Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Perubahan Gender

"Huaaaah!!! Akhirnya ujianku selesai sebelum authornya selesai!" kata Deva sambil meregangkan kedua tangannya dan bikin authornya ngejleb sama nangis alay.

(Habisnya 1 hari 3-4 mapel (;'ຶДຶ '))

Deva melihat sekelilingnya. Sebenarnya ia sudah sampai di Dunia Sihir, tetapi ia sekarang sedang ada di hutan entah di bagian mana.

"Entah mengapa jadi inget pas ketemu Son pertama kali hehehe," kata Deva pelan sambil berjalan menurut instingnya.

Akhirnya ia melihat asap di atas pohon-pohon itu. Akhirnya ia berjalan ke arah asap itu berada. Tiba-tiba ia mendengar beberapa orang ribut dan Deva menghitungnya.

"Tunggu... kenapa suara ceweknya lebih banyak? Bukan mereka ya?" Tanya Deva pada diri sendiri dengan wajah bingung.

Deva cuek saja dan meneruskan perjalanannya. Terlihat 2 tenda besar dan sedang dengan di depannya ada api unggun yang masih menyala.

"Perasaan tadi suaranya di sini, tapi ada orangnya nggak ya?" Tanya Deva saat sudah mendekati api unggun itu.

Deva melihat kiri dan kanan mencoba melihat apa ada pergerakan atau tidak.

Sekaii de ichiban ohime-sama~
Sou yo...~

"Apaan tuh?!" Deva merogoh sakunya cepat, ternyata itu hpnya.

"Dasar authornya minta di cincang!" Kata Deva sadis sambil mengangkat teleponnya.

"Hahahaha kau seram sekali... hahaha!

"Yaelah... sapa dulu kek."

"Lah, kamu sama aja loh Dev hahahaha!"

"Iya deh... halo met malem Loly*lembut*. Nah lapo?*ala preman*."

"Sadis amat... aku cuman nanyak kabar aja kok."

"Lah tadi dah ketemu di sekolah tuh..."

"Eh, pas di sekolah kau kayak penguni sekolah selama 1000 tahun tau nggak? Serem oi!"

"Masak?"

"Bodo! Yaiyalah. Emang nggak ngerasa ya semuanya agak menjauhi dikau?"

"Eh tau deh yang pinter puisi."

"Hehehehe..."

"Eh, tapi masak sih?"

"Iya, ampe aku sendiri cuman nyapa tok. Nggak sadar?"

"Nggak hehehehe..."

"Yeh... pokus amat blajarnya buk..."

"Klo mau lulus kudu pokus dong."

"Iya dah iya. Ente menang."

"Aku gituloh."

"Yeee sombongnya kumat nih."

"Wahahahaha..."

"Emagnya di sana ndak blajar ampe segitu pokusnya?"

"Enak aje, ae blajar taok!"

"Ih! BENERAN BLAJAR NIH ORANG!!"

"Beneran dong... jangan triak-triak napa? Budek nih kuping."

"Habisnya beneran belajar.... aku aja blajar pas H-1."

"Kayak authornya."

"Iya hehehehe... em... di sana kerasa ada hawa-hawa dingin nggak?"

"Iya... di sini juga kerasa gitu..."

"Apa lagi aku lagi home alone... jadi sepi di sini."

"Disini juga sepi, di hutan malah."

"Loh? Temen-temenmu pada kemana emang?"

"Ndak tau, pada ngilang."

"Ngilang?!*ala filem horor*"

"Iya ngilang! Gimana nih?!*ala filem horor*"

"Jangan-jangan....*ala filem horor*"

"Jangan-jangan....*ngikutin Loly*"

"Mereka....*ala filem horor*"

"Aduh! Jangan sampe!!!*ala filem horor*"

"Pada sembunyi.*datar*"

"Tu dah aku juga mikir gitu. Jangan sampe mereka sembunyi. Aku gigit aja blom pernah.*datar*"

"Be-lom...*gaya orang gila*"

"Per-nah! Hahahahaha*yang ini udah menedekati gila.*"

"HAHAHAHAHA.... jadi kayak mereng gini!"

"Siapa juga yang mulai?"

"Authornya!*serempak*"

(Pada beneran mau di gaplok nih orang 2).

"Eh kerasa dingin lagi nggak?"

"Iya nih..."

"Udah ya aku tutup. Lain kali kita ngobrol lagi."

"Oke deh..."

Deva menutup teleponnya. Karena tak tau mau ngapain akhirnya ia menghembuskan nafasnya dan terlihat uap yang keluar dari mulutnya. Deva terlihat menikmati Aktivitasnya.

"Kenapa kau terlihat sangat menikmati?"

"Oh karena aku...-" Deva terdiam setelah melihat ke arah suara yang sepertinya berbicara dengannya.

Terlihat 5 wanita dan 3 laki-laki sedang berdiri melihat Deva. Salah satu wanitanya berambut pirang, ada 2 wanita yang berambut hitam, salah satunya yang lain berwarna merah kecoklatan, sisanya ada yang berwarna coklat dan biru gelap. 3 laki-laki itu salah satunya ada yang rambutnya berwarna coklat kekuningan, coklat terang dan merah gelap.

Mereka semua saling diam-mendiami. Tak ada yang berbicara. Bahkan Deva tak berkedip sama sekali. Akhirnya Deva memutar tubuhnya ke arah mereka yang melihatnya.

"Kayaknya tau nih wajah-wajah di sini," Kata Deva sambil memasang wajah berpikir.

Mereka semua yang melihat melihat Deva ada yang beberapa menelan air ludahnya kasar dan ada yang meneteskan keringat dingin. Sisanya poker face.

"Kenapa kalian bisa seperti ini?" Tanya Deva sambil melepas mode berpikirnya.

"Eh? Jadi sudah tau?"

"Kalian tau akukan?"


"Jadi... kalian terkena sihir?" Tanya Deva datar sambil duduk di depan api unggun.

"Begitulah," kata wanita yang terlihat paling tua.

"Menjadi wanita itu tidak enak... ini memalukan," kata wanita berambut pirang sambil menunduk dan meremas ujung roknya.

"Hah? Kenapa memalukan? Itu cocok banget untukmu! Edward kau cantik kok!!!" Kata Deva sambil menunjukan jempolnya.

"Menurutku itu bukan pujian," kata wanita berambut pirang alias Edward.

"Hei! Itu pujian tau! Cantik banget!!!!" Seru Deva semangat.

"Heh..."

"Setidaknya bilang makasih kek?!"

"Ya, terimakasih," Kata Edward terpaksa.

Deva terkekeh kecil melihat ekspresi Edward.

"Bagaiaman ujianmu?" Tanya wanita yang paling tua.

"Yah... lumayanlah kak Leo, tapi aku masih penasaran sama nilainya...." kata Deva menunduk kecil.

"Tenanglah, kau sudah melakukan yang terbaik bukan? Apalagi sampai menyicil belajar," Kata cowok berambut coklat terang.

"Nguping itu tidak baik,"kata Deva dan wanita yang berambut hitam bersamaan.

Deva melihat wanita yang terkekeh setelah berseru bersamaan.

"Kalau seperti ini benar-benar terlihat seperti saudara kembar," kata wanita berambut merah kecoklatan.

"Apa cuman perasaanku saja atau memang benar...."

"Apa?"

"..-Devis terkekehnya imut bangeeeeet!!!" Seru Deva gemas.

Semuanya hanya bisa ber-sweatdrop ria.

"Oh iya, udah pada makan belum?" Tanya Deva.

Semuanya menggeleng-geleng pelan.

"Kenapa? Pada shock karena berubah gender?" Tanya Deva polos.

"Aku sih biasa aja..." kata laki-laki berambut merah gelap dengan polos.

"Aku juga tapi... sedikit nggak enak di bagian..."

"Stop! Ini cerita segala umur, jangan macem-macem!" Seru Deva.

"Maaf...." kata laki-laki berambut coklat kekuningan sambil menunduk.

"Kira-kira sampai kapan kita akan seperti ini?" Tanya wanita berambut biru gelap.

"Mungkin masterku bisa membantu," kata sebuah suara yang membuat semua orang menoleh ke sumber suara.

"Aoi-chan!" Panggil Deva ceria.

Aoi laungsung memeluk Deva dengan ceria.

"Lama banget nggak ketemu. Bagaimana kabarmu? Sekarang kau bagaimana?" Tanya Deva setelah memeluk Aoi.

"Iya lama banget tak ketemu. Baik kok, Deva sendiri bagaimana? Sekarang aku tinggal dengan master, akhir-akhir ini mater selalu melakukan percobaan," jelas Aoi.

"Master? Kak Rafa?" Tanya Deva yang dijawab anggukan beberapa kali oleh Aoi.

"Apa benar dia bisa membantu kita?" Tanya Edward sambil mendekati mereka.

"Em.... .... kita tanyakan langsung saja," Kata Aoi ceria.

"Baiklah, apa jaraknya jauh?" Tanya Deva.

"Tidak kok, sangat dekat," Kata Aoi sambil menunjuk belakangnya.

"Oke, kalian masih bisa bertahan?" Tanya Deva kepada teman-temannya.

"Iya... mungkin..." kata Leo sambil melihat keatas.

"Di atas ada apa?" Tanya wanita berambut biru tua.

"Tidak ada apa-apa kok." Kata Leo datar.

"Ayo kita berangkat," Kata Deva.
.
.
.
"Mater! Aku pulang," Seru Aoi sambil membuka pintu sebuah rumah yang berisi entah apa itu.

"Ah! Kau sudah pulang? Hm?" Rafa diam di tempatnya saat melihat ada tamu datang ke rumahnya.

Tiba-tiba Rafa mendekati Leo dan memegang tangannya.

"Menikahlah denganku!" Serunya serius.

"Hei!!!"

"Pft!"

"Hihihi..."

Yang lainnya menutup mulutnya untuk menahan tawa mereka.

"Pas banget untukmu nenek Leo, dengan begini kau tidak akan sendirian bukan? Pfftttt," kata Deva yang menahan tawanya.

"Enak saja! Aku lebih baik sendirian!"

"Apa aku tak cukup?" Tanya Rafa serius dengan nada iba.

Leo hanya diam. Akhirnya Rafa beranjak dan mendekati Devis yang buat Devis merinding tetapi lagi-lagi membuat semua orang menahan tawanya.

"Maukah kau denganku?" Tanya Rafa serius.

"Ma-maaf...." kata Devis yang menahan kegeliannya.

Rafa sedih beranjak dan mendekati Edward yang sudah menelan ludahnya dengan kasar.

"Maaf, dia sudah ada yang punya," Kata Shafira yang langsung merentangkan lengannya di antara Edward dan Rafa sebelum Rafa mengucapkan kata-kata.

Rafa sedih lalu beranjak Lagi dan berjalan mendekati wanita berambut merah kecoklatan lalu menggengam telapak tangannya.

"Maaf, bisakah kau melepaskan tanganmu?" Tanya Chloe dengan senyuman di wajahnya dan memegang tangan Rafa.

Deva dari tadi melihat sambil menahan tawanya meledak dengan keras.

Rafa melepaskan tangannya dan berjalan mendekati wanita yang berambut hitam lain lalu menggenggam lagi tangan wanita itu yang sedang sweatdrop.

"Baiklah cukup sampai di sana kak Rafa," kata Deva sambil berdecak pingang.

"Eh?"

"Apakah kau tidak sa...-"

"Kau Deva?"

"Hehehehe... lama tak berjumpa," Kata Deva sambil tersenyum manis.

"Sangat lama banget tak berjumpa!" Kata Rafa sambil memeluk Deva erat.

"Se...-sak!"

"Maaf..."

Akhirnya Deva bisa menghirup udara bebas.

"Hei, ada yang ingin aku bicarakan kepadamu," kata Rafa sambil memegang tangan Deva dengan wajah serius.

"Aku tau, dan ada yang ingin aku katakan juga ta...-"

"KITA SEHATI!" Seru Rafa semangat.

"(What the...?!)"

"Ayo kita menikah!"

"GILA AJ...-"

"Maaf, kita di sini ingin meminta pertolongan," Kata wanita yang berambut hitam sambil memegang tangan Deva agar terlepas dari genggaman Rafa.

"Pertolongan menjacari jodoh?"

"Bukan!" Kata mereka serempak dengan wajah datar kecuali Chloe, Shafira, wanita berambut merah gelap, Aoi dan Rafa.

"Eh?"
.
.
"Oh... jadi begitu... maaf aku tak sadar," kata Rafa sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Master memang bodoh," kata Aoi yang di sebelahnya dengan datar.

"Maaf..."

"Jadi, bagaimana? Apakah kak Rafa bisa?" Tanya Deva.

"Asalkan kau mau menikah denganku!" Kata Rafa sambil menggenggam tangan Deva.

"Kakak ingin serangan di bagian bawah?" Tanya Deva dengan senyuman di wajahnya.

"Em... maaf," Kata Rafa sambil berjalan mundur.

"Master, lain kali cobalah keluar ke kota dan perbaiki penampilanmu," Kata Aoi sambil berdecak pingang.

"Baik..."

"Aku tanya sekali lagi, apakah kak Rafa bisa?" Tanya Deva.

"Huh? Bisa sepertinya. Paling cepat aku akan berikan kepada kalian besok pagi," Kata Rafa serius.

"Besok?!" Tanya Edward kaget.

"Sudahlah lumayankan Edward," Kata Deva sambil melirik ke Edward.

"Iya sih..."

"Nah, bisakah kau mengantarkan tamu kita ke kamarnya?" Tanya Rafa sambil melihat ke Aoi yang di jawab anggukan.

"Ayo, ikut aku," Kata Aoi sambil tersenyum.

Deva dkk mengikuti Aoi sampai di kamar yang besar.

"Besarnya!"

"Di sebelah juga masih ada kamar, kalau kalian ingin menempatinya juga diperbolehkan. Selamat malam," Kata Aoi sambil berjalan keluar.

"Selamat malam," kata Deva sedangkan sisanya ada yang hanya tersenyum dan melambaikan tangannya atau ada yang mengangguk.

"Jadi... pembagian kamarnya bagaimana?" Tanya Edward.

"Cewek dan cowok di pisah...." kata Leo dengan jeda panjang.

Terlihat aura suram terpancar dari kamar itu.

"Em... aku ke toilet dulu ya." Kata Deva sambil menunjuk pintu kamar lalu beranjak keluar kamar.
.
.
Saat Deva sudah selesai ia kembali dan melihat Chloe, Shafira dan laki-laki berambut merah gelap keluar dari kamar itu.

"Shafira, Chloe, Rose! Apa sudah di tentukan?" Tanya Deva.

"Iya, kau ikut dengan para cowok. Kita akan ada di sebelah," Kata Chloe.

"Oh... baik," Kata Deva sambil mengangguk.

"Jadi, selamat malam Deva," kata Shafira sambil masuk ke kamar sebelah dan disusul Chloe dan Rose.

"Selamat malam," lata Deva yang masih diam di tempatnya.

Bukannya masuk, Deva malah melihat ke Jendela yang berada di sampingnya. Tiba-tiba ada suara pintu terbuka dan ternyata itu wanita berambut hitam.

"Kau tidak masuk?" Tanya wanita itu.

"Nanti, kenapa kau keluar?" Tanya Deva bingung.

"Mencarimu," Kata wanita itu sambil melirik ke arah lain.

"Hehehe terimakasih dan terimakasih juga untuk yang tadi, Hayate," kata Deva sambil tersenyum manis.

"Tadi?"

"Kau melepaskan genggaman kak Rafa."

"Oh itu... bukan apa-apa kok," Kata Hayate yang lagi-lagi melirik ke arah lain dengan wajah sedikit merona.

"Hehehe... aku senang."

"Kau tadi juga menyelamatkanku. Terimasih," kata Hayate sambil tersenyum.

Deva diam sejenak melihat Hayate. "Lama-lama aku lebih suka dirimu yang ini," kata Deva jail.

"Hah?! Kenapa?" Tanya Hayate kaget.

"Karena aku bisa melakukan ini!" Kata Deva sambil memeluk Hayate dari samping.

(Baperrr ini pas authornya dengerin lagu "Ai Ni" (;'ຶДຶ '))

"Hachi!"

"Hehe... apakah sudah saatnya kita masuk?" Tanya Deva.

"Maaf..."

"Tak apa, ayo masuk," kata Deva sambil mengandeng Hayate.

Di dalam kamar, ternyata kasur yang di sediakan seperti yang di Jepang.

"Kalian lama, apa yang kalian lakukan?" Tanya Leo.

"Hah kenapa? Apa nenek Leo cemburu?" Tanya Deva jail.

"Tidak sama sekali," kata Leo datar.

"Oh iya, nenek Leo udah ada kak Rafa," kata Deva jail sambil mengeluarkan lidahnya.

"Hei! Berhenti membahas itu!"
.
.
Deva membuka matanya sebentar. Ia masih di tempat yang sama dan masih gelap. Ia menoleh ke Hayate yang di sampingnya yang ternyata belum tidur juga.

"Ciee yang belum tidur," bisik Deva.

"Kau juga belum," Bisik Hayate sambil menganti posisi.

"Kenapa kau belum tidur? Apa tak sabar untuk besok?" Tanya Deva.

"Mungkin bisa dibilang seperti itu. Kalau kau kenapa?" Tanya Hayate kembali.

"Hehehe masalah kecil. Hei, boleh aku memegang tanganmu?" Tanya Deva.

"Untuk apa?" Tanya Hayate sambil mengeluarkan tangannya.

"Tak ada alasan khusus," bisik Deva sambil menggenggam tangan Hayate.

"Selamat tidur," bisik Deva pelan sambil terpejam.

"Selamat tidur," bisik Hayate juga lalu menutup matanya.
.
.
.
.
.
Kenapa musik yang aku dengerin pas banget ma kata2 yang aku ketik?! Kayak yang di atas ini, tadi aku dengar "alice good night" pas baget oi! Yang sebelumnya juga. Ampe nggak bisa ngetik... hueee..

Yuko12:"anata lama banget desu. Nanti readersnya hilang lagi bagaimana desuka?"

Aduh... nggak selama pas itukan?

Yuko12:"tetep aja lama desu!"

-3-
Ini dah di cepetin sebisaku loh... apalagi kata2-nya sampai 2000'an, padahal tadinya mau brenti pas 900'an. Dan romansnya dah ada kan?

Yuko12:"iya sih... tapi tetep aja Lama desu!"

Shttt jangan brisik, besok nyepi. Nanti kalo kau berisik di marahin ma pecalang loh hehehehehe....

Yuko12:"nggak ush dikasih tau desu! Saya udah tau desu!"

Yayaya...
ohy, slamat hari raya nyepi bagi yang merayakan, klo saya hanya ikut2.

Don't forget to voment.

-(08/03/2016)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro