Tapi ada yang aneh, Vio ..." Dyezra menggantung kalimatnya, membuat Viona jadi mengangkat alis bingung dan semakin dibuat penasaran karenanya.
"Apa? Apa yang aneh?" tanya Viona tak sabar.
"Kenapa Bang Ega bilang mau bahas soal kembaran Fero? Emangnya Fero punya kembaran?"
Deg!
•
•
•
Wohoo, konfliknya makin memanas, Bung. Kemunculan Narega berarti sesuatu😎
Notif pesan dari Narega dan isi chatnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro