4B. Lanjutan
Karena sedikit masalah, jadi sedikit di ulang lagi. Ohy, yang dia atas itu Deva saat memakai kekuatan Yin. Versi mata gede sih... ah udahlah, lupakan... selamat membaca.
.
.
.
"Hayate, tolong buat dinding api."
"Ta-tapi..."
"Tenang saja. Aku akan membuat pohon-pohon di luar tak terkena apimu," Kata Deva sambil tersenyum.
Hayate menunduk sebentar lalu mengangguk mantap. Deva tersenyum lega.
"Devis, tolong kau buat angin di bawah api milik Hayate."
Devis mengangguk.
"Katryson, bisakah kau membuat gelombang suara?"
"Tentu saja," kata Katryson.
"Bukan sekarang," cegat Deva yang melihat Katryson mengambil ancang-ancang.
"Oh, maaf," kata Katryson.
"Tak apa. Eric, bisakah kau memukul mereka dengan tanah?" Tanya Deva.
"Iya tentu saja."
"Baiklah, aku serahkan kepadamu," Kata Deva.
"Oke, dengan keras?"
"Dengan sangat keras," kata Deva sambil tersenyum sinis.
Eric juga tersenyum sinis mengerti maksud Deva.
"Kalian mengerikan," Kata Rose.
"Hehehehe... Edward, aku hampir melupakanmu. Bisakah kau membuat senjata es yang akan menusuk mereka?" tanya Deva.
"Tentu saja, tapi sedikit menyakitkan kau melupakanku," kata Edward.
"Bukan aku, arthornya."
(Di satu sisi....)
"Achiii! Aduh... rasanya mau flu."
"Minum CDR, biar nggak sakit. Kalau sakit pas musim uas susah."
"Ya...."
"Ngapain buka hp?! Belajar!"
"Iya-iya..."
(Oke, kembali lagi.)
"Aku akan membuat pelindung dan Rose tolong buat air di atas pelindung yang akan ku buat nanti. Sebelum itu kalian semua lebih mendekat di sekitarku," Kata Deva serius.
Semuanya mendekat ke arah Deva. Setelah semuanya mendekat, Deva membuat kayu yang tumbuh dari tanah dan menebalkan di bagian atas. Rose langsung membuat air di atas sihir Deva. Edward menurunkan es yang tajam seperti hujan dan melukai beberapa Flyarf, tetapi ada juga yang berhasil lolos. Katryson membuat gelombang-ngelombang suara. Dia saat itulah Eric langsung membuat tanah dan langsung memukul satu persatu flyarf.
Deva sendiri duduk melantai sambil berkonsentrasi untuk melindungi pohon yang berada di dekat api Hayate.
"Eric, Katryson siapkan sihir kalian. Yang besar sebentar lagi datang," Kata Deva sambil berdiri setelah beberapa detik.
"Huh?"
"Sudah ikuti saja aba-abaku," kata Deva dengan senyum sinis yang membuat Eric semakin tak mengerti.
"Dalam hitungan ketiga, kalian boleh menghilangkan sihir kalian kecuali Katryson dan Eric yang harus bersiap," Kata Deva sambil memejamkan matanya.
"3..... 2..... 1!
Katryson kencangkan gelombang suaranya! Eric, ke arah jam 10 sekarang!" Seru Deva.
Semua melakukan apa yang di suruh Deva. Hayate, Edward, Shafira, Chloe dan Rose menghilangkan sihirnya. Sedangkan Katryson mengencangkan suara gelombang suaranya ke arah jam 9-11 untuk berjaga-jaga. Eric membuat tanah yang lebih besar dan menghantam sesuatu dengan keras. Deva membuat jaring dari pelindung yang ia pakau untuk melindungi teman-temannya.
Ternyata itu Flyarf yang besar yang di maksud Deva.
"I-itu Flyarf tingkat A...!" kata Devis kaget.
Flyarf itu berusaha untuk melepaskan diri dari sihir Deva, kekuatannya besar walau sudah terkena pukulan tanah Eric dan gelombang suara Katryson yang keras.
Tiba-tiba ada petir yang mengenai Flyarf besar itu. Tak hanya satu, tetapi berkali-kali. Akhirnya flyarf itu jatuh tak bernyawa. Semuanya diam tercenang.
"Kenapa kalian membuka mulut kalian?" Tanya Leo yang tiba-tiba muncul.
"Loh? Kak Leo habis dari mana?" Tanya Deva.
"Dari sana," kata Leo sambil menunduk ke belakangnya.
Semuanya diam.
"Ada apa?" Tanya Leo.
"Apa kau yang membantu menyerang flyarf itu?" Tanya Devis.
"Iya, lalu?" Tanya Leo bingung.
"Haaaah?!" Semuanya berteriak kaget.
"Eh kalian tak tau?" Tanya Hayate pada Katryson, Devis, Eric dan Rose.
"Seharusnya kalian yang paling mengetahui bukan?" Tanya Edward.
"Kami tak tau," kata Rose.
"Dia tak pernah menunjukannya," kata Eric.
"Itu benar, bahkan dia yang sudah bertahun-tahun menjadi guru tetap saja tak ada yang tau," kata Katryson.
"Itu benar," kata Devis sambil melihat ke Leo tajam.
"Hei hei... kenapa kau marah?" Tanya Leo yang sedikit ketakutan.
"Karena kau tak pernah memberi tau apa sihirmu. Bahkan beberapa tahun lalu," kata Deva sama tajamnya dengan Devis.
"Yang terpenting kita sudah menyelesaikan ini bukan?" Tanya Leo yang mencoba menyembunyikan ketakutannya.
Deva dan Devis masih mempertahankan tatapan tajam mereka.
"Em... mari kita lanjutkan perjalanan kita. Bagaimana?" Tanya Leo takut.
Deva dan Devis diam.
"Sudahlah, yang terpenting tak ada yang terluka," Kata Hayate.
"Itu benar, pak Leo juga sudah menyelamatkan kita bukan?" Tanya Katryson meyakinkan Devis.
Deva dan Devis akhirnya menghembuskan nafas kasar dan saling bertatapan.
"Baiklah," Kata Devis.
"Berarti aku harus menghitung kak Leo juga," Kata Deva sambil berpikir.
"Ahaha... terimakasih.... nah ayo, kita ke sana. Di sana bisa terbilang daerah aman. Jadi kita bisa lebih tenang," kata Leo yang kira-kira mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Deva.
Semuanya mengangguk lalu mengekori Leo.
.
.
Rose sedikit mempercepat langkahnya agar ia bisa berjalan di sebelah Deva.
"Kak Deva, bolehkah aku bertanya?" Ijin Rose.
"Tentu," kata Deva sambil tersenyum.
"Kenapa kakak sampai bisa membuat rencana yang seperti tadi?" Tanya Rose bingung.
"Em... aku sendiri juga bingung. Rasanya itu hanya refles saja," kata Deva polos.
"Hah?" Rose kaget.
"Hanya refleks?" Tanya Eric tak percaya.
"Percaya atau tidak, begitulah Deva," Kata Edward yang berada di depan Deva.
"Begitukah?" Tanya Devis.
"Oh, kau tidak tau ya saat itu...?" Tanya Chloe sambil berpikir.
"Saat kapan?" Tanya Devis.
"Saat aku membuat sebuah kesalahan besar... oh iya! Maaf saat itu Deva. Aku lupa meminta maaf," Kata Shafira murung.
"Hm? Saat kapan?" Tanya Deva.
"Saat aku keras kepala dan tak memikirkan mengenaimu," Kata Shafira pelan.
"Em... oh, aku ingat! Tak apa saat itu kita masih baru dan tak tau mengenai sihir secara dalam bukan?" Tanya Deva.
"Maafkan aku saat itu aku ceroboh," kata Hayate tiba-tiba.
"Aku juga seharusnya aku lebih bisa memperhatikan sekelilingku," Kata Chloe bersalah.
"Aduh-aduh, kenapa kalian harus meminta maaf? Itu bukan salah kalian, tenanglah. Kita saat itu masih baru. Apalagi itu sudah lama, sudah 3 tahun bukan? Sudalah, kalian tak perlu mengingatnya. Yang terpenting itu sekarang," kata Deva sambil tersenyum lebar.
Edward, Shafira, Chloe dan Hayate diam. Akhirnya mereka sama-sama tersenyum.
"Kau benar Deva," kata Chole.
"Iya," Kata Shafira.
"Oh iya, aku juga ingin bertanya mengapa kak Deva memberi tugas-tugas itu untuk kami. Mak-maksudku untuk apa?" Tanya Rose.
"Oh, gampang. Aku meminta tolong Shafira dan Chloe untuk membuat awan agar menakuti para flyarf itu."
"Menakuti?" Tanya Eric.
"Benar, mereka mempunyai sayap yang seperti kulit. Karena itu pasti mereka akan turun saat hujan. Karena awan tak bisa turun ataupun berbentuk seperti dinding, aku meminta tolong Hayate agar membuat api di sekeliling karena umumnya semua makluk hidup akan mati kalau terkena api. Aku meminta Devis untuk membuat angin di bawah api Hayate agar rerumputan di bawah tak terkena api Hayate dan aku juga mencoba mendorong sedikit pohon-pohon di sekeliling agar tak terkena api juga," jelas Deva.
"Oh, aku baru sadar," kata Devis.
"Aku sudah yakin itu, hampir semuanya panik dan hanya melaksanakan saja," Kata Deva datar.
Semuanya tersenyum malu.
"Lalu aku?" Tanya Katryson.
"Aku pikir gelombang suara akan membuat para flyarf itu bingung karena menurut logikaku, manusia yang mendengar itu tak bisa berkonsentrasi. Apalagi flyarf? Ternyata logikaku benar. Aku membuat pelindung untuk jaga-jaga kalau ada flyarf yang tiba-tiba menyerang. Ternyata tidak ada. Dan aku meminta tolong kau, Rose membuat air di atas pelindungku agar kita tak terkena serangan es Edward dari atas," kata Deva sambil tersenyum.
"Wow..."
"Kenapa kau tidak memintaku untuk tidak menyerang di atas kita?" Tanya Edward.
"Kalau mereka pintar dan bersembunyi di atas kita bagaimana?" Tanya Deva.
"Oh..."
"Kau keren sekali kak Deva," Kata Rose kagum.
"Begitukah? Aku rasa aku hanya memanfaatkan sihir teman-temanku saja. Aku bisa juga karena aku punya orang-orang yang masih bisa aku andalkan," Kata Deva sambil tersenyum lagi.
"Iya! Kau benar kak!" Seru Rose riang.
Yang lain yang mendengar itu juga tersenyum.
Back agian with meee...
Are you miss me?
No? Fine... T^T
Yang terpenting kalian menikmati certita ini ok?
Bagaimana actionnya? Kayaknya kebanyakan diam ya? Maaf...
Saat mengetik cerita ini memang sayah sedang ada di tengah-tengah uas, jadi agak lama karena sedikit-sedikit.
O iya, bagi yang mau lihat artbook punyaku. Yah... masih baru sih... jadi baru 1 eheheheh...
Baiklah! Don't forget to voment!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro