Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 1: The King

Ratusan ribu tahun lalu ketika hanya ada sedikit manusia dibumi dan mereka masih bisa melihat sayap-sayap Angels dan Demons

Azura merasakan dirinya seolah melayang di tengah lautan energi negatif yang begitu kuat. Oh tidak, jangan visi ini lagi, batinnya. Disekelilingnya, kerajaan Underworld porak poranda oleh api hitam dan merah, penuh reruntuhan dimana-mana. Mayat para Demons tergeletak dengan mata hitam pekat terbuka memancarkan kesengsaraan tak berdasar. Para jiwa melolong memekakan telinga. 

 Diatas api-api yang mengamuk itu, sesosok malaikat iblis melayang diam. Membopong seonggok tubuh penuh noda darah yang sudah tidak bernyawa. Siluet pemuda itu sesempurna pahatan. Sayap hitam kokohnya mengibas api-api merah semakin berkobar.    

Dan bagian paling mengerikan dari semuanya, sorot matanya semerah darah penuh kedengkian absolut. Sorot mata milik Lucifer, Azura merinding. Tiba-tiba semuanya meledak, lalu menjadi gelap. Seolah itu adalah saat terakhir sebelum ia sendiri meninggal.

Azura bergidik, dan tersentak.

Kesadarannya kembali di saat ini, dimana ia sedang berpijak di lantai batu ruang tahta kerajaan.

Nyala obor membuat bayang-bayang pilar semakin besar. Bayangannya menari-nari di tembok batu ruang tahta yang megah. Seorang pemuda berwajah rupawan dan perawakan atletis, mengetuk-ngetukkan telunjuk secara teratur pada lengan kursi tahta. Mahkota emas diatas rambut hitamnya semakin menonjolkan wajah tampan itu. Mata abu-abunya menatap tajam pintu ganda ruang tahta seperti sedang menanti seseorang. 

Azura, sang Oracle yang berambut merah panjang, berdiri diam disamping tahta sang raja neraka.

"Your Majesty," Azura memulai, mata birunya menatap cemas ke arah sang raja, Gregory.

Gregory mengangkat tangan, menghentikan dengan gusar. "Jangan katakan apapun lagi tentang penglihatanmu itu, Azura." Ia memang terkenal tempramental.

"Tapi, aku tidak pernah melihat visi yang begitu jernih dan nyata," Azura memberanikan diri untuk melanjutkan. Ia benar-benar gelisah dengan penglihatan yang makin lama makin sering menyita kesadarannya, membuatnya dalam keadaan trance.

"Dengar, Azura, kerajaan Underworld tidak akan jatuh saat masa kekuasaanku. Sebentar lagi masa kejayaan akan tiba. Karena aku sendiri akan mengklaim kekuatan Lucifer," kata Gregory dengan penuh tekad dalam mata abu-abunya.

"Kau bisa mengklaim kekuatan itu dengan mengklaim Lucifer's curse, tidak dengan cara seperti ini. Apalagi melibatkan seorang Angel." Tanpa sadar suaranya meninggi oleh kegelisahan. Azura merasakan tangannya mulai basah.

"Lucifer's curse. Ha! Dan aku tidak akan pernah menjadi diriku sendiri lagi." Gregory tertawa sinis. "Tidak pernah ada demon yang cukup bodoh untuk melakukan hal itu, walaupun ia sangat haus kekuatan," katanya sambil mendengus. 

Memang benar, seorang Demons yang mengklaim Lucifer's curse akan abadi dan memiliki kekuatan Lucifer sendiri. Namun, tubuhnya akan berubah menjadi wadah kosong tanpa hati dan jiwa. Ia akan menjadi hamba Lucifer dalam keabadiannya.

"Itu terlalu mengerikan. Aku masih senang karena seorang Demons tidak benar-benar immortal. Aku hanya butuh ribuan tahun kejayaan Underworld dan semua Demons tunduk padaku karena kekuatan yang kumiliki, lalu meninggal dengan penuh penghormatan," lanjut Gregory. Kali ini, Azura tidak menanggapi lagi.

Tak berapa lama kemudian, seorang bawahan kepercayaan yang telah dinanti-nanti Gregory, akhirnya tiba. Dean melenggang masuk dengan percaya diri, membungkuk hormat di depan Gregory. Rambut hitam cepak dan mata hijau, serasi dengan rautnya yang penuh kebengisan.

"Kau sudah membawa belatinya?" Tanya Gregory.

"Semuanya sudah siap, Yang Mulia," jawab Dean, tersenyum bengis. Gregory mengangguk puas. Dean tak pernah mengecewakan.

"'Seseorang yang sangat kubenci, tapi sangat dicintai oleh satu-satunya orang yang berhubungan darah denganku', akhirnya berada ditanganku," gumam Gregory, seolah merapal mantra. "Dean, jangan lupa beri Aurielle penawar racun sedikit. Aku ingin menyiksanya perlahan-lahan." Seulas senyum keji terlukis diwajah mudanya yang tampan.

"Yeah My King?" Dean tampak sedikit terkejut, ia mengira rajanya salah bicara. "Kukira anda ingin segera mengambil jantungnya untuk ritual kekuatan itu?"

Api kebencian menari-nari dimata Gregory."Aku hanya sedikit melampiaskan kebencianku. Ia telah merebut satu-satunya adikku, Will, dari kaumnya sendiri." 

Sejak Will jatuh cinta dengan Aurielle, ia memutuskan untuk menolak posisi sebagai tangan kanan raja. Padahal Gregory sangat mengharapkan potensinya untuk mengembangkan kekuasaan kerajaan. Gregory tahu, ia tidak memilki kecerdasan dan kekuatan yang sebanding dengan Will. Dan ia sangat bersyukur karena Will tidak ingin menjadi raja, hanya ingin mensupport Gregory.

Azura yang sudah tak bisa menahan ketidaksetujuannya, langsung menyela, "Your Majesty, dengan segala hormat, tolong selesaikan ritual ini dengan cepat. Jangan sampai memancing perpecahan dengan kaum Angels." Visi itu sudah mengerikan, sekarang Gregory hendak menambahkan kekacauan lebih jauh. Gregory langsung menoleh kearahnya dengan tajam.

"Akulah rajanya, Azura. Kau sebaiknya tutup mulut!" bentak Gregory jengkel, membuat Azura menunduk memohon maaf. 

Ditengah kekesalannya, Gregory langsung menyuruh Dean membawa malaikat itu ke Cruciatus Field.  Azura melotot terkejut mendengarnya. Cruciatus Field adalah lapangan penyiksaan bagi jiwa-jiwa manusia yang paling buruk dan entah bagaimana ia tahu sebagian dari visinya itu terjadi disana. Walaupun Azura adalah seorang Oracle kerajaan Underworld, tapi ia tahu batasan-batasan apa yang tidak pantas. Dan seorang malaikat surga sangat tidak pantas berada berada di lapangan itu, dipermalukan ditengah jiwa-jiwa yang berkeliaran disana, namun Azura berusaha menggigit bibir. Tidak ada gunanya membuat Gregory semakin marah. Bahkan, Dean tampak mematung tertegun mendengar perintah itu. 

"Dean, sekarang!" teriak Gregory lagi.

Dean melihat nyala mengerikan itu dimata Gregory dan memutuskan untuk menjalankan apapun yang dikatakannya tanpa bertanya.

 Begitu Dean pergi, Azura melihat Gregory mempersiapkan pedangnya dan mengusap bilahnya yang mengkilap. Ia hanya menelan ludah gugup. Entah apa yang akan dilakukan Gregory pada malaikat itu, namun satu hal yang sedikit mengganggu Azura.

"Bagaimana dengan Will?" tanya Azura, memberanikan diri. Amarah Gregory tampak mereda sejenak. Seulas senyum licik melintas sejenak diwajahnya.

"Oh ia sedang berkelana sedikit terlalu jauh dari istana karena permintaanku," jawabnya. Sebenarnya bukan itu yang ingin ditanyakan Azura. Bagaimana perasaan Will saat tahu tentang semua ini? "Aku sudah tidak peduli lagi kalau Will membenciku. Aku tidak membutuhkannya lagi untuk menjadi tangan kananku.   Jika ia melawan, ia tidak akan bisa mengalahkan kekuatan baru yang akan kudapatkan," lanjut Gregory sambil menyarungkan pedang dan mulai melenggang menuju Cruciatus Field.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro