Reamor- Penyerangan
Chapter 4
Penyerangan
Pupil mata pria tua itu terbelalak bukan main. Sesuatu yang di sembunyikan sejak lama dan bahkan hanya dirinya saja yang tahu. Kini ia di kejutkan akan kehadiran seorang pria asing yang tiba-tiba mengetahui jati diri dari keponakannya tersayang.
Lei menyeringai melihat keterjutan paman Ron. Ia kembali memakai tudung lusuh untuk menutupi wajah dan kepalanya.
"Kita bisa bicara lebih lengkap di rumah anda."
Bibir paman Ron terkatup rapat. Raut keriput di wajah tuanya terlihat semakin kusut. Ia menatap Mira sebentar. Lalu kembali menarik kekang untuk membuat Lisa berjalan.
Setibanya di Hocus and Pocus. Paman Ron memapah tubuh Mira masuk ke dalam toko. Lei melompat turun. Tapi sebelum ia masuk. Paman Ron berbalik dan menoleh menatapnya.
"Tunggu sebentar di sini. Aku akan menidurkan Mira di dalam kamar."
Lei mengganguk setuju. Di biarkan Paman Ron menghilang dari balik pintu. Tak menunggu waktu lama, pria tua itu kembali membukakan pintu toko dan membiarkan Lei untuk masuk.
Di tengah-tengah ruangan. Telah tersedia sebuah meja bulat dan dua buah kursi kayu. Paman Ron mempersilahkan Lei untuk duduk terlebih dahulu, lalu akhirnya pun ia turut duduk di hadapannya.
"Apa yang kau inginkan? Aku akan memberikanmu emas sebanyak yang kau mau."
Lei tertawa sembari membuka tudung kepalanya. Eletric blue miliknya menelik tajam Paman Ron.
"Aku tidak butuh hartamu Tuan," ujar Lei. Manik mata paman Ron melirik pedang yang tersangkur pada pinggang kanan Lei yang tersibak oleh jubah.
Dari ganggangnya, terlihat jelas bahwa itu adalah pedang tipe bastard sword. Siapapun bisa memilikinya, ini mengidentifikasikan bahwa Lei adalah tipe pejuang seperti para knight. Mungkin saja ia adalah bagian dari sebuah guild. Mengingat kelompok seperti itu sangat populer di Aestival.
"Lalu apa yang kau inginkan anak muda?" lanjut paman Ron. Lei menyeringai dan kembali mengatur posisi duduknya.
"Aku ingin kau menyerahkan wanita itu padaku."
Meja tiba-tiba dipukul dengan sangat keras. Sebuah belati pun mengarah ke bawah dagu si pemilik netra eletric blue. Ancaman dari paman Ron sama sekali tidak membuat senyum sinis milik Lei menghilang karena takut.
Lei masih duduk dengan santai. Ia lalu merogoh sebuah amplop lusuh dari dalam jubah, di mana ada sebuah stempel berlogo seekor naga emas sebagai cap surat tersebut.
Pupil mata Paman Ron berkilat terkejut. Ia melirik Lei dengan tatapan tak percaya lalu mengambil surat tersebut dengan segera.
Paman Ron kembali duduk dan ia mulai membuka amplop tersebut dan membaca isinya. Binar keterjutan terus terlihat saat matanya bergerak menelusuri isi surat.
Garis-garis keriput yang ia miliki terlihat makin kusut. Wajahnya terlihat sangat syok dan tak berdaya. Bilah belati yang semula ia todongkan pada Lei. Ditariknya kembali ke dalam sangkur.
"Ini tidak mudah," lirih paman Ron. Tatapan matanya terlihat kosong. "Aku tidak bisa menyerahkan Mira padamu."
"Kau harus segera memberi keputusan. Kejadian tadi sore akan menimbulkan gejolak di masa depan. Ras Elf di karavan akan menyelidiki gadis apel itu secara segera." Lei berusaha meyakinkan paman Ron.
Kerutan di dahi paman Ron semakin tercipta. Itu menandakan bahwa ia sedang berpikir keras. Kendati demikian, suara ketukan dari luar pintu mengalih fokus mereka berdua.
"Mungkin itu salah satu utusan." Lei beranjak dan mengambil tempat bersembunyi di belakang pintu.
Paman Ron pun membuka pintu dan ia mendapati dua Elf yang sebelumnya bekerja sebagai pemeriksa karcis. Kini berdiri di depan toko.
"Apa kami bisa berbicara sebentar?" tanya seorang dari mereka. Paman Ron mengganguk pelan.
"Mungkin akan lebih nyaman jadi kita bisa berbicara di dalam rumah," sahut seorang lainnya.
"Tidak, kita bisa bicara di sini," tolak paman Ron dengan halus. Dua Elf tersebut saling menatap satu sama lain. Paman Ron menangkap sebuah bahasa isyarat yang terpancar dari emerald keduanya.
"Mengapa ras seperti kalian repot-repot mengunjungi pria tua sepertiku?"
Tatkala ketika paman Ron menanyakan hal tersebut. Sesuatu yang kasat mata menghempasnya hingga punggung tuanya menubruk meja dan kursi.
Paman Ron langsung berbatuk darah. Dua Elf tersebut lalu menyelinap masuk ke dalam toko. Emerald keduanya menelisik seluruh isi toko. Saat maniknya hampir menatap Lei.
Bastard Sword yang semula tersarung. Ditarik Lei dengan cepat dan ia kemudian menebas dada seorang dari mereka.
Percikan koloid beraroma besi karat tercipta di garis wajahnya yang tampan. Elf yang masih hidup, menatap Lei dengan sangat terkejut. Di tambah melihat kematian sang kawan terjadi di depan mata.
"Siapa yang mengutus kalian ke sini?" Ujung runcing bastard sword milik Lei menyentuh leher si pria Elf.
"Bukan urusanmu!" kilah si pria. "Kau telah melakukan dosa besar!" Sebuah bola hijau melesat keluar dari telapak tangannya.
Lei dengan cepat menangkis serangan tersebut. Akibatnya deretan botol ramuan yang tertata rapi di rak dinding. Pecah tidak karuan.
"Gadis berambut merah itu akan jadi milik kami!"
Elf tersebut kembali mengeluarkan serangan bola-bola hijau dari kedua telapak tangannya. Berkali-kali Lei menangkis serangan tersebut dengan bastard sword.
Paman Ron mengambil kesempatan itu untuk menyelamatkan diri. Ia masih berbatuk darah.
Mira yang tertidur nampak terganggu dengan kegaduhan yang terjadi di toko. Ia pun bergegas bangun dari atas tempat tidur.
Walaupun kepalanya masih terasa pening. Ia tetap memaksakan diri untuk terus berjalan. Bunyi benda pecah semakin membuat hati Mira sangat khawatir.
Ketika ia tiba di lokasi kejadian. Pupil matanya membulat besar. Saat melihat seisi toko nampak seperti kapal pecah. Berbagai aroma ramuan bercampur menjadi satu.
"Mi ... ra."
Keterjutan Mira belum berakhir. Ia nampak histeris melihat paman Ron yang sedang terluka di tambah- tiga pria tidak di kenal yang sedang berkelahi di dalam toko.
Pertarungan sengit antar Lei dan si Elf terjeda untuk beberapa saat. Mereka berdua dengan serempak menoleh ke arah Mira.
"Siapa kalian?" marahnya. Ketika netra ambernya melihat lantai yang nampak kotor. Ia langsung membekap mulut dan hidung ketika mendapati mayat pria Elf tergeletak begitu saja.
"Aku akan mendapatkanmu!"
Pria Elf tersebut berusaha untuk menggapai Mira. Tapi Lei tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Dalam satu kali tebasan. Tangan kanan pria tersebut terpotong oleh bilah hitam bastasd sword.
"Akhhh!"
Teriakan memekikkan telinga terdengar di seluruh ruangan. Paman Ron dengan tertatih menghampiri sang keponakan.
Elf yang tangannya terpotong menjerit dengan histeris. Darah segar terus mengalir turun dari pergelangan yang terpotong.
"Ikut pria itu Mira," lirih Paman Ron, "jangan pikirkan tentang Paman."
Mira menolak mentah-mentah perintah tersebut.
"Aku tidak mau! Apa yang terjadi Paman? Mengapa ada pembunuhan di sini? Apa yang terjadi padamu?"
Di tengah rasa pusing yang semakin berat. Mira terus memaksakan diri untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Pria itu akan menjelaskan padamu. Urusan di sini, akan Paman urus. Sekarang selamatkan dirimu."
Paman Ron mendorong tubuh Mira mendekati Lei. Gadis berambut apel itu menelisik Lei sebagai pria yang tadi mencegat mereka di tengah jalan.
Suara kasak-kusuk di depan toko terdengar gaduh. Rupanya Elf yang tadi tangannya terpotong. Telah memanggil bala bantuan.
Ia keluar dari toko sembari menunjukkan tanganya yang buntung. Falen beserta rombongan Raja nampak tercengang melihat peristiwa tersebut.
"Pria gila di dalam sana yang telah membuatku seperti ini. Jimmy pun dibunuh."
Para gadis Elf yang berada bersama Falen memekik ketakutan. Sebagian dari kawanan mereka segera membopong pria tersebut untuk mendapatkan pertolongan.
"Lihat panduka," seru Falen, "apa yang saya katakan benar bukan? Ras ku telah di serang oleh rakyatmu."
Raja Roberto melirik tajam ke arah Alvian. Lewat tatapan mata sebuah titah di berikan pada pemimpin guild kitsune tersebut.
_/_/___/____
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro