Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AFFERO 08 - Restlessness of Heart



"Lama amat lo beli makanan, Fer. Dyezra sampe ketiduran, noh. Nungguin makanan nggak dateng-dateng."

Fero menoleh ke arah ranjang UKS yang ditunjuk oleh Viona, dan benar saja. Dyezra sudah tertidur pulas dengan wajah yang masih terlihat sedikit pucat. Sesaat setelahnya, Fero menghela napas dan meletakkan dua bungkus styrofoam di nakas dekat ranjang.

"Sorry, tadi ada sedikit masalah di kantin."

Kening Viona spontan mengernyit dalam. "Masalah? Masalah apa?" tanya gadis dengan surai sebahu tersebut.

"Biasalah. Ada anak yang bawa makanan nggak hati-hati. Alhasil tuh makanan tumpah dan piringnya pecah. Gue cuma bantuin beresin aja tadi," jelas Fero.

"Ohh, gitu."

Hening.

Baik Viona maupun Fero tidak berniat membuka percakapan lagi. Namun Viona yang sepertinya memang sudah kelaparan meraih kantong kresek yang tadi dibawa oleh Fero dan mengambil satu kotak makanan untuknya.

Fero sendiri hanya membiarkannya saja dan lebih memilih menarik satu kursi yang tersedia di UKS. Lantas kemudian mendudukkan dirinya tepat di samping Dyezra yang masih tertidur pulas. Melihat betapa damainya sang gadis saat tertidur membuat perasaan gelisah dan khawatir Fero seketika membaik.

Karena sejujurnya, perasaan pemuda itu sedang tidak baik-baik saja sejak kemarin. Ya, sejak pembicaraannya dengan sang papa semalam. Hal itu benar-benar menyita pikirannya sampai sekarang.

Apa gue bakalan sanggup ninggalin lo?

Fero tersenyum miris dengan netra yang tak teralihkan dari wajah cantik gadisnya. Alasan utamanya menolak perintah sang papa adalah gadis ini. Gadis yang begitu berarti dalam hidupnya selama 2,5 tahun terakhir. Gadis yang berhasil membuatnya merasa dicintai dan dihargai. Gadis yang selalu ingin ia jaga senyumannya agar tetap tersenyum bahagia.

Dyezra Wijaya Alengka.

"Fer, udah bel masuk. Lo nggak ke kelas?"

Perkataan Viona berhasil membawa Fero kembali ke alam nyata. Pemuda bernama lengkap Afferozan Galarzo itu menggeleng pelan. "Gue mau tetap di sini jagain Dyezra. Mending lo ke kelas duluan aja, sekalian izinin gue sama guru piket."

Hari ini ada yang sedikit berbeda dari Fero, tapi Viona tidak bisa menebak apa itu. Jadi gadis yang merupakan sahabat Dyezra tersebut hanya mengangguk dan memilih mempercayakan Dyezra pada Fero. Sementara ia akan kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasa. Yah ... meskipun otaknya tidak bisa berhenti berpikir dan menebak-nebak.

Terkadang, Fero bisa menjadi sangat misterius menurut pengamatan Viona sendiri.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Detik demi detik rasanya berjalan begitu lambat bagi Fero yang saat ini masih saja menunggu Dyezra bangun dari tidur panjangnya. Sudah sekitar satu jam lamanya yang dilalui oleh pemuda berusia 18 tahun itu untuk menunggu sang kekasih. Bahkan saat ini mungkin saja sudah hampir memasuki jam pelajaran ketiga, tapi Fero masih setia menunggu.

Ruang UKS memang sepi. Hanya ada dia dan Dyezra saja di sini. Makanan yang ia beli sejak 45 menit yang lalu pasti sudah tidak hangat lagi. Bahkan Fero sendiri tidak yakin apakah makanan itu masih enak jika dimakan dalam keadaan yang sudah mendingin.

Fero tidak punya keberanian untuk membangunkan Dyezra saat ini. Meskipun punggungnya sudah mulai pegal karena duduk terus sedari tadi. Sesekali game online di ponselnya juga menemani dalam sunyi.

Namun takdir seolah sudah ditentukan, kelopak mata yang menyembunyikan sepasang netra kecoklatan milik Dyezra itu kini terbuka perlahan. Kelopak mata itu mengerjap-erjap sebentar demi menyesuaikan cahaya sebelum benar-benar terbuka lebar. Atensi Dyezra seketika mengarah pada Fero yang kini sudah tersenyum manis padanya.

"Eh, Putri Tidur sudah bangun. Gimana tidurnya? Nyenyak? Laper nggak?"

Dyezra tersenyum kecil begitu mendengar rentetan pertanyaan yang dilemparkan Fero padanya. Gadis itu tidak menjawab, melainkan memilih untuk bangun dan berusaha mendudukkan diri dengan nyaman. Tentu saja Fero dengan reflek cepat langsung membantu Dyezra untuk duduk.

"Kok lo ada di sini? Nggak masuk kelas? Padahal gue nggak apa-apa sendirian di UKS, Fer." Jawaban Dyezra sangat melenceng jauh dari pertanyaan Fero. Namun gadis itu hanya ingin menjelaskan kalau ia sudah tidak apa-apa, dan Fero tidak perlu terlalu mencemaskannya sampai rela meninggalkan pelajaran seperti ini.

"Gue cuma khawatir."

Lagi-lagi Dyezra tersenyum kecil sebelum berujar. "Gue tau ... tapi gue nggak mau kalo lo sampe ninggalin pelajaran kek gini, Fero."

Fero mengangguk saja. Pemuda itu tidak ingin membantah dan memulai perdebatan dengan kekasihnya saat ini. Tanpa banyak bicara, Fero langsung mengambil kantong plastik berisi makanan dan membuka kotaknya dengan hati-hati.

"Lo makan dulu, ya. Habis itu gue bakalan langsung ke kelas. Janji."

Dyezra tersenyum tipis dan mengangguk tanda setuju. Gadis itu segera membuka mulutnya, dan Fero yang peka langsung menyendokkan sesendok bubur ayam itu pada Dyezra. Terus seperti itu sampai bubur ayam tersebut habis dimakan oleh sang gadis. Setelah itu, Fero pun beranjak berdiri dan berjalan ke arah galon air yang memang sudah disediakan di UKS untuk mengambil minum. Lantas segera membawanya pada Dyezra yang langsung diminum oleh gadis itu hingga tandas.

"Makasih, ya. Maaf jadi ngerepotin. Kapok deh gue karena nggak sarapan tadi pagi," keluh Dyezra dengan bibir yang sudah mencebik kesal.

Fero terkekeh. "Makanya jangan skip sarapan. Udah tau punya riwayat penyakit maag."

Bibir Dyezra mengerucut. "Namanya juga buru-buru. Daripada gue telat masuk, terus dihukum gimana?"

"Itu mah derita lo." Tatapan sengit langsung didapatkan Fero dari gadisnya. Hal tersebut tentu saja membuat pemuda dengan netra kelam menenangkan itu tertawa kecil. Mendaratkan telapak tangannya pada puncak kepala sang gadis, lalu mengusaknya dengan gemas. "Hahaha, bercanda. Nanti kalo dihukum, ya gue temenin lo sampe selesai hukumannya."

Dyezra mendengkus. "Nemenin doang tapi nggak bantuin juga buat apa."

Lagi-lagi Fero dibuat terkekeh akan perkataan gadisnya.

Hari itu dilalui Fero untuk menemani Dyezra di UKS sekolah sampai jam istirahat kedua. Karena setelahnya, Dyezra yang memang sudah merasa lebih baik, memutuskan untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Tentunya setelah mendapat banyak petuah-petuah dari Fero yang terlampau khawatir padanya.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"Ra, lo ada ngerasa aneh nggak sih sama sikap Fero hari ini?" tanya Viona pada Dyezra.

Kedua gadis itu sedang berjalan bersama di koridor kelas yang sepi sembari membawa beberapa tumpuk buku tulis milik teman-temannya untuk dikumpulkan ke ruang guru.

Dyezra mengernyit, dan menggeleng kemudian. "Entahlah. Gue nggak terlalu merhatiin. Aneh gimana sih maksud lo?"

"Ya aneh aja. Masa lo nggak merhatiin, sih? Dia kayak orang yang banyak pikiran banget gituloh. Nggak tau, dah. Bingung gue jelasinnya."

Dyezra terdiam mendengar penjelasan Viona. Apakah Fero memang sedang banyak pikiran? Kenapa ia tidak menyadari hal itu?

"Nanti gue coba tanyain langsung sama dia."

Viona mengangguk setuju dengan perkataan Dyezra. Kedua gadis itupun akhirnya kembali melanjutkan langkah menuju ruang guru sambil berbincang-bincang ringan. Sesekali Viona juga melempar candaan yang berhasil membuat Dyezra tertawa.

Hingga tanpa diduga, Viona dan Dyezra berpapasan dengan Alkanu Fardhani yang tampak terburu-buru. Dyezra dan pemuda kebanggaan sekolah mereka itu juga sempat bersitatap selama dua detik sebelum Dyezra yang memilih mengalihkan tatapannya terlebih dulu.

"Ra, yang barusan itu mantan lo, 'kan?"

Dyezra tersenyum tipis dan mengangguk.

"Iya, dia mantan gue, Alka."



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro