Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Petualagan Dimulai!

Mereka berjalan ke arah belakang istana itu. Setelah mereka keluar mereka berjalan menuju hutan abu-abu. Di belakang istana memang langsung terhubung dengan hutan abu-abu. Leo melihat petanya dengan seksama.

"Jadi sekarang kita ke arah mana?" tanya Chloe.

"Kita akan masuk ke hutan abu-abu dan berjalan menuju suatu rumah. Tunggu saja kalian akan lihat, tetapi tetap waspada. Walaupun perjalanannya lebih cepat dari pada ke istana hitam, di sini lebih berbahaya," Kata Leo.

"Baik," kata Edward, Shafira, Chloe, Katryson, Hayate, Deva san Devis bersamaan.

"Ngomong-ngomong Deva," Panggil Leo.

"Ya?"

"Kenapa kau sampai berbicara seperti itu hah?" tanya Leo.

"Hm? Yang mana?" tanya Deva.

"Saat kau berbicara dengan raja," kata Leo geram.

"Oh, karena aku nggak suka aja," Kata Deva polos.

"Hah... Aku mengerti maksudmu itu apa, tetapi lain kali kau harus tetap menghormati raja walaupun kau tidak menyukainya," Kata Leo pasrah.

"Apa kak Leo juga tidak menyukainya?" tanya Deva.

"Tentu saja! Dia adalah raja yang seenaknya dan berbeda jauh dari apa yang ia bilang saat pemilihan menjadi raja! Kalau tau akan seperti ini aku akan memaksa ratu untuk memilih penerus selanjutnya memakai sihir saja! Dia hanya memikirkan diri sendiri!" kata Leo tiba-tiba kesal sendiri.

Semua melihat Leo bingung, sedangkan Deva melihat Leo dengan senyum sinis dan tertawa kecil. Akhirnya setelah beberapa detik Leo akhirnya sadar jika dia terlalu jujur. Akhirnya Leo berdehem malu.

Srek srek.

Suara semak-semak bergoyang membuat semuanya diam waspada dan melihat sekeliling mereka. Tiba-tiba ada suatu makhluk yang mirip scof tetapi berwarna ungu dengan bintul-bintul oranye di sekitar tubuh mereka.

"Apa scof itu kena virus?" tanya Deva heran.

"Tidak itu scof level C," kata Devis.

"Hah? Kenapa aku baru tahu kalau scof juga ada levelnya?" tanya Deva keget.

"Ya karena kau tidak masuk sekolah sihir jadinya kau tidak tahu. Dan bukan hanya scof saja yang mempunyai level semua musuh ada levelnya. Level yang paling tinggi adalah S," Jelas Katryson.

"Seperti di dalam game saja," Kata Edward.

"Ya... begitulah, sebenarnya Dunia Sihir ini yang mengikuti game," Kata Katryson lagi.

"Yaampun cowok cantik, kau main game juga ya?" tanya Deva lebay.

"Bisakah kau diam?" tanya Edward geram.

"Hei aku memuji loh..." kata Deva dengan senyum sinis.

"Ngomong-ngomong scofnya makin banyak tetapi sama sekali tidak menyerang kita ya?" tanya Chloe bingung.

"Iya, waspadalah kerena scof level ini semakin pintar, tidak seperti scof level F yang dulu kalian kalahkan," Kata Leo.

Semuanya diam waspada. Dari pihak Deva dkk maupun scof tak ada yang bergerak. Entahh sampai kapan ini akan berlangsung. Bermenit-menit berlalu, masih saja tidak ada yang bergerak. Tiba-tiba..

Bruk!

"Aduh!"

Rose terjatuh dan para scof langsung maju untuk menyerang. Eric cepat-cepat menarik tangan Rose untuk membantunya beridiri. Leo, Edward, Shafira, Chloe, Katryson, Hayate, Deva dan Devis langsung memberi serangan dan skaligus melindungi Rose dan Eric sebentar.

Hayate memukul beberapa scof degan apinya. Beberapa scof itu langsung hangus terbakar. Scof-scof yang di belakang scof yang terbakar tadi mundur tetapi tiba-tiba tertusuk es. Ternyata Edward sudah membuat es yang mencuat dari tanah terlebih dahulu.

Chloe dan Shafira saling bekerja sama. Chloe memakia sihir anginnya untuk mendorong scof. Shafira membuat air terbang ke arah scof di berbagai arah dengan cepat yang membuat para scof tak bisa bergerak.

Devis mendorong dua scof ke belakang dengan anginnya dan Deva langsung meninju scof itu saat sudah di dekatnya. Devis mendorong lagi beberapa scof dan langsung di tendang Deva ke arah pohon. Devis berbalik, Deva mendekati Devis dan membelakangi Devis.

"Tanganku sakit sekali," gerutu Deva.

"Bertahanlah, aku tau sihir yang bagus untuk pengobatan," Kata Devis sambil mendorong beberapa scof ke pohon dengan anginnya.

"Benarkah? Baiklah, aku menunggu," Kata Deva mulai meninju beberapa scof.

Katryson membantu Rose dan Eric yang juga sedang melawan scof. Eric membuat tanah-tanah setinggi dirinya dan mendorongnya ke arah scof-scof yang mendekatinya. Rose memuat sihir yang sama dengan Shafira. Katryson membuat gelombang suara yang membuat para scof tak bisa bergerak.

"Apakah kalian sudah selesai?" tanya Leo yang tiba-tiba muncul.

"Iya!" seru Shafira.

"Seru sekali setelah sekian lama tidak bertarung," kata Chloe.

"Aku setuju," kata Edward.

Hayate mengangguk setuju.

"Hei, kalian terdengar seperti pembunuh jika berbicara seperti itu," Kata Deva bergidik ngeri.

"Aku juga sependapat," Kata Devis.

Katryson juga mengangguk takut.

"Rose, Eric," Panggil Deva.

"Ya?"

"Jangan berpikir semua orang-orang bumi seperti itu ya," Kata Deva.

"Ma-maaf!" seru Rose dan Eric bersamaan.

"Baiklah, mari kita lanjutkan perjalanan," Kata Leo.

Semuanya mengangguk lalu mengikuti Leo dari bekalang.
.
.
.
Malamnya mereka bermalam di hutan yang sudah dipasang mantra oleh Leo agar tidak ada yang menyerang mereka saat mereka tertidur. Nyatanya sekarang mereka belum tertidur, mereka sedang duduk melingkari api unggun yang di buat oleh Hayate dan Katryson yang mengumpulkan ranting pohon.

"Makanan siap," kata Deva sambil berbalik.

"Wah.. apa makanan kali ini?" tanya Leo sambil mendekati Deva.

"Nasi goreng. Aku tidak tau harus memasak apa. Jadi aku memilih ini," kata Deva.

"Kelihatannya enak," Kata Devis mendekat.

"Seharusnya bukan hanya kelihatan, tetapi pasti enak. Ambillah satu-satu. Aku sudah membaginya secara merata," Kata Deva seperti ibu-ibu.

"Ok bu," Kata Chloe sambil mengambil bagiannya.

"Aku bukan ibumu," Protes Deva

"Tetapi kau mirip seperti ibuku," Kata Chloe sambil cengar-cengir.

"Setuju," Kata Shafira sambil mengambil bagiannya juga.

"Kalau kalian tetap membuatku kesal, aku ambil bagian kalian," Kata Deva sambil tersenyum sinis.

"Maaf," kata Chloe dan Shafira bersamaan.

"Enak," kata Rose.

"Iya, enak," Kata Eric.

"Terimakasih," Kata Deva yang duduk di sebelah Devis dan Hayate, berhadapan dengan api unggun yang di depannya lagi ada Rose dan Eric.

"Masakanmu tak berubah," Kata Hayate.

"Terimakasih. Memasak sudah menjadi kebiasaan dan hobiku," Kata Deva sambil tersenyum.

"Ngomong-ngong sejak kapan kau mulai memasak?" tanya Edward.

"Hm, kelas tiga SD mungkin?" tanya Deva sambil mengingat-ingat.

"Mungkin?" tanya Katryson bingung.

"Soalnya kau sudah membantu ibuku memasak saat masih kecil," kata Deva yang masih mengingat-ingat.

"Masih kecil umur berapa?" tanya Chloe dengan senyum sinis.

"Aku lupa," kata Deva yang berhenti berpikir.

"Oh iya, apakah kita harus menyusun rencana untuk petualagan kali ini?" tanya Devis.

Tiba-tiba semua mata (kecuali Rose dan Eric) melihat ke satu arah. Satu orang yang sedang makan dengan cueknya.

"Apa?" tanya Deva polos.

"Bisakah kau membuat strategi lagi untuk perjalanan kali ini?" tanya Leo.

"Kenapa?" tanya Deva.

"Siapa tau kita memerlukan strategi saat melawan musuh nanti?" kata Katryson ragu.

"Kenapa harus? Kenapa sekarang? Kenapa kita tidak langsung melawan dan saling menolong seperti biasanya?" tanya Deva berturut-turut.

"Aku setuju dengan Deva. Mengapa kita memerlukan strategi?" tanya Chloe.

"Karena musuh kali ini lebih susah dari pada 3 tahun yag lalu dan juga kalian sudah lama tidak bertarung," Kata Devis dengan muka cemas.

"Hei, kita manusia dari bumi punya insting melindungi diri kok. Kami juga tak mau kehilangan salah satu dari kami," Kata Deva sambil menepuk punggung Devis pelan.

"Itu benar," Kata edward.

"Tentu saja!" seru Shafira.

"Kau bisa percaya kepada kami," Kata Hayate.

"Tak perlu kawatir," Kata Chloe.

Akhirnya Devis, Katryson dan Leo hanya bisa membuang nafas pasrah. Sedangkan Rose dan Eric tersenyum karena kekompakkan mereka.

"Ngomong-ngomong dulu kak Deva yang membuat strategi?" tanya Rose.

"Iya, karena terlintas begitu saja," Kata Deva.

"Wah hebat sekali!" seru Rose.

"Terimakasih, tapi kalai dipikir-pikir lagi strategi itu strategi yang murahan," kata Deva sambil mengingat-ingat.

"Yang terpenting kita berhasil," Kata Shafira sambil tersenyum.

"Aku masih tak menyangka," Kata Eric.

"Kenapa? Ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Edward.

"Habisnya aku baru tahu ada cewek yang membuat strategi," Kata Eric sambil berpikir.

"Hei kau mengejek ya?" tanya Deva yang sudah mengepalkan tinjunya

"Sudahlah Deva," kata Hayate menenangkan.

"Kau harus memaklumi, di dunia ini hanya cowok yang membuat strategi," Kata Devis ikut menenangkan Deva.

"Siapa suruh cowoknya nggak mikir?" tanya Deva (yang sebenarnya menyindir Leo, Katrson dan Devis yang belum pernah memikirkan rencana/ strategi).

Leo, Katryson dan Devis hanya tersenyum miris.

"Tetapi kak Deva keren loh!" seru Rose sambil tersenyum lebar.

"Terimakasih," kata Deva.

"Tetapi lebih keren saat Deva berpakaian cowok," Seru Chloe girang.

"Berpakaian cowok?" taya Rose dan Eric.

"Chloe jangan buka aib orang dong," kata Deva sambil menunduk.

"Aib? Aku rasa bukan aib, hanya sebuah kasalahan," Kata Chloe bingung.

"Ya menurutku itu sama saja," Kata Deva sambil berdiri.

"Kemarikan piringmu," Kata Deva ke arah Devis.

Devis memberikan piringnya ke Deva. Deva melakukan hal yang sama dengan Hayate dan Hayate memberikan piringnya. Terus sampai semua piring sudah ada di tangan Deva.

"Oh iya, Deva, Devis aku rasa kalian membutuhkan latihan," Kata Leo.

"Latihan?" tanya Deva dan Devis.
. . . . . .
Halo halo... Ternyata saya membutuhkan waktu lama agar bisa membuat pertarungan yang lebih seru...

Yah maklumlah... Masih pemula (pemula tapi udh terbitin 11 crita. Gmn sih?). Entahlah mengapa aku bisa menciptakan sebanyak itu aku sendiri juga bingung hehehe...

Apakah pertarungannya seru? Ya mungkin lebih nggak kaku dari pada yang sebelumnya ya?

Untuk awal-awal ini aku blom tampiin romasnya tetapi semoga kalian suka ya... Oh iya, aku mengetik menggunakan laptop dan hp loh... Semoga para readres bisa tau perbedaannya.

Don't forget to vomen :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro