Bab 2 - Terjebak
"Bagaimana Ask? Masih mau berkilah. Kau menghancurkan citra rumah sakit. Bagaimana jika keluarga pasien tahu kau menjadikan keluarga mereka kelinci percobaan?"
"Bukan aku! Seseorang memalsulkan tulisan tanganku!"
"Jangan bercanda. Jelas-jelas itu adalah tulisan tanganmu."
"Apa kau bilang? Apa wajahku sekarang sedang membuat lelucon?"
"Ask! Berani-beraninya kau!"
Kepala Departemen memberikan intruksi agar petugas lain menenangkan Ask. Akan tetapi, Ask memberontak. Energinya cukup besar untuk menghalau semua orang.
"Aku akan membuktikannya. Lihat saja. Sekarang, tunjukkan padaku kondisi para pasien tersebut."
"Dasar keras kepala. Ya sudah, ikuti aku dan jangan bikin onar di sana."
Ask mengganguk takzim. Sebelum pergi meninggalkan departemen. Dia melayangkan tatapan membunuh kepada semua orang secara terang-terangan, termaksud Drako yang sedang tersenyum samar. Berusaha berbicara dengan Ask. Tetapi Ask mengabaikannya. Dia tahu, ada yang sengaja menjebaknya dan menjadikan Drako sebagai salah satu tersangka ada di dalam sana.
...
Di bangsal VVIP. Ask memeriksa semua pasien yang berada di kamar berbeda. Total ada sepuluh orang yang mengalami mati batang otak.
Ask tidak habis pikir. Ada ilmuwan yang kelewat bodoh untuk menguji sebuah sampel obat dan menjadikan dirinya sebagai kambing hitam.
Insiden ini tentu menguras emosi para anggota keluarga pasien. Beberapa mengamuk dan mengacam kepada ketua yayasan yang sedang berdiri meminta maaf.
"Kau lihat? Akibat ulahmu. Sekarang, citra rumah sakit akan buruk. Mereka adalah aset kita. Kalau sampai berita ini bocor ke media. Berapa kerugian yang dialami rumah sakit?"
Alis Ask bertaut. "Anda masih memikirkan uang di saat seperti ini? Ada nyawa yang dipertaruhkan. Biarkan aku masuk ke dalam. Melihat dari luar, tidak akan bisa membantu.
Rencananya, Ask akan diam-diam menggunakan kekuatannya untuk mengobati para pasien tersebut. Tetapi, dia perlu diberi sedikit ruang tanpa dilihat siapa pun. Sihir adalah hal yang tabu dan tidak semua orang bisa menerima sihir.
"Tidak bisa Ask. Aku tidak bisa mengizinkanmu. Lebih baik kau mengakui kejahatanmu sekarang. Percayalah, masalah akan jauh lebih mudah di tangani."
Ask menggeleng. Dia tidak sudi mengakui hal yang tidak pernah dibuatnya. Maka dari itu, Ask pergi ke bagian administrasi bangsal VVIP.
"Hey, boleh lihat cctv di seluruh ruangan ini?" ujar Ask sambil memperlihatkan kartu identitasnya.
Si Perawat mengganguk kikuk. Ask pun di izinkan mengakses rekaman tersebut. Anehnya, bagian saat pemberian resep terlihat mencurigakan. Ask mengulang adegan itu berulang kali. Lalu tersadar, cctv telah dimanipulasi oleh pelaku.
Ask tahu, ini tidak akan mudah. Banyak orang memusuhinya. Bisa jadi, semua orang bersekongkol untuk menjebaknya. Itu adalah kemungkinan terburuk yang bisa Ask pikirkan.
"Ask. Ayo ikut aku. Ketua sudah keluar."
Ask diam saja saat diperintah Kepala Departemen yang datang menghampirinya.
...
Di salah satu sudut bangsal VVIP. Tanpa ba-bi-bu, Ask mengutarakan pendapatnya.
"Aku akan menangkap pelakunya," ujar Ask penuh penekanan.
"Apa?" Ketua Yayasan melirik Kepala Departemen dengan alis bertaut. "Kau bilang dia yang meresepkan obatnya. Sekarang. Mengapa pria ini malah mengatakan hal yang membingungkan?"
"Itu bukan resepku!" Nada suara Ask membuat Ketua Yayasan melotot tajam.
"Anak muda. Atur cara bicaramu. Aku tidak mau tahu. Besok dalam rapat departemen. Mengaku sajalah, rumah sakit terpaksa memberi uang kompensasi dalam jumlah besar. Dan perawatan rujukan ke rumah sakit lain. Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Pihak farmasi rumah sakit harus bertanggungjawab."
Ketua Yayasan melangkah pergi. Ask yang ingin buka mulut. Dicegah Kepala Departemen.
"Hentikan, Ask. Jangan membuat keributan."
"Anda mengenal siapa saya," ujar Ask tidak terima.
"Benar. Tapi, semua bukti mengarah padamu. Tidak ada yang bisa aku dan kau lakukan Ask. Akui semuanya besok. Mungkin ada keringanan. Sebaliknya, jika kau terus melawan dan membakang. Semua orang tetap akan curiga."
Ask berdecak kesal. Ingin rasanya dia menghancurkan sesuatu. Menyembuhkan semua pasien di bangsal VVIP bagi Ask itu bisa sangat mudah, jika menggunakan sedikit sihir. Sialnya, dia tidak diizinkan melakukan itu.
...
Keesokan harinya. Ask datang ke rapat dewan rumah sakit dengan penampilan yang sedikit berantakan. Rambutnya asal diikat ke atas dan kantong matanya tampak sangat hitam.
Di tangan, Ask membawa beberapa berkas yang ia kumpulkan sebagai barang pembelaan.
"Baiklah. Karena yang terduga sudah hadir. Kita langsung saja," ujar seorang Profesor dari departemen kardiovaskular. Di mana, salah satu pasien di bangsal VVIP adalah pasien yang mereka tangani secara khusus.
"Kau! Ke sini." Ask memanggil seorang dokter residen dan memberinya tumpukan makalah. "Bagi ini kepada semua orang."
Si Dokter Residen menunjuk dirinya dengan wajah kebingungan. Tetapi menurut dan patuh pada perintah Ask. Dia tidak punya keberanian, menolak orang yang memiliki tampang seperti serigala lapar yang liar.
"Kalian semua bisa melihat makalah yang dibagikan. Di sana, adalah data resep yang aku kasih selama ini. Tidak ada yang aneh. Sebelum resep aneh itu berada. Perhatikan kedua resep ini."
Layar power point tiba-tiba menyala. Ada dua kertas resep yang disandingkan Ask sebagai perbandingan.
"Di sebelah kanan, adalah resep yang aku tulis sendiri. Perhatikan dengan seksama. Setelah itu, perhatikan resep sebelah kiri. Sekilas terlihat sama, tapi ada yang berbeda. Menurut ahli Grafologi. Goresan tiap hurufnya mengandung keraguan atau kehati-hatian."
Ask pun mengganti slide dan menampilkan dua tulisan tangan yang diperbesar. Di sana, jelas terlihat dua tarikan garis yang berbeda.
"Jadi, ada seseorang yang menyalin resepmu?" seru seseorang.
"Obat-obat yang aku rekomendasikan selalu obat-obat yang aman untuk pasien. Aku tidak akan mengganti obat tanpa berdiskusi dengan dokter yang bertanggung jawab."
Suara bisik-bisik memenuhi ruang rapat.
"Lalu, siapa yang meniru tulisan tanganmu?"
"Seseorang," sahut Ask.
"Ya, siapa?"
"Aku masih menyelidikinya."
Bisik-bisik kembali di dengar. Tampaknya tidak ada yang puas dengan jawaban Ask.
"Ask Acetat," ujar direktur rumah sakit. "Bagaimana pun, satu-satunya orang yang dicurigai adalah Anda. Dan mari bersikap kooperatif. Penjelasan ini bisa Anda bawa kepada detektif."
"Apa kau bilang?" ujar Ask yang syok dengan pernyataan tersebut.
Akan tetapi, sebelum Ask bisa mendapatkan jawabannya. Dua orang detektif masuk ke ruang rapat dan mengapit kedua lengan Ask.
"Kesaksian Anda bisa lebih dijelaskan di kantor," seru salah seorang detektif.
Ask menolak. Berusaha melepaskan diri. Ia tidak menduga bahwa mereka telah memanggil polisi ke rumah sakit. Ask tahu, mereka butuh orang untuk disalahkan. Seseorang yang bisa memikul semua tanggungjawab dan kesalahan.
Ask tidak ingin kalah dari orang-orang picik tersebut. Ia menginjak kaki salah satu detektif. Saat orang tersebut mengerang kesakitan. Ask kembali menghujani rekannya dengan tendangan mematikan di area selangkangan. Lalu berlari sebelum semua orang bisa memahami apa yang terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro