
10
Sambil menunggu giliran lomba, Winter memutuskan untuk menonton perlombaan lain. Gadis itu bersama anak-anak sekelasnya duduk berkelompok di salah satu sudut lapangan. Hendak menonton lomba bakiak yang akan dimulai sebentar lagi. Ketika lomba sudah dimulai, Winter terfokus pada permainan sampai tak menyadari kehadiran Jaehyuk yang duduk di sebelahnya.
"Ya ampun, sakit banget pasti itu yang paling bawah." Winter mengomentari permainan bakiak adik kelas yang terjatuh seperti domino.
"Itu mah sakit semua," ujar Jaehyuk ikut mengomentari.
"Maksudnya yang paling bawah itu yang paling sakit. Dia pake celana pendek jadi kakinya lecet deh kegesek tanah, masih ditindih dua orang lagi. Yang dua orang lagi kan kakinya nggak lecet, udah gitu ditindih dikit doang."
Winter lalu menoleh ke arah Jaehyuk, selanjutnya gadis itu menoleh ke segala arah. Terlihat seperti sedang mencari sesuatu. "Eh, lo kok sendirian? Temen-temen lo mana?"
"Itu temen-temen lu juga kali," ralat Jaehyuk, "pada ngadem di kelas."
Winter kemudian menunjukkan pergelangan tangannya, ada tali rambut yang melingkar di sana. "Eh Jae, enaknya rambut gue dikucir apa dibiarin aja?" tanya gadis itu.
"Kucir aja. Biar lu kaga gerah."
"Oke," ucap gadis itu menurut. Ia segera mengikat rambutnya menjadi satu ke belakang. Keduanya kembali fokus melihat permainan bakiak. Sampai akhirnya seseorang bersiul dan memanggil Jaehyuk.
"Oit?" seru Jaehyuk.
"Gas kantin!"
"Oke, bentar." Jaehyuk bangkit, membersihkan celana bagian belakangnya yang bersentuhan dengan tanah.
"Win, gua mau ke kantin. Lu mau nitip kaga?"
Winter mengangguk. "Mau. Pocari satu sama oreo satu."
"Oke. Tunggu bentar."
Kaki Jaehyuk mulai melangkah lebar menghampiri teman-temannya. Kepergiannya menimbulkan tatapan sinis dari semua siswi sekelasnya, kecuali Winter yang masih setia menonton permainan.
"Kurang ajar si Jaehyuk. Yang ditawarin cuma Winter doang. Dipikir kita ini rumput yang bergoyang apa?" sungut Somi kesal.
"Maklumin aja. Bocahnya lagi dalam mode dunia milik berdua yang lain karbondioksida alias tak dianggap." Ryujin menanggapi.
Winter nggak terlalu peduli. Nyatanya, gadis itu nggak mengalihkan pandangannya dari permainan bakiak. Membiarkan teman-temannya mencibir Jaehyuk pelan. Sementara itu, Jaehyuk di kantin duduk di suatu meja bersama anak-anak lain. Boys talk.
"Katanya ntar malem ada pertandingan E-Sports Asia Pasifik. Dari Indonesia ada 3 tim kalau gak salah. Pada mau nonton di rumah Chenle gak?" Beomgyu membuka obrolan.
Chenle yang disebut namanya sontak menanggapi, "Apa lo nyebut-nyebut nama gue? Emang gue udah bilang setuju apa?"
"Boleh deh. Apa nih? LoL? Apa ML?" tanya Mashiho.
"Emang kurang ajar bener temen-temen gue," gumam Chenle setelah ucapannya tak dipedulikan teman-temannya.
"LoL. Tapi, gua positif kalo tim dalem negeri pasti ada yang bisa masuk tiga besar. Btw, lu pada ada yang minat CTF kaga? Gua dapet brosur seminar sama workshop CTF gitu. Tiap peserta bayar 100 ribu." Hyunsuk memberitahu.
"Pendaftaran terakhir kapan tuh? Gue adanya goban. Le, donasiin duit lo dong. Tambahin goban doang," sahut Beomgyu seraya memasang wajah melas pada Chenle.
"Iya, ntar gue kasih. Kalo bermanfaat kayak gini, gue mau ngasih duit. Kalo gak berfaedah mah ogah, buat apa? Ibarat investasi, kalau buat sesuatu yang gak berprofit mah mending gak usah."
"PANUTAN!"
Jaehyuk bangkit dari kursinya. "Jagain tempat gua. Mau nganterin pesenannya Winter dulu. Ntar gua balik ke sini." Pemuda itu langsung berlari cepat meninggalkan teman-temannya yang sudah sibuk menyoraki.
"Wahai Saudara Yoon Hyunsuk, bagaimana pendapat anda tentang perubahan sepupu anda yang menjadi bucin? Jujur aja gue masih gak terbiasa liat Jaehyuk jadi bucin gitu," ujar Beomgyu.
Hyunsuk menggelengkan kepala, seraya menggoyangkan jari telunjuknya. "Hmm, asal kalian tau aja. Bisa dibilang Jaehyuk ini orang paling romantis kedua di kelas kita. Di bawah gua dong pastinya, gua, kan, cowok teromantis sedunia."
Asahi menyahut, "Sumpah ini kalo bukan lagi di kantin, gue mau muntah."
"Si Asahi sampe ngomong banyak kata. Itu artinya halu lo udah keterlaluan, Nyuk."
"Kasian banget dah lo, masih muda udah kena aja kejiwaannya. Penyakit halusinasi yang serem, tuh, apa namanya, Gyu?" tanya Chenle pada Beomgyu di samping kanannya.
"Skizo? Heh, amit-amit. Gitu gitu temen gue itu, Le. Temen lo juga," balas Beomgyu seraya mengetuk kepalanya tiga kali kemudian mengetuk meja tiga kali juga.
"Demi dewa." Chenle ikut melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Beomgyu.
"Daripada pusing liat lu berdua, mending gua merhatiin pertumbuhan tunas pasangan baru di kelas kita aja," ujar Hyunsuk yang berdiri dan hendak pergi ke lapangan menyusul Jaehyuk.
"Heh, mau kemana lo?"
"Hyunsuk anjir lo belum bayar!"
"Kurang ajar!"
Anak-anak ikut kabur menyusul Hyunsuk, menyisakan Chenle dan Beomgyu yang harus rela merogoh kocek untuk membayar pesanan mereka. Sebenarnya yang membayar hanya Chenle, Beomgyu cuma numpang supaya terlihat kaya aja. Setelah itu keduanya juga ikut menghampiri Hyunsuk dan anak-anak yang lain.
Tepat saat itu, ada istirahat jeda sejenak. Para penonton pun sibuk dengan urusannya masing-masing. Somi yang awalnya asyik bermain ponsel sendirian, tiba-tiba tertawa dan menunjukkan layar ponselnya pada teman-teman sekelasnya.
"Guys, liat deh. Sekolah sebelah lombanya disuruh bikin TokTok dong. Per kelas disuruh bikin video TokTok yang temanya kemerdekaan gitu. Punya temen SMP gue kocak banget asli."
"Boleh juga nih, usulin ke anak OSIS biar ntar hari guru diadain lomba bikin TokTok juga," sahut Denise.
"Iye, ntar kita joget terus musiknya hymne guru dibikin remix koplo. Yang ada dihujat lu semua, slur."
"Itu mah otak lo aja yang gak segede kepala lo. Kan bisa bikin video tribute lain, gak harus joget pakai lagu remix koplo kayak para jamet dan cabe," kata Ryujin.
"Buset, nusuk. Jin, lu abis pake kacamata nerawang apa gimana? Kok tau kalo otaknya si Kunyuk cuma 1/99 dari isi kepalanya?" balas Jaehyuk.
"Keliatan dari tingkahnya, sih. Pemikirannya juga gak kayak orang yang otaknya gede."
"Ah, gua yang kena mulu. Kaga seru lu semua. Sekali-kali nistain yang lain kek, gua mulu yang kena," kata Hyunsuk mengadu.
Chenle kemudian membalas, "Kalau gak mau kena lagi, bayar dulu tagihan lo di kantin barusan."
"Le, ya ampun. Gua sayang banget sama lu. Lu itu temen gua yang paling baik sejagat raya. Eh, tadi lu ngomong apa? Sorry, tadi agak bising jadi gua kaga denger."
"Alesan aja lu, Kamil."
"Bapak gua namanya Kamal! Astaga, kenapa pada salah mulu dah? Kemarin si Winter, sekarang Chenle. Perasaan namanya kaga susah-susah amat dah."
°°°
dapet salam dari abang jae
kuy follow followan di ig. punyaku milky_flo
kalo akun fangirl atau akun manip auto follback, tp kalo akun personal mon maap aku selektif. pernah ada kasus sama akun personal soalnya ehe.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro