Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

↬ hazel eyes

Pertemuan pertama ketiga manusia itu terjadi beberapa hari sebelumnya. Pada salah satu stasiun kereta yang kebetulan sedang tak terlalu ramai, si kembar tengah menjemput kedua orang tua yang baru saja selesai berlibur dan membawa banyak barang.

Osamu dan Atsumu sama-sama diam, jam menunjukan pukul tiga petang. Atsumu mengantuk, Osamu tak jauh berbeda. Kebetulan liburan musim panas sebentar lagi akan usai, sekolah serta segala kegiatan sosial lain akan segera dimulai.

[name], seorang gadis bersurai hitam dengan netra coklat, berdiri sendirian seraya melihat-lihat hasil jepretan sepanjang hari pada kamera yang ia bawa.

Tetiba gadis itu mengerjap, sorot pandangnya menemukan refleksi figur seorang remaja seusia saat layar kamera baru saja dimatikan.

"Hm?"

"Eh."

Atsumu menarik nafas tajam, tak menyangka dirinya akan ketahuan.

[name] menatap lama, tersenyum mendapati laki-laki di hadapannya tampak pucat tetiba. "Kenapa Mas? Sakit?"

Cowok itu buru-buru memalingkan kepala, diam beberapa saat baru berbalik menatap [name] tepat pada mata. Mulut yang biasanya cerewet bukan main kini malah kikuk dan hanya mampu bercicit singkat, "Eng-enggak."

"Mbak," Osamu menepuk bahu [name], "Saudara saya bisu."

"Oh?" [name] menatap kaget, "Ah, maaf. Saya nggak tahu."

"Apa sih Sam?!" Atsumu menyembur saudara kembarnya dengan sumpah serapah yang tak disuarakan, netra cerah kemudian kembali berbalik pada gadis yang mendadak membuatnya gelisah.

"Aku normal!"

Tawa ringan keluar dari mulut si gadis, diikuti anggukan-anggukan yang mengisyaratkan bahwa dirinya mengerti dengan apa yang Atsumu coba ungkapkan.

"Tsumu, wajahmu merah." Osamu menatap datar. Hatinya menertawakan keras-keras, Atsumu yang biasanya bertingkah bodoh sekarang malah kelihatan lebih bodoh.

"S-serius?"

"Hmm." Osamu bergumam seraya memperhatikan tindak-tanduk Kakak kembar. Memiliki ide untuk iseng dengan Atsumu sebentar.

"Mbak? Nunggu kereta kemana?"

[name] memasukan kamera yang sejak tadi ia pegang ke dalam tas, "Nunggu orang, Mas." Katanya seraya tersenyum.

Atsumu memicing, merutuki cowok dingin yang dilahirkan bersamaan dengannya karena secara terang-terangan basa basi dengan niat mendekati.

"Wah, siapa-"

"Pacar?"

Satu injakan berhasil mendarat di kaki Osamu, cowok itu tak bereaksi. Bergeming menghadap [name] seakan makhluk bernama Atsumu tak sungguhan ada.

"Bukaan, Abang." Suara serak [name] beresonasi dengan sempurna di udara, atau begitulah yang Atsumu pikirkan. Setter Inarizaki itu bahkan tak mampu memalingkan mata, mulutnya terkunci rapat seakan tak kuat menahan pesona.

"Dek?"

Suara makhluk lain menghampiri telinga ketiga manusia yang tengah bertegur sapa, [name] berbalik. Mendapati Kakaknya baru saja turun dari kereta dan berjalan mendekatinya.

"Tetsu!"

[name] dan Tetsurou berpelukan, tampak senyum bahagia yang dipasang pada muka. Atsumu memicing, mendapati cowok tinggi itu tampak tak asing.

"Loh?"

Tetsurou berbalik, mendapati Osamu yang menatapnya kaget. "Hng?"

"Nekoma?"

Tetsurou mengangguk dengan cengiran ayam. "Wah, sekolahku terkenal sampai ke Hyogo ternyata."

"Itu karena kau mengenakan jaket tim, bodoh." [name] menatap kesal. "Jaket yang kuberikan mana? Gak dipakai? Kenapa? Gak suka?"

"Cereweeeet!" Tetsurou menarik pipi adik perempuannya agak keras, [name] meringis sementara dua orang yang berdiri dihadapan mereka menatap miris.

"Tetsu kenal mereka?"

"Nggak." Cowok itu menyandarkan diri pada bahu adik perempuannya, "Pulang yuk, capek. Ngantuk."

[name] mendengus, menampar kakaknya sedikit kencang supaya setidaknya Tetsurou tidak tertidur dijalan. Ia menunjukan mobil yang ia bawa terparkir di daerah mana, kemudian membantu sang kakak membawa barang bawaan.

Ceritanya sih, Tetsurou mau menginap selama seminggu. Ia diikutsertakan camp pelatihan nasional jepang, tapi bukan sebagai peserta. Melainkan pengamat sekaligus senior adviser. Terdengar keren bukan?

Saat keempat pasang mata itu berpisah pandang, Atsumu sedikit bisa menghela nafas karena objek yang menjadi sumber distraksi kini tak ada lagi. Cowok itu beradu tatap dengan Osamu, adik kembar yang sempat mengatainya bisu.

Belum lama setelahnya, tetiba [name] berbalik. Menarik ujung jaket yang dikenakan Atsumu sebelum cowok itu naik. "Eh Kak!"

"Kenapa?"

Atsumu berusaha menetralkan air muka saat tatapannya bertabrakan dengan iris coklat yang melemparkan sorot hangat. Kali ini, bukan hanya laki-laki itu yang menjadi korban ketidak sinkronan kepala dan rasa. [name] itu ikut terdiam, tenggelam dalam paras tampan laki-laki di hadapan.

Pipi [name] memerah, baru sadar telapak kecilnya masih mencengkram pergelangan Atsumu pelan. Bagaikan kiriman sengatan listrik, Atsumu sampai beberapa detik tak mampu bernafas dengan benar.

"K-kakak sekolah di Inarizaki?"

Atsumu berkedip beberapa kali, berdeham sebelum akhirnya memberikan jawaban. "Iya, kenapa emangnya?"

"Itu..." Netra coklatnya mengerling kesana kemari, membawa perasaan gemas pada Atsumu yang memerhatikan sedari tadi.

"Aku akan mulai bersekolah disana... setelah libur musim panas ini."

"Hm, lalu?"

"Lalu... ah, enggak. Lupakan. Maaf mengganggu." [name] berbalik seraya buru-buru meninggalkan Atsumu.

"Bego!" Beberapa detik setelahnya, Atsumu mengatai diri sendiri. Ditambah pertanyaan-pertanyaan menggoda dari kedua orang tua akibat Osamu yang mengatakan hal tidak-tidak.

Ya, selama beberapa saat obrolan singkat Atsumu dan [name] tadi, Nyonya dan Tuan Miya memperhatikan dari tempat turunnya penumpang. Kereta mereka sudah jauh pergi menuju stasiun selanjutnya, namun momen langka sang anak sulung yang kikuk saat berhadapan dengan seorang perempuan terlalu sayang jika ditinggalkan.

Malam harinya telinga Osamu terbakar karena harus mendengarkan ocehan tak penting tentang bagaimana Atsumu seharusnya bertindak tadi sore. Sungguhan tak berhenti dibicarakan meskipun baru bertemu sekali itupun tak banyak berinteraksi.

"Sam, matanya. Bahaya banget." Cowok itu mengusap wajah kasar. "Sampai bengong aku cuma ngeliatin matanya doang."

Osamu menggeram rendah, "Alay."

"Awas kalau naksir ya?" Atsumu mulai menduga yang tidak-tidak. Telunjuk jenjangnya mengarah tepat pada wajah adik kembarnya.

"Gak boleh deketin pokoknya. Gak. [name] punya Tsumu."

"Idih." Osamu mendelik, "Kamu pikir cewek secakep itu... gak punya pacar?"


i get so lost inside your eyes.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro