Rusuh 9 [Roppongi Arc]
2005, Desember
(Name) membuka matanya perlahan keesokan harinya. Gadis itu merasakan kasur yang empuk dan seseorang sedang memeluknya....
Tunggu, dipeluk?
"!?"
(Name) terkejut saat wajahnya dekat dengan wajah Rindou. Rindou juga tidak sadar kalau dia memeluk tubuh (Name) layaknya guling. Ini... Cuma kebetulan kan? Pikir (Name).
Gadis itu teringat, dia kan masih di Roppongi. Dia sudah berapa jam berlama-lama di apartemen Haitani bersaudara? Kakaknya pasti mencarinya!
"U-um...."
(Name) masih sangat canggung karena situasinya menjadi aneh. Dia mencoba untuk menepuk pipi Rindou, tetapi pria itu tidak kunjung bangun.
(Name) sekali lagi mencoba menepuk pipinya, Rindou kali ini berhasil terbangun tapi dengan kondisi setengah sadar.
"Apa sih...."
Rindou masih tidak sadar kalau ia memeluk (Name). Begitu ia mulai penuh kesadaran, pemandangan pertama yang Rindou suguhi adalah wajah (Name) yang memerah.
Sontak, Rindou auto refleks melepaskan pelukannya. Pemuda itu nyaris keluar dari karakter, terlihat dari wajahnya yang memerah dan hampir saja salah tingkah. Rindou segera berdeham, memasang wajah stoiknya kembali, meski masih ada sisa blush di pipinya.
"O-ohayou...."
(Name) dengan agak canggung mengucapkan salam selamat pagi kepada Rindou, mencoba mencairkan suasana supaya mereka tidak terus-terusan diam. Rindou yang mendengar sapaan dari (Name) memakai kacamatanya kembali dan memosisikannya dengan rapi, kemudian ia pun membalas dengan agak canggung juga.
"... Ohayou."
Rindou tidak pernah dekat sama perempuan mana pun, apalagi anak kecil. Tapi kenapa kehadiran (Name) disini membuat suasana apartemen dia dan Ran berbeda? Atau selama ini mereka hanya merasa bosan hidup di dalam dunia gangster?
"Rindou,~ ayo bangun sudah pagiー"
Ran yang juga sudah bangun memasuki kamar Rindou, tetapi ia justru melihat pemandangan tidak biasa antara adiknya sama (Name).
Oya, ada apa ini?
Ran langsung sadar dengan situasinya, membuatnya gatal pingin menggoda adiknya itu. Tapi apa daya, nanti adiknya malah marah-marah ke dia.
"Hei, sarapannya sudah siap. Kalian mau makan atau tidak?"
Rindou yang masih agak canggung memasang kembali wajah stoiknya. Pria berambut blonde biru muda itu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan agak terburu-buru menuju dapur. Ran memandangi punggung adiknya sejenak, sebelum ia beralih ke (Name) dan menghampirinya.
"Iku yo."
Ran raih tangannya kepada (Name), mencoba untuk tetap ramah kepada gadis itu. (Name) memandang Ran sejenak sebelum memandang tangannya, dengan polos gadis itu pegang tangan Ran dan ia bisa merasakan betapa hangatnya tangan Ran saat ini.
Di sisi lain, Ran berusaha mati-matian tidak meledak karena tangannya sekali lagi disentuh lembut oleh (Name), gadis 12 tahun yang berhasil membuatnya jadi pedofil. Astaga, sudah sampai mana Ran gak waras kayak gini? Kasian targetnya tidak mengetahui ke-pedofil-an Ran.
Tangan (Name)-chan lembut dan kasar... Jadi pingin cium tangannya.
Ran dalam kondisi yang SANGAT sadar, mengelus lembut tangan (Name). Gadis itu kebingungan, ngapain Ran mengelus tangannya? Apakah tangannya ada yang salah?
"Kak, lu mau sarapan atau mau mesraan sih?"
Untung saja, Rindou muncul karena ia khawatir jikalau kakaknya itu akan bertindak aneh lagi kepada (Name)... Apalagi pas insiden kakaknya hampir saja mencium bibirnya. Mau ngatain gak boleh percuma, toh Ran kalau udah terobsesi susah diladeni.
"Eh, Rindou. Hehe, maaf, Kakak kira kau udah makan." Ran dengan senyuman tanpa dosanya menoleh ke arah Rindou.
"Emang dari tadi mau makan, tapi Kakak malah lama-lama di kamar gue! Udah cepetan sarapan! Lu mau sarapan lu gue habisin?!"
Gertakan Rindou berhasil membuat Ran mengalah, yah mau gimana lagi karena ada (Name) jadi mereka harus nahan untuk tidak saling betumbuk dulu.
(Name) yang sedari tadi menyimak percakapan mereka hanya bisa terdiam, tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Tetapi yang pasti, gadis kecil itu ingin pergi secepatnya karena ia memikirkan kakaknya.
~~~
Di sisi lain, Pah-Chin membalas pesan dari sang ayah perihal tidak pulang dari kemarin. Pah-Chin menceritakan soal hilangnya (Name) sekali lagi, kali ini di Roppongi. Untungnya, sang ayah masih punya kesabaran, ia pun dengan tabah memberikan nasehat kepada Pah-Chin untuk tidak membiarkan adiknya berkeliaran sembarangan. Ia takut jika insiden penculikan grup pedofilia muncul lagi.
Pah-Chin juga tak bisa berbuat apa-apa untuk sekarang, adiknya itu belum bisa memegang hape lipat, jadi dimana keberadaan adiknya sekarang sulit untuk ditemukan. Pah-Chin hanya bisa berharap adiknya baik-baik saja....
"Hei, lu barusan dipesan sama Ayah lu?"
Pah-Chin menoleh ketika Draken datang menghampirinya. Ya, Pah-Chin satu kamar sama Draken, jadi Mikey sekamar sama Mitsuya. Hmm... Sangat langka bukan?
"Iya, dia khawatir dari kemarin gak pulang-pulang. Gue cerita lagi nyari (Name) yang hilang di Roppongi, untung dia sabar. Ibu gue aja kalah, yang ada gue berakhir diomelin panjang lebar." Ujar Pah-Chin.
"Haha, itu wajar bro. Gue aja yang ada malah diomelin Kakak-Kakak yang ada di brotel, tapi ya gue tau mereka omelin gue karena sayang. Gue dari dulu gak ada orang tua, makanya gue harus belajar bersikap dewasa."
Pah-Chin tertegun mendengar omongan dari Draken. Memang, dari sekian anggota Toman, Draken adalah sosok yang bisa diandalkan. Dari kecil, Draken ditinggalkan kedua orang tuanya dan ia pun dibesarkan di brotel tempat dimana para figur kakak-kakak cewek sering main goyang kasur makanya Draken cepat besarnya.
"Gue curiganya gini, gimana kalo seandainya (Name) itu dibawa sama Haitani bersaudara?" Simpul Draken.
"H-hah?! Oi, kesimpulan macam itu? Mustahil banget kalo mereka yang bawa (Name)! Lagian lu tau sendiri mereka itu influencer yang sangat disegani!"
Pah-Chin tentu saja tidak memercayai ucapan Draken. Baginya, Haitani bersaudara itu kejam di mata para berandalan yang sudah tahu betapa besarnya pengaruh kedua saudara tersebut. Menunjukkan belas kasihan pun tidak pernah mereka lakukan, mana mungkin mereka akan peduli sama hal begini. Bagi Pah-Chin, adiknya tidak mungkin dibawa sama mereka.
"Ya gue tau lu gak percaya. Tapi kita asumsikan aja kalo (Name) dibawa sama mereka, meski gue tau ini sangat mustahil."
Pah-Chin tidak habis pikir, masa iya adiknya dibawa sama Haitani bersaudara? Emang sejak kapan Haitani bersaudara menunjukkan rasa simpati sama anak kecil polos macam (Name)?
Kalau sampai hal itu terjadi....
'Ya Kamisama, tolong jangan biarkan mereka menyakiti Adikku.'
Pah-Chin seketika berdoa dalam hati dan wajahnya pun menjadi pucat.
"Bro, lu kenapa?" Draken pun auto cengo sama Pah-Chin.
~~~
Kita beralih lagi kepada Haitani bersaudara bersama (Name).
Selepas makan, Haitani bersaudara niatnya pingin nyari korban di pagi hari yang dingin kala itu. Namun entah mengapa, karena ada (Name) mereka pun mengurungkan niat.
Ya kali gak lucu kalo ada anak kecil liat kebrutalan Haitani bersaudara, entar trauma yang ada. Dalam kasus ini, (Name) sendiri masih tidak sadar tentang jati aslinya Ran sama Rindou.
Hatchim!
(Name) bersin, cuaca dingin di Roppongi begitu menusuk kulitnya. Entah karena jaketnya yang kurang tebal atau dia kurang vitamin C, (Name) merasakan tubuhnya menggigil.
"Hei, dia kedinginan, Kak. Apa gak belikan sesuatu biar dia gak terus-terusan menggigil?"
Rindou yang diam-diam memerhatikan (Name) tentu merasa khawatir, tetapi ia mempertahankan wajah stoik dia.
Ran menoleh ke (Name), terpikir suatu ide untuk menyenangkan hati gadis kecil tersebut sambil tersenyum penuh arti.
"Aku tau apa yang harus aku belikan."
Sontak, Ran menarik tangan (Name), membuat gadis itu kaget tidak main. Siapa yang tidak kaget jika tangannya tiba-tiba ditarik seperti itu? Rindou merasa frustasi sama kelakuan si kakak, gitu amat dah sama anak kecil.
Ran mengajak (Name) menuju sebuah toko baju. Disana ia memilih jaket dengan harga fantastis berkisar ¥13,000 (Atau jika dihitung Rupiah menjadi 1 juta 429 ribu). Hmm... Harga segitu cukup untuk membeli kaleng makanan cepat saji untuk sebulan.
"Aku rasa jaket ini akan cocok untuk dia." Ucap Ran.
"Oi oi oi, maji ka, aniki? Kau memilih jaket mahal untuk seorang gadis kecil? Dan lihat desain ini! Terlalu mewah jika dipakai sama dia!" Rindou jelas merasa aneh sebab kakaknya itu memilih jaket yang terbilang memiliki kualitas tinggi.
"Hehe,~ gak masalah kan, Rindou? Toh ya aku membelikan (Name)-chan dengan sukarela.~" Ran hanya membalas ucapan Rindou dengan senyumannya yang penuh arti.
Oke, mendadak Rindou merinding sendiri. Sejak kapan Ran se-peduli ini sama (Name)? Jangan bilang kakaknya itu makin terobsesi sama gadis itu?
Jika begini terus, lama-lama Rindou harus mengontrol kelakuan kakaknya.
(Name) sendiri tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tetapi gadis itu melihat Ran memilih jaket untuknya. Jujur, (Name) enggan mau menerima hadiah dari pria yang baru ia kenal kemarin, katanya sih mencurigakan.
Buru-buru, (Name) pun mengetik di alat penerjemahnya dan menunjukkannya kepada Ran.
あの。。。私は迷惑をかけたくないよ
Ano... Watashi wa meiwaku wo kaketakunai yo
Anu... Aku tidak mau merepotkan kamu
Ran yang melihat terjemahan itu hanya bisa tersenyum aneh, membuat (Name) bergidik ngeri kenapa Ran tersenyum aneh kayak gitu. Rindou hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan kakaknya yang semakin lama semakin meresahkan.
Pada akhirnya, mereka pun membelikan jaket itu kepada (Name). Gadis kecil itu memakainya dan ternyata ukurannya pas apalagi hangat. Melihat (Name) yang sangat manis dan cantik memakai jaket itu, Ran gatal pingin memeluknya namun Rindou menahan kakaknya itu agar tidak menimbulkan rasa trauma bagi (Name).
"Rin... Dou... Ran...."
Ran dan Rindou sadar (Name) memanggil mereka dengan suaranya yang kecil dan lumayan melengking. Gadis itu tersenyum manis kepada mereka.
"Arigatou!"
Ran dan Rindou tertegun mendengar ucapan terima kasih (Name). Wajah Ran terlihat datar tetapi Rindou diam-diam ngeblush melihat tingkah manis (Name).
"Rindou."
Ran memanggil adiknya tersebut.
"Ya, Kak?"
"Nikahin anak kecil itu legal ya?"
Selanjutnya, Rindou mencubit keras perut Ran sebab ia tahu ke arah mana percakapan Ran yang dimaksud.
~~~
Madarame Shion alias Mad Dog jengkel tidak karuan. Hei, bagaimana tidak? Ia tadi berantem sama Mikey gara-gara Mikey ambil permen miliknya. Akibatnya, Shion dan Mikey pun terlibat pertarungan gentleman (Baca: Bar-bar) namun Shion kalah berkat tendangan maut Mikey.
Gara-gara hal tersebut, Shion pun menjadi sangat badmood dan ia pun memutuskan untuk tidak mau ikut mencari gadis kecil yang dicari Pah-Chin, ketua divisi ketiga Tokyo Manji. Disinilah Shion, di tengah keramaian Roppongi menjelang siang hari dimana banyak orang dengan harta kekayaan yang melimpah membeli barang-barang mewah yang mereka inginkan.
Cih, memuakkan! Kenapa pula gue harus berada di Roppongi?!
Shion betul-betul ingin pergi dari Roppongi secepatnya, ia sangat tidak suka dengan keberadaan orang-orang kaya arogan yang hanya memamerkan harta mereka. Walaupun Shion memiliki banyak harta dari hasil kriminal dia, tetapi Shion lebih memilih menyimpannya.
Saking kesalnya Shion, ia pun tidak sengaja menabrak seseorang yang ia tidak tahu kalau orang itu....
"HEI, LU KALO JALAN LIAT-LIAT DONGー"
... Haitani Ran yang menatap Shion penuh datar.
Skakmat.
Shion lagi-lagi kena apes, tapi ini udah di level yang berbahaya. Si Ran kan termasuk atasannya, jadi mana mungkin Shion berani berhadapan sama Ran.
"Oh, si Shion rupanya. Sudah ketemu anak perempuan yang kau cari?"
Ran tersenyum. Iya, dia tersenyum. Senyuman manis yang sangat ramah. Shion seketika menerima sinyal berbahaya di dalam dirinya, tetapi tubuhnya sangat kaku karena ia tadi melakukan kesalahan besar meneriaki Ran.
"E-emmm... Belum sih. Dari kemarin sudah dicari belum... Ketemu juga. A-aku penasaran kemana ya tuh anak...."
Shion terbata-bata, Ran semakin memperlebar senyumannya. Wajahnya agak mendekat ke wajah Shion, tatapannya seketika menjadi dingin.
"Berarti... Karena mumpung belum ketemu, gimana kalo ikut aku sejenak?"
Shion langsung merinding hebat. Ia komat-kamit dalam hati tidak siap mau dihukum sama Ran, apalagi sama adiknya yang sama-sama brutal.
Untungnya, suasana kembali normal tatkala Rindou dan (Name) muncul di situasi Shion yang sudah mulai menegang.
"Heeeei, Kakak! Gue cari kemana-mana lu! Jangan ngilang kek lu susah dicari soalnya!"
Rindou ngomel ke Ran, masih belum sadar situasi. (Name) di belakang asyik makan Takoyaki yang hangat di tengah cuaca yang dingin.
Shion lega, SANGAT lega. Situasi yang tadinya tegang, kini kembali normal. Tapi tetap saja, Shion harus waspada tingkat tinggi jikalau Ran akan kembali bersikap dingin.
Mata Shion beralih ke arah (Name) yang kelihatan tidak asing bagi pemuda itu. Shion bengong, ia langsung mengambil hape dan mencocokkan foto dengan sosok (Name). Saat itu juga....
"AAAAHHH!"
Shion berteriak, mengagetkan Ran, Rindou, dan (Name) yang heran mengapa Shion tiba-tiba berteriak. Apalagi, seluruh pasang mata tertuju pada Shion, menimbulkan rasa malu bagi pemuda tersebut. Shion buru-buru menunjuk ke arah (Name).
"Iniー ini gadis yang gue cari dari kemarin! Jadiー jadi selama iniー!"
Shion loading, otaknya langsung ngelag. Ia langsung melirik ke arah Ran dan Rindou yang hanya memasang wajah datar mereka kepada Shion. Untung Shion memahaminya, jadi ia bertanya kepada mereka.
"Gimana ceritanya kalian bisa menemukan gadis itu?!" Seru Shion.
"Eh? Yah... Kebetulan saja?" Jawab Ran entah itu pertanyaan atau jawaban.
"Kemarin nemu mau dibawa sama preman Roppongi, terus dia bilang kalo dia tersesat. Makanya kita bawa daripada dia diculik." Jawab Rindou enteng.
Lah terus kenapa Ran-san gak bilang dari kemarin kalo dia sama anak iniiiiii?!
Ingin rasanya Shion mengumpat Ran, tapi apa daya dia nyalinya ciut. Ran kemudian bertanya kepada Shion, (Name) memandang mereka dengan tatapan bingung apa yang sedang mereka bicarakan.
"Jadi, gadis ini yang kau maksud? Aku jadi penasaran dia ini anak siapa ya kira-kira.~"
"I-itu... Sebenarnya...."
Shion berbisik kepada Ran perihal jati diri (Name) yang merupakan adiknya Pah-Chin. Tentu saja, percakapan mereka tidak didengar oleh (Name) dan Rindou merasa penasaran.
"Hoo...."
Ran melirik ke arah (Name). Tatapan Ran seolah tidak terima kalau ternyata (Name) adalah adik dari ketua divisi ketiga Tokyo Manji, Hayashida Haruki. Tokyo Manji kan musuhnya Tenjiku, jadi Ran memang tidak suka sama Tokyo Manji dari dulu.
Tapi... (Name) secara otomatis kan terhubung sama Tokyo Manji, berarti Ran secara tidak langsung beraliansi sama mereka. Berterima kasihlah karena sikap polos (Name) yang secara tidak ia sadari membuat orang disekitarnya menjadi luluh.
"Hei, Shion...."
"Ya, Ran-san?"
Shion terkejut saat Ran tiba-tiba menarik kerahnya sambil tersenyum manis, lagi. Ia berbisik kepada Shion dengan nada yang dingin.
"Jangan beritahu orang-orang Toman kalo (Name)-chan ada di pengawasanku dan Rindou kemarin. Kalo kamu beritahu, kau tahu apa yang akan aku lakukan kepadamu kan?" Ucapnya dengan tatapan yang saaaangat ramah.
Shion berkeringat dingin, ia mengangguk dengan cepat menandakan ia paham maksud dari Ran. Ran pun melepaskan kerah Shion, lalu ia berbicara kepada Rindou. Rindou tentu saja kaget tidak main, ia tidak menyangka bahwa (Name) selama ini ada hubungan sama Tokyo Manji. Akan tetapi, (Name) sendiri tidak tahu soal Tenjiku. Gadis itu memang belum diberitahu soal grup Tenjiku dan permusuhan mereka sama Tokyo Manji.
Meski begitu, Ran dan Rindou berpikir (Name) masih anak kecil. Ia juga belum tahu menahu soal masalah internal grup kakaknya. Maka dari itu, mereka pun memutuskan untuk menyembunyikan fakta ini dari (Name).
"(Name)-chan.~"
Ran pun lalu menghampiri (Name) yang sudah menghabiskan Takoyaki miliknya. Pria itu jongkok dan mengelus rambut (Name) sambil tersenyum. Gadis itu hanya memasang wajah polos, tetapi ia nyaman dengan elusan rambut dari Ran.
Ran kemudian meminjam alat penerjemah milik (Name), mengetik sesuatu disana dan dibaca oleh gadis tersebut.
すまんな、ここから別れるよ
Suman na, koko kara wakareru yo
Maaf ya, kita berpisah disini
Melihat ketikan itu, (Name) kaget. Gadis itu balik membalas ketikan dari Ran dengan wajah sedih.
どこへ行くの?
Doko e iku no?
Kamu mau kemana?
Ran tersenyum lembut kepada (Name), senyuman yang sangat langka untuk ditunjukkan kepada semua orang. Dalam kasus ini, Ran sudah menganggap (Name) orang spesial.
大丈夫、いつかの時にまた会えるよ
Daijoubu, itsuka no toki ni mata aeru yo
Tidak apa-apa, suatu hari nanti kita akan bertemu
Itulah balasan ketikan dari Ran kepada (Name), membuat gadis itu merasa agak baikan. (Name) lalu dengan malu-malu menyampaikan salam perpisahannya kepada Ran, serta Rindou.
"M-mata... Aimashou... Rindou... Ran...."
Ran tak kuasa melihat kegemasan (Name), hingga sebagai gantinya ia pun mencium kening (Name) sebagai tanda bahwa ia menandai (Name) sebagai 'pasangan' dia.
Yah... Walaupun (Name) tidak paham karena dia masih kecil, dia pikir ini adalah kecupan perpisahan aja gitu.
(Dan tentu saja, Rindou di belakang gatal pingin memukul kakaknya.)
"Jaa ne, (Name)-chan.~"
Ran melambaikan tangan kepada (Name). Gadis itu juga melambai balik dan Shion pun segera membawa (Name) untuk bertemu kembali dengan teman-teman serta kakaknya.
Rindou dan Ran hanya memandang kepergian (Name), terlihat pandangan mata mereka menunjukkan rasa kesepian walaupun mereka bersaudara.
"Haa,~ sayang sekali ya. Ternyata dia saudara salah satu anggota Tokyo Manji." Ucap Ran bete.
"Lantas, kenapa Kakak tidak menaruh rasa tidak suka ke dia?" Tanya Rindou.
"Hmm? Oh itu karena kan dia bikin suasana apartemen kita menjadi berwarna. Kau sendiri, aku kira kau tidak kelihatan bahagia saat bersama (Name)-chan seharian ini.~" Ran menggoda adiknya karena ia tahu, Rindou seharian bersama (Name) terlihat sedikit berwarna.
"A-apa sih, Kak?! Jangan ngomong yang mengada-ada, deh! Gue mana mungkin suka tuh sama anak kecil!"
Rindou yang denial sebal sama ucapan Ran. Ran ingin menggoda lebih lanjut, tetapi tiba-tiba saja ia mendapat panggilan dari seseorang....
"Halo?"
... Terdengar suara seorang lelaki dengan nada perintah.
"Kau dan Adikmu ke markas Tenjiku sekarang, kita ada rapat hari ini."
Ran terdiam mendengar perintah, tetapi ia dengan patuh menyanggupinya.
"Baik, aku dan Rindou akan segera kesana."
Selesai menelpon, Ran pun menoleh kepada Rindou dan menyahut.
"Hei, kita ada perintah dari atasan. Segera ke markas sekarang." Ucap Ran.
"Wakatteru yo, Aniki."
Mereka pun akhirnya berjalan kembali, diantara kerumunan pejalan kaki di Roppongi.
~~~
Sementara itu, di markas Tenjiku yang berlokasi di Yokohama, terlihat seorang pemuda berkulit coklat dan rambut silver serta memakai anting hanafuda melemparkan pisau ke arah potret Mikey yang ditempelkan di dinding.
"Mikey...."
Tatapan pemuda itu terlihat sangat menaruh dendam.
"Gue akan mengakhiri hidup lu... Dan menghancurkan Tokyo Manji."
Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang membuat pemimpin Tenjiku berambisi menghancurkan Tokyo Manji?
つづく....
Yeeeeeey, arc Roppongi udah selesaaaai! Selanjutnya, kita akan berfokus pada arc Tenjiku yang melakukan rencana untuk menghancurkan Tokyo Manji... Serta keterlibatan (Name) yang tidak terduga!
Hayoooo, pada nunggu ya Izana debut? :D
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro