Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AFFERO 12 - The Return of Alfredo & Affaro Galarzo



Unit apartemen mewah bertipe 2BR itu terasa sepi pagi ini. Hanya ada suara langkah kaki dan grasak-grusuk dua kakak-beradik dari Keluarga Galarzo. Ya, mereka adalah Affaro dan Alfredo. Keduanya tampak sibuk menata dan memilah-milah pakaian yang ada di dalam lemari besar dengan ukuran 3 x 4 meter persegi tersebut untuk dimasukkan ke dalam koper.

"Abang yakin mau ikut nganterin Faro sampai ke Indonesia?" tanya sang adik yang berhasil memecah keheningan diantara mereka.

Alfredo mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya pada lipatan baju yang tengah ia kerjakan. "Yakin. Abang udah kangen banget sama Indonesia. Kangen Fero dan Mama juga. Jadi pulang sebentar selama beberapa hari juga nggak masalah, 'kan?"

Faro mengangguk setuju, ia juga berpikir hal yang sama. Ia sendiri juga sudah tidak sabar bertemu dengan saudara kembarnya dan sang mama tercinta. Akan tetapi, tujuan Alfredo sebenarnya tidak hanya itu saja. Melainkan ia ingin mencari tahu tentang sosok gadis yang telah berhasil memikat adik sulungnya, si Fero.

Alfredo menyeringai. Laki-laki 27 tahun itu menoleh ke arah Faro. "Kamu percaya nggak kalo Fero sekarang udah punya pacar?" tanya Redo tiba-tiba sambil menaik-turunkan alisnya.

Kening Faro seketika mengernyit seolah tak percaya. "Serius? Fero sudah bertemu tambatan hatinya?"

"Hmm ... sebenarnya Abang juga nggak terlalu yakin, sih. Cuma kapan hari Mama kan telepon. Nah, dia bilang kalau punya calon mantu cantik! Pacarnya si Fero. Abang belum sempat nanya siapa gadis itu," jelas Alfredo panjang lebar.

Sudut bibir Faro seketika terangkat. "Wahh, aku juga jadi ikut penasaran siapa sosok gadis yang berhasil menaklukkan Fero."

"Abang juga penasaran! Untung saja urusan kepindahan kamu sudah selesai semua. Passport aman, 'kan? Jam penerbangan kita sekitar pukul tujuh malam kan nanti?"

Faro mengangguk. "Iya, sekitar pukul tujuh malam nanti. Kemungkinan kita sampai di Indonesia besok malam."

"Woahh, jadi tidak sabar!"

"Indonesia, I'm home!"

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa, kini Alfredo dan Affaro sudah berada di bandara. Mereka tidak perlu sibuk menunggu dan berdesak-desakan, karena Keluarga Galarzo punya pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka langsung ke bandara Soekarno-Hatta. Memang bukan pesawat besar, hanya pesawat kecil yang memungkinkan menampung sekitar 15 orang saja.

Style pakaian yang digunakan keduanya pun juga cukup santai. Affaro dengan T-shirt putih dan ripped jeans ditambah sabuk serta aksesories rantai di pinggangnya membuat pemuda itu terlihat begitu tampan. Alfredo tampak tampil cool dengan kemeja denim lengan panjang yang dipadukan dengan jeans berwarna senada. Tak lupa kacamata hitam yang dipakainya membuat anak sulung Keluarga Galarzo itu terlihat lebih muda 4 tahun dari usia yang sebenarnya.

Di sana pun, mereka sudah ditunggu oleh beberapa bodyguard kepercayaan Alfredo dan diarahkan menuju pesawat pribadi mereka. Koper dan segala macam barang bawaan juga sudah mereka berikan kepada para bodyguard.

Hingga tinggal menunggu kapan mereka akan sampai di Indonesia dan bertemu dengan keluarga tercinta.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"Feroooo! Bantuin Mama sebentar, ihh! Ituloh makanan di meja belum kamu tata!"

"Itu juga angkatin jemuran kering ke ruang tengah! Nanti Mama yang lipat."

"Kamu jangan lupa siapin mobil buat jemput Abang sama Adek kamu nanti."

"Iya Ma, iya ..." Fero mengusap wajahnya kasar sebelum beranjak berdiri melakukan perintah sang mama.

Kalian tahu apa yang membuat nyonya besar di Keluarga Galarzo itu tampak begitu rempong hari ini? Yups! Jawabannya adalah karena anak sulung dan anak bungsunya akan kembali pulang ke Indonesia sebentar lagi. Sudah sedari pagi Ibunda Fero itu berkutat di dapur. Memasak ini dan itu. Menyiapkan ini dan itu untuk menyambut kepulangan keduanya.

Padahal masih nanti malam, tapi ujung-ujungnya juga Fero yang disuruh-suruh untuk membantu. Ya ... mau bagaimana lagi. Tinggal ia saja yang bisa diandalkan untuk membantu sang mama sekarang. Sementara papanya? Ohh, jangan tanya. Pria tua itu jelas lebih memilih menyibukkan diri di kantornya bersama tumpukan berkas-berkas.

Menata makanan di meja, membawa baju kering ke ruang tengah, dan memanaskan mobil. Semuanya Fero kerjakan dengan cepat karena ia ingin segera selesai dan kembali rebahan. Kebetulan hari ini memang Hari Minggu, jadi sekolah pun libur.

Lalu soal keberangkatannya ke London ... itu masih sekitar 2 hari lagi, dan Fero memiliki rencana yang bagus. Di mana ia akan sangat membutuhkan bantuan dari saudara kembarnya, Affarozan Galarzo.

Sudut bibir Fero seketika terangkat. Pemuda yang kini sedang berada di garasi sembari memanaskan mobil itu menyeringai memikirkan rencana gila yang akan ia jalankan.

Apakah kalian bisa menebak rencana seperti apa yang dipikirkan oleh Fero?

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Soekarno-Hatta International Airport, at 19:20 PM.

Fero mengusap-usap kedua telapak tangannya guna menghalau rasa dingin yang dirasa. Udara malam di bandara benar-benar dingin sehingga membuat pemuda itu harus melapisi bagian tubuh atasnya dengan jaket tebal. Tidak jauh berbeda dengan seorang wanita paruh baya di sampingnya. Ibu dari tiga orang anak laki-laki itu juga tampak kedinginan dengan udara malam di Bandara Soekarno-Hatta.

"Ma! Kita nyari minuman hangat dulu, yuk?" Fero yang tidak tega melihat sang mama kedinginan, berinisiatif mengajak mamanya mencari minuman hangat di area sekitar bandara.

"Enggak, deh. Kamu aja yang pergi nyari, sana. Mama mau di sini aja nungguin Redo sama Faro."

Fero menghela napas. "Ya udah. Biar Fero cariin minuman hangat dulu. Mama tunggu di sini, ya. Jangan ke mana-mana!"

"Iya-iya! Mama nggak bakalan ke mana-mana, kok! Udah, sana!"

Akhirnya Fero pun memisahkan diri dari sang mama guna mencari minuman hangat yang sekiranya cocok di lidah. Bukannya apa, mamanya itu kalau makan atau minum suka cocok-cocokan. Berbeda dengannya yang apa aja pasti dimakan, asalkan enak.

Sudah sekitar satu menit berjalan, kini Fero mendaratkan kakinya di area food court. Netra kelam itu menelusuri stand-stand makanan yang ada di sana, dan pilihan Fero jatuh pada Starbucks. Ia langsung saja memesan dua gelas cappucino dan caramel macchiato. Lantas membayarnya dengan cepat setelah pesanan miliknya sudah siap.

Kemudian, Fero pun buru-buru meninggalkan tempat karena tidak ingin membuat sang mama menunggu terlalu lama, dan begitu sesampainya ia di sana. Kakak laki-laki dan saudara kembarnya sudah tiba.

Perlahan tapi pasti, senyuman Fero mengembang.

Grep!

"Gilaaaa! Udah gede aja lo, Fer!" pekik Alfredo setelah memberikan pelukan rindu pada sang adik sulung. Laki-laki dewasa itu tertawa keras setelahnya sambil menepuk-nepuk punggung Fero dengan akrab.

"Bang! Malu anjir diliatin orang!" desis Fero dengan bibir yang sedikit mengerucut. Tatapan pemuda itu juga beralih ke arah sang saudara kembar, Affaro. "Eh, brother. Lo nggak mau meluk gue juga?" ujar Fero dengan kerlingan menggodanya.

Faro mendengkus, tapi kemudian tanpa ragu melangkah mendekat dan memeluk erat kembarannya. "Kangen banget," cicit Faro yang hanya bisa didengar oleh Fero.

Afferozan Galarzo terkekeh. "Dari dulu gue tuh orangnya ngangenin emang," ujar Fero dengan percaya dirinya.

Alfredo mencibir. "Pret! Tapi emang iya, sih. Kangen banget gue sama lo, Dek! Udah lama banget rasanya kita nggak ngumpul bertiga."

"Benar kata Bang Redo. Udah lama kita nggak ngumpul," timpal Faro sambil mengeratkan jaket yang dipakainya.

Fero tertawa dan mengangguk-angguk mengerti. Ketiga saudara itupun asik mengobrol guna melepas rindu. Hampir saja mereka melupakan keberadaan sang mama jika wanita paruh baya itu tidak menginterupsi ketiganya untuk segera pulang. Mengingat angin malam yang sudah semakin dingin di luar.

"Ayo pulang. Kalian bisa lanjutkan ngobrolnya begitu sampai di rumah, oke?"

"Siap, Ibu Negara!"



Aaaa, terharu banget asli😭
Akhirnya kalian bisa kumpul lagi😍

Meskipun cuma beberapa hari karena Fero harus berangkat ke London dan Bang Redo kembali ke LA :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro