Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6 - Limbah

Keesokan harinya, Ask kembali ke rumah sakit. Namun, kali ini tidak sebagai cleaning service. Setelah memeriksa bangsal VVIP, Ask sudah mendapatkan cukup informasi.

Lagipula, office boy yang sebenarnya dipekerjakan telah tiba. Pria itu tampak kebingungan di depan pintu loker yang kosong. Seragam kerjanya raib dan tidak seorang pun tahu alasannya. Kecuali Lucas yang akhirnya datang tanpa berkomentar apa - apa.

Berbekal seragam yang kemarin ia pakai. Ask masih mengenakan seragam tersebut dan pergi menuju limbah rumah sakit.

Kawasan tersebut, berada jauh di belakang bangunan utama. Karena Ask tidak memiliki kendaraan. Dia harus bersabar dengan berjalan kaki cukup jauh. Teriknya panas kota Venesa, tidak serta merta membuat Ask menyerah begitu saja.

Dari luar, puluhan kontainer berlalu-lalang di tempat pembuangan akhir. Para petugas dengan seragam biru serta helm kerja berwarna kuning sibuk menyotir barang-barang sekali pakai dan yang mudah terbakar.

Ask berjalan mantap. Merasa percaya diri dengan bungkusan hitam di tangan kanan.

"Hey! Kau! Hati-hati! Taruh saja sampahmu di keranjang sana."

Ask berhenti berjalan. Dia tertengun pada seorang wanita yang menunjuk pada tong sampah berwarna hijau. Ask menurut. Tetapi dengan langkah kaki yang sengaja dilambat-lambatkan.

Setelah sampai dan membuang sampah tipuannya. Ask tidak langsung pergi. Dia berusaha sebaik mungkin memasang tampang orang bodoh. Walau dia sendiri tidak yakin, wajahnya malah terlihat aneh.

"Kenapa masih di situ? Pergi sana! Petugas bersih-bersih tidak dibutuhkan di sini."

Wanita yang tadi menegur Ask masih berdiri di depan pintu masuk. Ask tahu, di dalamnya ada tempat pembakaran khusus. Cerobong asap yang berdiri menjulang hanya terdapat di bangunan tersebut.

"Aku ingin bertanya sesuatu," ujar Ask sambil berjalan mendekat.

"Mengenai apa?"

"Apa ... tempat ini masih membuka lowongan? Mungkin kalian butuh pekerja tambahan. Seperti yang kau tahu, pekerjaan yang kulakukan tidak terlalu banyak menghasilkan uang."

"Hm, tapi kulitmu terlihat mendapatkan perawatan mahal." Wanita itu menatap Ask dengan tatapan menilai barang.

"Itu investasi besar." Ask membenarkan. "Para wanita melihat tampang pria sebagai aset utama."

Pandangan Ask jatuh pada telapak tangan wanita tersebut. Berusaha mencari keberadaan cincin kawin yang mungkin tersemat di sana.

"Tidak ada pekerjaan untukmu di sini. Tapi, kau bisa meninggalkan nomor teleponmu padaku. Akan kuhubungi, jika ada."

"Aku khawatir," ucap Ask.

"Khawatir? Mengapa kau harus khawatir?"

"Kau mungkin akan menghubungiku untuk alasan lain. Tidak, aku khawatir. Pacarmu akan marah padamu. Ya, karena kau menelepon pria lain."

Wanita itu memutar bola mata malas.

"Tidak ada pria yang seperti itu. Terserah padamu. Aku tidak akan memaksa. Lagipula, aku sibuk sekarang."

"Tapi kau menyempatkan diri berbicara padaku."

"Ya Tuhan! Itu karena kau ada di sini. Jarang sekali ada petugas kebersihan di sini. Kutebak kau anak baru? Bukan hal baru, jika para Senior memperlakukan bawahannya dengan pekerjaan berat."

"Kau perhatian." Ask memuji. Sengaja, agar ia bisa melihat lebih lama kondisi di dalam.

Wajah si Wanita mendadak memerah semu. Dia agak sedikit gagap membalas kalimat Ask. Lalu buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Katakan, berapa nomormu."

"Aku tidak punya ponsel."

Wanita itu mengernyit. "Sungguh? Di zaman serba modern ini?"

Ask menggangguk. "Kau sudah mendengarnya. Pekerjaan ini tidak menghasilkan banyak uang. Sebagian besar tabunganku. Ku investasikan untuk wajahku."

Tawa renyah keluar dari bibir wanita tersebut. Dia lalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Aku Leonor. Manager di sini. Datanglah setiap kau ada waktu. Mungkin akan ada lowongan untukmu."

"Ask," ucap Ask sambil membalas jabat tangan Leonor. "Terima kasih atas tawarannya. Apa aku boleh masuk melihat-lihat?"

"Seniormu tidak mencari?" tanya Leonor balik.

"Tidak juga. Mereka tidak peduli dengan anak baru. Kecuali, kalau mereka butuh orang untuk di suruh-suruh."

Leonor tertawa. Ask pribadi yang lucu. Wajahnya sedikit menyebalkan. Akan tetapi, sikapnya seperti bocah polos yang tidak ternoda.

"Kau ingin melihat ke dalam?" tanya Leonor memastikan.

"Kalau kau mengizinkan. Mungkin aku bisa tahu. Bagaimana para pekerja bekerja."

"Ikuti aku."

Ask berusaha tidak tersenyum atau menunjukkan eskpresi bahagia. Leonor berjalan di depannya. Di sana, semua orang sibuk bekerja dengan tugas masing-masing. Tidak ada yang terlalu peduli dengan kehadiran seorang cleaning service. Ya, selama itu bukan bos mereka.

Mata Ask berusaha mencari keberadaan sediaan steril yang akan dimusnahkan. Tentu saja, sampahnya pasti dipisah dengan sampah lainnya. Lalu mata Ask tertuju pada mesin pengangkut yang bekerja memasukkan benda-benda ke dalam mulut sebuah oven yang membakar.

"Boleh kita ke sana?" tunjuk Ask pada objek yang menarik minatnya.

"Itu berbahaya. Banyak sisa-sisa obat." Leonor memberitahu. "Pekerja dilarang ke sana. Lagipula, area itu cukup panas. Memangnya kau suka?"

"Tidak juga. Tapi aku ingin melihat lebih dekat."

"Tidak, kau bisa lihat ke tempat lain."

Leonor pun menuntun Ask pada area sampah kering. Beberapa sisa makanan, diolah lagi menjadi bahan kompos. Ask sama sekali tidak tertarik.

Diam-diam, dia menghilang dari balik punggung Leonor. Tempat pembakaran menempatkan pembatas untuk mencegah siapa pun mendekat dan Ask memanfaatkan kesempatan itu.

Berbekal sarung tangan yang ia bawa. Ask mulai mengais sisa-sisa sampah. Tangannya bergerak cepat, sekaligus hati-hati. Beberapa ampul dan vial menjadi sasaran.

Ask tahu, sediaan obat tersebutlah yang digunakan untuk menyelipkan resep palsu. Pencarian itu tidak kunjung membuahkan hasil. Banyak tumpukan sampah yang harus Ask telusuri satu persatu.

Leonor yang sadar Ask menghilang pun, sontak mencari ke sana kemari. Lalu, menjadi geram. Saat melihat Ask berada di tempat terlarang.

"Ask! Apa yang kau lakukan? Cepat pergi dari situ."

"Jam tanganku terjatuh." Ask beralasan.

"Jangan berbohong. Tidak ada bendamu di sana."

"Sebentar lagi."

"Apa yang kau cari?"

Ask tidak menjawab. Ia berpindah tempat membongkar sampah yang lain. Leonor segera memanggil orang melalui HT. Limbah-limbah rumah sakit itu tidak ada yang berharga. Mustahil Ask mencari emas, Leonor membatin.

Petugas keamanan yang dipanggil pun datang. Leonor segera memberi perintah agar mereka menarik Ask keluar.

Ask setengah kesal, setengah frustasi dan sisanya panik. Orang-orang mulai mendekatinya. Pria itu mundur selangkah ke belakang. Nyaris hampir mengenai tempat mesin penggaruk.

Dia kembali mengacak-acak limbah bagian tersebut.

"Tunggu sebentar!" Ask meminta waktu. Tetapi tidak ada yang peduli.

Kedua lengannya berhasil ditarik paksa. Lalu matanya beradu pandang dengan Leonor. Wajah gadis itu menunjukkan rasa tanya dan ingin tahu yang besar.

Ask pun membuang mata ke tempat lain. Kemudian, merasa asing pada sebuah label tidak dikenal.

Selama bekerja di rumah sakit. Ask mengenal hampir semua obat yang di distribusikan. Terkecuali obat yang menarik perhatiannya.

Dia lalu pura-pura tersandung dan meraih sesuatu dalam genggaman. Tepat, saat dirinya di kelilingi para petugas yang bersiap menariknya pergi.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Leonor, "dan apa yang kau cari di sana?"

"Namaku Ask dan aku mencari jam tangan."

Visual Ask





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro