Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Tak Terkendali

"Jadi... Kita ketahuan?" tanya Devis.

"Wah sayang sekali," kata Deva dengan nada aneh yang dibuat-buat.

Jason hanya membalas mereka dengan senyuman miring yang bertahan sejenak.

"Tunggu, dimana dia?" tanya Chloe.

"Dia? Ah, kau pikir apa yang akan terjadi jika sebuah alat membantu musuh pembuatnya?" tanya Jason dengan senyum sinis.

"Dihancurkan," ucap Leo pelan.

"Apa?!" seru Chloe dan Shafira bersamaan sambil melihat Leo.

"Itu benar," kata Jason tetap setia dengan senyum sinisnya.

"Mengapa udaranya bertambah dingin?" tanya Deva sambil memegang kedua lengannya sedangkan teman-temannya melihatnya dengan tatapan bingung.

"Apa kau tidak apa-apa Deva?" tanya Shafira kawatir.

"Aku harap begitu," kata Deva sambil menurunkan kedua tangannya lalu mengambil sikap siap.

Devis mengeluarkan pedangnya dari sarung pedang itu sedangkan yang lainnya juga mulai bersiap. Deva mengambil kipasnya dan mengibaskan kipasnya kearah Jason.

Jason melompat sebelum angin itu mengenai dirinya. Saat di atas ia disambut oleh es-es tajam milik Edward, tetapi Jason berhasil menghancurkan es-es tersebut tanpa mengatahui sesuatu mendekatinya.

Sebuah tumbuhan merambat berhasil menarik kakinya dan menghantamnya ke bawah dengan cepat. Hal itu membuat beberapa batu hancur dan menjadi beberapa pasir dan asap. Dari balik asap tersebut terlihat seseorang yang berhasil berdiri tanpa ada luka sedikitpun.

Tanpa bicara, Devis mendekatinya dengan pedang di tangannya. Jason juga dengan cepat menarik pedang yang entah dari mana dan mulai beradu pedang dengan Devis. Suara kedua pedang yang saling beradu terdengar nyaring di seluruh ruangan.

Saat Jason dan Devis terpisah, disaat itulah yang lain bertindak. Leo mengeluarkan listriknya tetapi dapat dihindari oleh Jason. Tapa ia sadari, Shafira menyebarkan air dipijakan Jason. Sebelum ia berhasil melompat, Edward menyebarkan hawa dinginnya di seluruhnya es itu. Chloe membuat angin puting beliung disekelilingnya.

Hayate meniup telapak tangannya dan keluarlah api yang bercampur dengan angin milik Chloe. Tetapi tak perlu memerlukan waktu, angin itu hilang dan air yang menjadi es itu juga hancur. Terlihat beberapa bagian kecil baju Jason yang telah hangus.

Devis lagi-lagi mendekatinya dengan pedang dibawanya yang disambut Jason dengan pedang di tangannya juga. Tanpa Jason ketahui bahwa serangan Devis hanyalah sebagai pengalih perhatian dari kegiatan Deva dan Edward yang sedang membuat selembar daun menjadi setajam senjata.

Deva menghentakkan kakinya yang membuat Devis melompat menjauh. Dengan cepat Deva langsung mengarahkan daun-daun tersebut kearah Jason. Karena ukurannya yang terbilang kecil, Jason terlihat kewalahan menangkis daun-daun tersebut. Pipi, lengan, dan kami telah terluka dan mengeluarkan darah. Katryson membuat gelombang suara yang membuat Jason terlempar.

"BERHENTI!" seru Alice yang berlari dan berhenti tepat di depan Jason sambil merentangkan tangannya.

"Menjahlah dari sana, bahaya," kata Davis.

Alice menggeleng cepat, "jangan sakiti kakak lebih dari ini. Aku mohon," kata Alice dengan mata berkaca-kaca.

Semua yang melihat Alice tertegun tak tega, berbeda dengan seseorang yang berada di belakangnya. Ia tersenyum sini lalu meletakkan sebelah tangannya di pundak Alice, "kerja bagus."

"Eh? Kaka..-"

Brugh!

"Deva!"

Semua pandangan tertuju pada Deva yang terjatuh meringkuk. Edward yang berdiri di dekat Deva mencoba memanggil-manggilnya sambil menggoyangkan tubuh Deva.

Leo memegang leher Deva, "Edward apa yang kau lakukan?" tanya Leo tak percaya.

"Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun!" sergah Edward panik.

"Ia dingin," kata Leo tak percaya.

Semuanya tersentak, Hayate mendekati Deva dan mencoba menyalurkan panas dari dalam tubuhnya ke Deva dengan mengenggam tangan Deva.

"Kak! Apa yang kau lakukan?!" seru Alice.

Semuanya melihatnya kearah Alice dan terlihat Jason yang sedang senyum penuh kemenangan.

"Jadi kau yang melalukan hal ini pada saudariku?!" tanya Devis kesal sambil berjalan ke arah Jason.

"Mengapa kak? Mengapa?!" tanya Alice putus asa.

"Alice, kau tak perlu mengetahui alasannya," kata Jason dengan senyum sinis yang membuat Alice tersentak kaget.

Jason berjalan melalui Alice dengan santai menuju tempat Deva dan teman-temannya. Tetapi terhadang oleh Devis yang menatapnya tajam, "apa maumu?"

"Hei, ayo bertransaksi," kata Jason dengan senyum sinisnya.

"Kau masih dapat bertransaksi dengan keadaan seperti ini?!" tanya Chloe tak percaya.

"Jika kalian serahkan Deva, aku tidak akan membiarkannya mati membeku," kata Jason yang tidak memperdulikan perkataan Chloe.

"Kau... membuatnya... membeku?" tanya Devis.

"Oh, dia masih sadar. Bahkan ia menatapku dengan tajam," kata Jason yang membuat semuanya melihat kearah Deva.

Ternyata memang benar Deva sedang melihat ke arah Jason dengan tajam. Sedetik kemudian, Deva dengan sekuat tenaga berusaha untuk duduk dan Hayate dengan refleks membantunya.

"Aku... tidak akan.... mau!" seru Deva dengan nafas tersengal-sengal.

"Lalu kau akan mati membeku begitu saja dan meninggalkan teman serta keluargamu?" tanya Jason dengan nada yang menyebalkan di telinga Deva.

"Aku lebih baik membeku! Dari pada.... hah... hah... bersamamu!" seru Deva.

"Pikiran satu pihak tak akan mengalahkan pikiran pihak lainnya," kata Jason dengan senyum sinis.

Deva melihat Devis yang menunduk bahkan membiarkan pedangnya menyentuh tanah, ia juga melihat teman-teman lainnya menunduk lalu terkahir ia melihat Hayate yang alisnya tertekuk dalam.

"Cukup," suara rendah itu menggema dengan halus di seluruh ruangan itu.

Jason berbalik dan melihat Alice sedang membawa sebuah sangkar burung kecil sambil menunduk.

"Alice? Mengapa kau tiba-tiba memegang sangkar kosong itu?" tanya Jason bingung dengan nada sedikit bergetar.

"Sudah cukup kak," kata Alice lalu membuka pintu sangkar itu.

Hal ajaib terjadi, Jason seolah-olah tertarik ke dalam sangkar itu dan mengecil. Setelah Jason benar-benar ada di sangkar itu, Alice menguncinya lalu melihat Devis, Katryson, Chloe, Shafira, Edward, Leo, Hayate dan Deva dengan tatapan sedih.

"Maafkan aku," katanya pelan.

"Tak apa, bukan salahmu jika penemuanmu tidaklah sesuai dengan pembuatnya," kata Deva sambil tersenyum.

"Kau tau?!" tanya Alice kaget, begitu juga dengan yang lainnya.

"Ugh!" Deva semakin memeluk dirinya dan dari terlihat jelas uap keluar dari mulutnya.

"Kak Deva!" seru Alice sambil mendekati Deva panik.

Telapak tangan Deva mendarat mulus di kepala kecil Alice saat jarak mereka tak begitu jauh.

"Pasti kau sangat kesepian ya?" tanya Deva yang membuat Alice terbelak dan matanya berkaca-kaca, "tenang saja, sekarang kau... tidak lagi.... sendi... -rian..."

"Deva!" Hayate dengan cepat memegang Deva sebelum kembali terjatuh.

"Kak Deva! Kakak cepat lepaskan sihirmu dari Deva!" seru Alice.

"Untuk apa?" tanya Jason dengan tenangnya.

"KAK JASON!!" teriakan Alice bersamaan dengam gedung yang berguncang.

"Alice!" panggil Devis sambil memegang pundak Alice.

Seakan-akan baru sadar, Alice tersentak dan melihat Devis dengan bingung. Devis yang melihat hal itu sedikit lega, tetapi gadung itu tetap saja bergoncang. Bahkan beberapa batu mulai terjatuh.

"Kita harus segera pergi dari sini," kata Leo sambil merogoh secarik kertas dari kantung celananya.
.
.
.
Hayate membaringkan Deva di depan perapian. Untung saja rumah Ifan terbuat dari kayu.

"Hayate, kau tunggu di sini. Hanya kau yang dapat mengontrol suhu panas di ruangan ini," kata Leo yang di jawab anggukan oleh Hayate.

Lalu Leo dan Devis beranjak untuk menuju ruang sebelah di mana Alice dan Jason yang masih terkurung ada di sana bersama Katryson, Chloe, Shafira, Edward dan Ifan.

Katryson menjelaskan apa yang terjadi setelah mereka meninggalkan Rose dan Eric. Sedangkan Shafira dan Chloe berusaha menenangkan Alice sekaligus mencoba memaksa Jason untuk melepaskan sihirnya.

Leo dan Devis membuka pintu ruangan itu tetapi tak ada perubahan yang mereka lihat.

"Bagaimana keadaan Deva?" tanya Shafira kawatir.

"Ia dibaringkan di dekat perapian dan Hayate di sana," kata Leo yang membuat Shafira sedikit tenang.

"Kalian tak akan bisa memaksaku," kata Jason dengan senyum kemenangan.

"Apakah cara kekerasan diperlukan?" tanya Devis dengan tampang serius.

"Asal kalian tahu, sihir itu akan terus berjalan walaupun aku telah tiada," kata Jason dengan senyum sinisnya.

Devis yang semula sudah mengepalkan tangannya, ia langsung melepaskannya sambil menghembuskan nafas kesal.

Brak!

"Deva!" seru Hayate.

Semuanya langsung melihat ke arah pintu dan terlihat Deva yang sedang memakai selimut tebal dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Mengapa kau ke sini?" tanya Devis kaget.

Deva mengangkat wajahnya lalu menunjukan senyum kecutnya, "memangnya aku hanya akan duduk manis sambil mendengarkan kalian?" tanya Deva.

"Tetapi ini untukmu!" seru Shafira.

"Aku tau. Karena itu aku tak akan diam saja," kata Deva sambil berjalan mendekati Alice.

"Kak Deva..."

"Bisakah kau membiarkan ukurannya seperti itu?" tanya Deva sambil menunjuk Jason dengan jempolnya.

Alice mengangguk cepat. Deva membalas Alice dengan senyuman hangat lalu beranjak dari sana menuju sangat Jason.

"Huh, semua yang kau lakukan tak ada gunanya," kata Jason dengan nada sedikit bergetar.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Katryson bingung.

Deva tak menjawab, hanya terus berjalan dengan selimut yang melingkupinya. Ia dengan perlahan membuka sangkar itu dan dengan secepat yang ia bisa menangkap Jason.

"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" seru Jason mencoba memukul tangan Deva yang lebih besar dari padanya.

"Ini keputusanmu," kata Deva dengan senyum sinis.

"Apa?!"

"Deva!" panggil Hayate.

"Jangan bergerak," kata Deva lemah yang membuat Hayate terdiam.

"Lepaskan aku!" ronta Jason.

"Jadi apa keputusanmu?" tanya Deva.

"Ka-kau pikir kau dapat menggertakku?!" tanya Jason berusaha untuk menengkan diri.

"Baik, itu keputusanmu," kata Deva sambil memjamkan mata.

Selimut yang Deva pakai terlepas dan mulai terlihat kakinya yang berubah menjadi es. Semua yang melihat itu tersentak dan panik, sedangkan Deva dengan tenangnya menutup matanya.

"DEVA!"
.
.


.
.
-(22/08/2017)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro