Part 40: The One In The Shadow
Angin kencang yang menerpa helipad apartment tertinggi di Manhattan tak bisa menghapus kemelut emosi diantara dua orang yang berdiri disana.
Aurielle berusaha meyakinkan Will sekali lagi. Tak ada jalan kembali setelah mengetahui semua kebenaran di masa lalu. Ingatan Isabelle akan kembali dalam waktu cepat setelah Will mengetahui semuanya. Namun, Will tak tergoyahkan sedikit pun.
Tak ada rahasia yang bisa tersimpan selamanya.
Seiring ceritanya mengalir, semua peristiwa itu terulang kembali di benak Aurielle.
---------------------------------------------------
Aurielle memandang tempat bertugasnya yang baru, Confinium. Beberapa meja kayu berukir tersebar di ruangan luas ini. Seorang malaikat bernama Jeremy, memberitahu ruangan ini adalah teritori Angels, karena itu Aurielle membelalak heran, ketika seorang malaikat iblis melesat masuk.
"Kau baru disini." Nada suara pemuda itu setengah bertanya. Untuk sesaat Aurielle terpana menatap mata abu-abu indahnya. Ia tahu para malaikat iblis berparas sempurna, memikat dengan aura berbahaya mereka. Namun Aurielle tak pernah berhadapan langsung dengan salah satunya.
"Kurasa kabar bahwa Seraphine tak lagi bertugas memang benar." Pemuda itu bergumam, menyadarkan Aurielle.
"Ah iya. Seraphine—" Aurielle baru memulai, saat seruan lain memotongnya.
"Will! Si Grumpy Angel diangkat ke divisi Judgement! Katia barusan memberitahuku." Seorang pemuda malaikat iblis lain memasuki ruangan. Aurielle hanya mengangkat alis heran mendengar sebutan sahabatnya di tempat ini.
Seraphine memang memiliki karakter yang sangat berbeda dari dirinya. Alih-alih terlihat lembut dan anggun, sorot mata Seraphine terlihat cerdas dan berbinar hidup. Siapapun yang berada didekatnya akan merasakan ia gadis berpendirian kuat yang tak takut melawan bila diperlakukan tidak adil.
"Nathan sudah gila. Ia merindukan Seraphine," sahut seorang wanita—Katia—yang mengikuti disamping pemuda tadi. Ketika mata hitam tajam wanita itu menatap Aurielle, ia mengamati naik turun. "Penggantinya terlihat... lembut. Akhirnya aku bisa bernafas lega."
Will dan Nathan, ikut menilai Aurielle. Dan berlangsunglah perkenalan singkat diantara mereka berempat.
"Kuharap kita bisa menciptakan suasana yang lebih kondusif." Will tersenyum menawan, sebelum keluar bersama kedua temannya. Aurielle hanya mendengar samar saat Nathan menggodai Will, 'Awas, kau akan merindukan rivalmu itu. Kau masih berhutang giliran jaga padanya'.
Entah kenapa Aurielle tak bisa melepaskan pandangannya dari Will. Ia akan berusaha mengenal pemuda itu lebih jauh.
Dari kesimpulan pembicaraan mereka bertiga, barusan ini, Seraphine lah yang memberi ijin para malaikat iblis untuk meninggalkan Confinium sementara. Berkaitan dengan sang raja Underworld, Gregory, yang terluka parah akibat insiden Tartarus.
---------------------------------------------------
Dua orang gadis malaikat sedang berada di salah satu taman Caleum. Mereka sudah cukup lama tak bertemu, karena divisi yang berjauhan.
"Aku tak tahu ada malaikat yang suka ditugaskan di Confinium." Seraphine sedang memandangnya sambil mengerutkan kening, saat Aurielle memberitahu alasan ia mengunjungi Caleum. Untuk meminta tugas permanen di Confiinium.
Seraphine mengomel tentang adik sang raja Underworld yang menjadikan Confinium seolah taman bermainnya.
"Ya, bahkan adik sang raja Underworld sendiri berada disana," gumam Aurielle tanpa sadar tiba-tiba pipinya terasa panas.
"Tunggu, jangan bilang kau—?!" Seraphine terkesiap, menyadari reaksi Aurielle. Ia tidak bisa menahan senyum malu, membuat sahabatnya yang anti-Demons itu melotot tak percaya. "Astaga Aurielle, sesempurna apapun, dia tetap Demons," suara Seraphine meninggi.
---------------------------------------------------
Sebuah kejadian lain menampakkan dua orang gadis yang sama, melewati gang sempit di permukiman kumuh. Para Witch melayangkan tatapan menusuk, mengamati, saat dua gadis itu menembus kerumuman.
Seraphine bergerak gelisah disampingnya, menatap sekeliling dengan risih.
Setelah tawar menawar panjang, Aurielle berhasil memohon pada Seraphine untuk menggunakan setengah masa cutinya, berpura-pura menjadi dirinya. Sementara, Aurielle telah membulatkan tekad untuk mencari perpustakaan terlarang. Tempat terselubung di sudut terjauh keindahan alam Caleum.
"Bagaimana kalau ketahuan? Kita akan dihukum." Seraphine mencoba mencegahnya lagi.
Karena itulah Aurielle membawa Seraphine kemari. Siapapun yang nanti melihat Seraphine akan melihat sosok Aurielle, dengan bantuan seorang Witch.
Seraphine mendesah menyerah. "Baiklah, tugasku hanya berjaga menggantikanmu di Confinium dan bersikap manis pada gebetanmu—Will?"
Gadis bermata biru cerah menjawab dengan anggukan, lalu mereka kembali berjalan dalam diam.
Aurielle tahu cintanya pada Will hanya sepihak. Seraphine sudah berulang kali berkata ia begitu naif, Will tak akan pernah serius dengan seorang malaikat. Namun, Aurielle percaya suatu saat penantiannya akan terbalaskan.
Angels dan Demons terlarang bagi satu sama lain, karena itulah Aurielle bertekad untuk mencari cara menjadi manusia. Ketika Will akhirnya membalas perasaannya, tak ada alasan mereka tak bisa bersama. Dengan menjadi manusia, maka tak ada lagi perbedaan diantara mereka. Hanya perpustakaan terlarang lah yang menyimpan bagaimana caranya.
Kedua gadis itu akhinya tiba di sebuah rumah yang penuh lilin, simbol-simbol magis, dan kayu-kayu harum yang dibakar. Seorang penyihir pria bermata hijau—Ayah Mark Moorson dan Halle, menyambut kedua malaikat itu. Reputasinya diantara para penyihir tak diragukan.
Tanpa basa-basi, mereka memulai ritual tersebut. Aurielle mengulurkan tangan kirinya pada si penyihir. Belati menggores telapak tangannya. Darah menetes kedalam tempayan batu hitam milik sang penyihir. Beberapa sihir kuat selalu melibatkan darah.
Selanjutnya, penyihir itu menghadap Seraphine. Alih-alih menggores telapak Seraphine, ia meminta bros simbol divisi Judgement yang ia kenakan. Tetesan darah Aurielle dan bros Seraphine bertemu di dalam tempayan batu sang penyihir. Seiring rapalan mantra asing, bros bersimbol timbangan itu berubah menjadi lambang dua tombak yang disilangkan─simbol Confinium.
Sang penyihir menyuruh Seraphine mengenakannya kembali. Saat Aurielle menatap Seraphine lagi, ia mendapati wajahnya sendiri menatap ke arahnya—Ingatan inilah yang membuat Aurielle sadar bagaimana beberapa hari yang lalu Moorson bisa menyamar menjadi Leo, menggali informasi dimana Orcus disembunyikan. Moorson jelas mewarisi kemampuan sihir ayahnya.
Ketika bros itu terpasang, tak ada siapapun yang bisa mengetahui wujud asli mereka. Hanya yang memakainya yang bisa melepaskan bros itu untuk kembali ke sosok aslinya.
"Namun, ingat, kau hanya bisa melepasnya tiga kali. Setelah itu, sihirku tidak lagi berlaku saat kau memakainya kembali," tambah Witch itu saat melihat Seraphine hendak mencoba melepas brosnya.
---------------------------------------------------
Aurielle tak menyangka menemukan perpustakaan terlarang itu membutuhkan waktu lebih lama.
Ia sedang menunggu Seraphine di tebing terjauh Caleum. Lokasi yang jarang dikunjungi, suaka rahasia mereka. Mata birunya menatap sepasang kalung kristal hitam mengkilat yang berada ditangannya dengan gelisah. Harga yang harus dibayar dari impiannya bukan hal mudah. Menuntut pengorbanan seorang Angel.
Tak lama kemudian, seorang malaikat yang memiliki rupa ceminan dirinya mendarat dengan lembut.
"Aku menemukan cara untuk menjadi manusia, tapi aku ingin tahu pendapatmu dulu," kata Aurielle. Instruksi penyihir itu terulang dibenaknya. 'Berikan salah satu kalung ini pada seorang malaikat. Sihirku di dalam Baetylus Stone akan menyerap energi kehidupan malaikat itu perlahan-lahan.'
"Oke. Ada hal yang ingin kubicarakan juga denganmu," kata Seraphine.
"Bicaralah dulu." Aurielle baru menyadari raut Seraphine terlihat muram, seolah merahasiakan sesuatu yang menggelisahkan.
Terlihat pergumulan dimata Seraphine, seolah mencari cara bagaimana menyampaikannya dengan tepat. "Aku menyukai Will."
Deg! Aurielle merasa dirinya seolah baru saja dihempas kedalam Tartarus. Perasaannya berkecamuk, marah, shock, tak tahu harus membalas apa.
"Maukah kau merelakannya?" tanya Seraphine lagi, menohok perasaan Aurielle lebih dalam. Bisa-bisanya—!
"Will juga menyukaimu?" Alih-alih pertanyaan itu yang keluar dari bibirnya.
"Ya," jawab Seraphine, menatapnya tegas sekarang.
Perasaaan Aurielle tak terselamatkan lagi. Didalam kekalutan, sebuah pemikiran terbersit dibenaknya. Jika ia merebut apa yang kuinginkan, aku juga akan merebut kembali impiannya, batin Aurielle. Ia teringat sepasang kalung yang ada digenggamannya.
"Kau tahu aku menyukai Will. Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku? Lalu kau akan terus berpura-pura menjadi aku?" Aurielle menumpahkan segalanya.
"Maafkan aku. Dan, ya, aku tidak akan melepaskan bros ini," hanya itu yang diucapkan Seraphine sambil membuang muka.
Aku tak akan memaafkanmu! Pikir Aurielle, marah. Setelah beberapa saat, akhirnya ia memasang topeng tenangnya. Dengan senyum palsu Aurielle berkata akan merelakan Will, karena Seraphine adalah sahabatnya. Raut lega dan senyuman di wajah Seraphine membuat kebencian mendidih di dalam dadanya.
Untuk pertama kali, Aurielle memutuskan bertindak egois. Seorang malaikat bukan makhluk yang sempurna, masih bisa terjerat kegelapan.
"Aku akan membantumu dan Will." Aurielle berbohong. Memberikan salah satu kalung yang digenggamnya. "Ini adalah jawaban yang kutemukan di perpustakaan terlarang, Baetylus Stone—batu kehidupan milik Caleum. Pakailah sampai kalung ini mengeluarkan pendar berwarna biru. Setelah itu temui aku lagi."
Dibenaknya, kata-kata penyihir tadi terulang lagi. 'Kalung itu akan berpendar biru setelah berhasil menyerap seluruh energi kehidupannya. Suruh malaikat itu mengembalikannya padamu saat itu. Ketika kalung tersebut terlepas, seketika tubuhnya akan hancur.'
"Thanks, Aurielle," jawab Seraphine, awalnya terlihat ragu, lalu tersenyum dengan polosnya. "Kau tadi mau menanyakan pendapatku tentang apa?"
"Bukan sesuatu yang penting," jawab Aurielle, ia menggenggam kalung satunya dibalik punggung.
Hanya tinggal menunggu waktu untuk mengikuti instruksi selanjutnya dari sang penyihir. 'Energi dari malaikat yang kau korbankan akan memenuhi kedua kalung itu. Pakailah, sihirku akan bekerja, mematikan entah wujud malaikat atau iblis kalian. Selanjutnya, Baetylus Stone akan memberikan energi kehidupan baru. Begitu kau dan pasanganmu membuka mata, kalian sudah menjadi sepasang manusia.'
Ingatannya berangsur pudar, kembali ke masa sekarang. Angin malam seolah mencabik-cabik ditengah ketegangan ini. Walaupun Will tak bereaksi apapun, sorot mata abu-abunya memendam kemarahan.
Aurielle sadar keegoisan dan kemarahannya sesaat bisa memunculkan tindakan yang begitu kejam. Pada akhirnya ia mengetahui ucapan Seraphine yang mengaku menyukai Will, bermaksud untuk menjauhkannya dari bahaya. Secara tidak sengaja Seraphine mendengar Gregory akan mengorbankan seseorang yang dicintai Will. Ia tak ingin Aurielle menjadi bahan ritual Gregory.
Seorang anak kecil yang ternyata adalah The Great Oracle, memberitahu semua itu. Menyuruh Aurielle mengambil kembali kalung tersebut sebelum terjadi bencana. Namun, saat ia menemui Seraphine, tak ada yang bisa ditarik kembali.
"Kalau begitu kenapa Seraphine pada akhirnya tetap mengenakan kalung itu?" Will bertanya, rahangnya mengetat menahan emosi.
"Demi kau, Will."
Dengan senyum lemah, Aurielle melanjutkan, "Seraphine tahu konsekuensi kalung itu, namun tak ingin merubah apapun. Karena pada akhirnya ia mencintaimu lebih daripada yang bisa kubayangkan."
Sebuah ingatan menyakitkan terulang di benaknya.
Dengan langkah terburu-buru, Aurielle menuju tebing terjauh Caleum. Semua Angels dan Demons baru saja disibukkan oleh kegentingan Tartarus, Noch yang mulai merambat keluar, hingga seorang malaikat berhasil mencegahnya—Seraphine. Dan sekarang ia hendak menemui sahabatnya itu.
Rasa bersalah yang telah menggunung akhirnya meledak saat Seraphine berada di depannya, berwujud cerminan Aurielle. Ia sudah bertindak egois tanpa tahu alasan Seraphine sebenarnya.
"Lepaskan kalung itu sekarang! Sebelum semuanya terlambat." Seru Aurielle. Ia tahu kalung itu belum berpendar biru.
Betapa terkejutnya ia, saat Seraphine menggeleng yakin. "Benda itu akan merenggut jiwamu—!" Aurielle membelalak, tak habis pikir.
"Aku tahu," lirih Seraphine. Tiba-tiba gadis itu jatuh berlutut, membuat Aurielle menarik nafas tajam. "Aku memang berbohong saat pertama kali berkata aku menyukai Will. Namun, aku benar-benar mencintai Will sekarang. Kumohon maafkan aku Aurielle."
Saat Seraphine mendongak, matanya dipenuhi oleh kilau air mata. Tangannya menyentuh kalung Baetylus Stone. "Aku sudah memutuskan, akulah yang akan mengorbankan nyawaku untuk kalung ini."
Aurielle merasa tenggorokannya tercekat. Ia tahu arah pemikiran Seraphine. "Pada akhirnya kaulah yang Will cintai, Seraphine, bukan aku." Aurielle mengakui fakta pahit itu.
"Namun sosok yang dilihat Will adalah kau. Pastikan untuk selamanya ia menganggap seperti itu." Seraphine tetap bersikukuh, karena ia tahu diatas segalanya, Will benci kebohongan. Seraphine tak sanggup melihat Will kecewa mengetahui ia menutupi sesuatu selama ini.
Aurielle tahu, tak ada lagi yang bisa ia katakan saat Seraphine sudah memutuskan sesuatu. Dengan gemetar ia menuruti permintaan Seraphine, menyerahkan pasangan kalung yang akan menjadi milik Will itu padanya.
Aurielle tak sanggup menahan air matanya saat Seraphine berkata dengan sungguh-sungguh, "Setelah kalung yang kukenakan berpendar biru aku akan memberikannya padamu. Aku tahu kau masih mencintai Will, Aurielle. Itu sudah cukup bagiku."
Seraphine menggenggam tangan Aurielle untuk meyakinkan. Mengulas senyum disela air matanya. "Pada akhirnya kalian akan berbahagia di dunia manusia, sementara aku hanyalah seseorang di dalam bayangan yang akan kalian lupakan. Aku sungguh berharap Will akhirnya menemukan kebahagiaan, terlepas dari status Angels dan Demons ini, walaupun aku tak ada di dalam kebahagiaannya. Berjanjilah kau tak akan memberitahu Will tentang aku."
Semua kemarahannya pada Seraphine menguap setelah peristiwa itu. Aurielle hanya pernah mendengar bahwa cinta sejati tidaklah egois, namun saat itulah ia menyaksikannya sendiri melalui Seraphine.
Ia bersumpah akan mencari cara lain agar Seraphine tak perlu berkorban gara-gara kalung terkutuk itu. Dengan tulus ia mengharapkan Seraphine bisa bersama Will. Tapi pada akhirnya ketika ia menemukan titik terang, semuanya hancur berantakan. Tak ada yang berjalan sesuai rencana. Seraphine meninggalkan dunia dengan sia-sia.
"Jika hanya gara-gara janjimu pada Seraphine, kau seharusnya tetap memberitahuku!" Will berseru kalut. Ekspresinya begitu terluka.
"Bukan itu alasanku menjauhkan kalian selama ini!" Aurielle harus balas berteriak agar Will menyimaknya.
Dengan pasrah ia menceritakan perjanjiannya dengan Caleum, bagaimana Seraphine terlahir kembali di dunia manusia. Aurielle memalingkan wajah, tak sanggup melihat ekspresi Will setelahnya. Wajah pemuda itu memucat. Begitu putus asa dan menyakitkan. Bahkan tak sanggup berucap apapun, Will langsung menghempaskan diri ke udara, menemui Isabelle.
Aurielle memejamkan matanya. Setelah ratusan ribu tahun mencegahnya, tragedi dimasa lalu akan terulang kembali. Terlalu banyak emosi yang bergumul sehingga ia merasa kebas, seperti yang ia rasakan pada saat itu.
Sebuah kalung Baetylus Stone tergenggam erat di tangan Aurielle, seolah benda berharga. Setelah men-Silent Oath Azura, Aurielle memantapkan tekadnya menuju Caleum. Keluar dari persembunyiannya selama ini.
Tatapan syok dan seruan tak percaya mengiringi langkah Aurielle saat ia menuju Hall of Justice─tempat pada Dewan Tetua Caleum memberikan audiensi. Tidak seperti Underworld yang dipimpin seorang raja, pemimpin Caleum terdiri dari sepuluh orang Dewan Tetua.
Didepan pintu ganda Hall of Justice, Aurielle berpapasan dengan pria penyihir yang terlibat dengannya selama ini. Hatinya mencelos oleh kengerian. Caleum tak pernah mengadili Demon secara langsung jika bukan sesuatu yang serius. Seraphine lah yang melaporkan penyihir itu saat tahu Aurielle memberikan imbalan sekantong Baetylus Stone padanya. Agar penyihir tersebut tak menyalahgunakan kekuatan batu terlarang Caleum.
Seraphine telah memperhitungkan semuanya. 'Caleum akan menemukan penyihir itu saat aku yang menyamar menjadi dirimu, telah lenyap. Dan kau sudah berada di dunia manusia sehingga mereka tak akan mengetahui keberadaanmu.' Kata Seraphine waktu itu. Tetapi semuanya sudah berantakan.
Hall of Justice dipenuhi malaikat yang lalu lalang oleh keadaan genting akibat insiden Underworld barusan. Semuanya langsung mematung begitu melihat Aurielle. Malaikat yang seharusnya lenyap, namun berada disini. Hanya para Dewan Tetua yang tetap tenang dengan tatapan mereka yang seolah bisa membaca pikiran.
Dengan kaki lemas, Aurielle berlutut di depan Dewan Tetua. Mengulurkan Baetylus ditangan kanannya, ia berkata, "Aku akan melakukan apapun, jika Your Majesty memberikan kesempatan Seraphine kembali kedunia ini. Dialah malaikat yang terbunuh oleh Orcus. Seraphine tak bersalah, ia terlibat dalam semua ini karena aku."
Tarikan nafas tajam terdengar keseluruh ruangan. Sekali lagi, hanya para Dewan Tetua yang bisa menjaga ketenangan mereka.
"Kami tak bisa mengembalikan apa yang sudah menjadi debu." Salah satu Tetua berkata dengan suara kebapakan.
"Jiwa dan ingatan Seraphine masih berada di kalung ini." Dengan air mata yang tak lagi terbendung, Aurielle mengungkapkan segalanya. Ia percaya Caleum masih bisa melakukan sesuatu karena sesungguhnya Orcus adalah belati yang mereka ciptakan.
Dewan Tetua tampak berunding serius. Tanpa disangka, seorang lagi, Leo, ikut membantu Aurielle memohon pada mereka. Membela bahwa Seraphine yang sesungguhnya berjasa menyelamatkan Caleum dan Underworld dari monster Tartarus.
"Kami masih bisa mengembalikannya ke dunia sebagai manusia. Tetapi ada syarat yang harus kau patuhi, sekaligus hukuman yang dijatuhkan. Bagaimanapun Seraphine terlibat bersamamu." Akhirnya salah seorang Tetua mengumumkan. "Pertama-tama, peristiwa ini tidak boleh keluar dari ruangan ini. Dan kau, Aurielle, mulai detik ini, keberadaanmu akan dihapus dari Caleum."
***
Dunia terasa terjungkir balik disekeliling Will. Pandangannya terpaku pada seorang gadis berambut pirang keemasan yang sedang menunggu di tangga pintu masuk restoran mewah dikejauhan. Gadis itu mulai sibuk menghubungi seseorang. Ponsel Will kembali bergetar, namun ia belum menemukan kekuatannya untuk melangkah maju.
Seraphine, batinnya.
Tertawa miris dalam hati, Will menyadari candaannya tentang Isabelle yang bisa berperilaku mirip dengan Seraphine ternyata adalah kenyataan. Will tidak peduli lagi cerita apa yang ia lewatkan, saat mendengar syarat perjanjian Aurielle dengan Caleum. Ia langsung menuju kemari hanya untuk terpaku memandang Isabelle dari jauh.
Keputusan Seraphine untuk mengorbankan diri, tak lepas dari kesalahan Will sendiri. Ia teringat jawaban atas pertanyaan aneh Seraphine waktu itu. "Kalau kau bertanya padaku, tak peduli alasanya demi kebaikan apapun, wanita itu tetap bersalah karena berbohong. Kekasihnya akan beruntung kalau tidak pernah tahu, daripada kecewa setengah mati." Will menambahkan asal-asalan. Seraphine terdiam sejenak, membuat Will bertanya-tanya tentang kelakuan anehnya ini.
"Kurasa aku sudah mendapat inspirasi." Hanya itu tanggapan Seraphine.
Setelah merenungkan semuanya dari awal. Will menyadari, perasaannya terhadap Seraphine bukan dimulai saat gadis itu menyamar sebagai Aurielle. Namun, saat Will melihat sisi lain dari gadis itu.
'Aku kemari hanya untuk memberitahu, untuk sementara waktu, para Angels yang akan berjaga terus. Kalian kembalilah ke Underworld. Terutama kau, Will.' Seraphine yang bersikap perhatian seperti ini membuat Will tertegun. Ia terbiasa dengan sosok 'Grumpy Angel' nya. Will tak terbiasa berterima kasih karena jarang berada di situasi seperti ini.
'Aku akan mengganti giliran jaga yang kulewatkan. I mean it.' Hanya itu yang bisa Will ucapkan sebagai gantinya.
Setelah kembali dari Underworld dan menemukan Seraphine tak lagi bertugas di Confinium. Ada sesuatu yang terasa hilang. Saat Will merasa Aurielle memiliki kemiripan aneh dengan Seraphine, Will seolah tertarik untuk semakin dekat. Tanpa sadar sesungguhnya dibalik sosok itu adalah Seraphine.
Ponselnya yang kembali bergetar, menarik Will ke masa ini. Akhirnya Will melangkah ke arah Isabelle. Sepasang mata turquoise indah itu melebar saat menangkap siluet Will. Setelah menurunkan ponsel dari telinganya, gadis itu langsung menuruni anak tangga dua-dua.
"Kau tahu betapa cemasnya aku Will? Kukira kau tak kembali─" semburnya.
Will langsung memeluknya erat. Seolah dunianya bergantung pada Isabelle. Ia merasakan gadis itu terkejut, karena butuh beberapa detik hingga Isabelle membalas pelukannya.
Semua penderitaan Will selama ratusan ribu tahun seketika menguap lenyap. Gadis yang terbunuh oleh Orcus hari itu ada di dalam dekapannya. Nyata. Tak pernah ia bermimpi akan ada hari seperti ini.
"Butuh ratusan ribu tahun untuk sungguh-sungguh menemukanmu." Will berbisik, menenggelamkan wajahnya diantara helaian lembut rambut gadis itu. Menghirup dalam-dalam. "And I'm falling for you all over again."
Will mengeratkan dekapannya, mengecup puncak kepala gadis itu lama, saat perkataan Aurielle tadi terngiang lagi.
'Dewan Tetua memberikan syarat, saat kau dan Isabelle mengetahui semuanya, dalam tiga hari mereka akan mengambil hidup Isabelle untuk selamanya. Seperti yang seharusnya sudah terjadi. Karena itulah sebaiknya kalian tak pernah tahu.'
Untuk sesaat Will merasa putus asa. Dunianya terancam runtuh kembali. Namun, merasakan Isabelle didalam dekapannya seperti ini, Will bertekad tak akan melepaskannya lagi. Caleum atau siapapun tak akan bisa menghalanginya.
Author's note: Hai Readers! Karena udah deket ending, untuk update selanjutnya jadi setiap Sabtu ya. Kalau sempat baru bisa tambahan update di hari Selasa ;)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro