Rusuh 7 [Roppongi Arc]
Note: Jika kalian anti sama pedofilia, harap skip aja chapter ini, sebab bisa menyebabkan diabetes. :D /apahubungannya
2005, Desember
Apakah kalian tahu Haitani bersaudara? Mereka disebut-sebut sebagai premannya Roppongi. Penuh kharisma, style, dan punya banyak koneksi menjadikan Haitani bersaudara sangat ditakuti di Roppongi.
Mari kita berkenalan dahulu dengan Haitani Ran, si rambut kepang yang sifatnya flamboyan, penuh keusilan, tapi dia sangat... Mengerikan juga. Ran memegang penuh kendali otoritas di Roppongi, dia sangat cerdik sampai bikin lawannya trauma. Ran apatis sama orang-orang disekitarnya, ia selalu membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan tidak mau diputuskan oleh orang lain, kecuali adiknya.
Ran adalah tipikal yang independen, ia tidak tertarik untuk bekerja sama dengan orang lain kecuali jika orang itu punya daya tarik tersendiri. Ran terkadang juga bertingkah laku aneh, membuatnya seolah menjadi sosok yang bisa diinstruksikan.
Jika Ran penuh usil, maka kebalikannya dengan Haitani Rindou. Rindou adalah sosok yang stoik dan kalem, tetapi dibalik wajahnya yang stoik tersimpan sifat yang sadistik.
Rindou itu arogan, ia tidak terpengaruh diomongin orang lain dirinya lemah. Dia sangat bangga akan dirinya dan kakaknya karena mereka adalah penguasa Roppongi. Jangankan itu, dia juga merasakan kepuasan tersendiri ketika dia menyiksa orang lain.
Rindou memegang kekuasaan otoritas juga di Roppongi, malahan lebih banyak dia yang melakukan kejadian gangster. Semua yang berhubungan dengan tawuran gangster, dia yang memimpin ketimbang kakaknya. Itulah mengapa hanya Rindou yang paling dikenal ketimbang Ran, meskipun mereka berdua sama-sama terkenal di Roppongi.
Namun, apa jadinya jika Haitani bersaudara jauh dari kata kejam?
Semua itu bermula ketika Haitani bersaudara berjalan kaki dengan santai dan banyak pasang mata menghormati mereka. Rindou dan Ran merasa sudah seperti boss, dimana-mana selalu dihormati. Tentunya mereka puas dengan semua itu.
Sayangnya, saat Haitani bersaudara berjalan, mereka melihat sekelompok berandalan sedang mengerumuni seorang gadis yang ketakutan. Gadis itu bergetar saat ia ditatap mesum oleh salah satu berandalan tersebut.
"Nona manis, yuk main sama kita.~ Kita gak bakal main kasar kok.~"
"Kau ngapain di tempat ini sendirian? Gak baik lho nona secantik kamu jalan sendirian. Gimana kalau ditemenin?"
Gadis itu tidak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa memegang alat penerjemahnya seerat mungkin. Ia ingin kabur namun apa daya kakinya sudah gemetar hebat....
Para berandalan itu tetap mengganggunya, hingga Ran menepuk salah satu berandalan dan berandalan itu menoleh.
"Apa nepuk-nepuk hah?!"
"Kalian gak kasian apa tuh nona cantik bikin takut? Lepaskan aja lah.~" Ucap Ran sambil tersenyum aneh.
"Hah?! Lu ngajak berantem ya?!"
"O-oi... Jangan mau berantem sama dia...."
Salah satu berandalan yang sadar siapa Ran dan Rindou sebenarnya segera menghentikan temannya yang tidak tahu soal mereka. Bukannya malah takut, berandalan itu semakin menantang Ran.
"Apa? Dia cupu? Gak bisa berantem? Jiahhhh, cemen lu! Nih, terima pukulan gue!"
Ran yang dihina seperti itu memasang wajah datar dan tak menunjukkan reaksi apa-apa. Berandalan itu segera memukul Ran... Tetapi berhasil ditahan oleh Ran.
Senyuman penuh arti Ran merekah di wajah, seolah ia tahu dirinya akan jadi bahan hinaan.
"Ada kata-kata lain?"
Cengkeraman tangan Ran membuat tangan berandalan itu mulai kesakitan. Terdengar suara seperti patah tulang dari telapak tangan tangan tersebut, membuat berandalan itu berteriak kesakitan dan merintih di jalan.
Rindou membiarkan kakaknya berbuat seperti itu, ia tahu kakaknya kalau sudah murka akan menjadi sangat mengerikan. Para berandalan ketakutan melihat kejadian itu, mereka sadar kalau mereka berhadapan sama orang yang salah.
"Ada yang berani menantang aku lagi?"
Setelah Ran berbicara seperti itu, mereka lari tunggang langgang. Ran dan Rindou cuma bisa menertawakan betapa pengecutnya mereka.
"Hahahaha! Dasar pengecut! Bisanya omong doang, tapi nyalinya kecil." Ucap Ran.
"Mereka pantas dapat ganjarannya." Sahut Rindou.
Ran dan Rindou lalu menatap sang gadis yang menatap mereka penuh kagum. Bukannya malah dihibur, Ran malah memutuskan untuk meninggalkan gadis itu untuk dirinya sendiri.
"Rindou, yuk jalan."
Rindou yang dasarnya emang stoik mengiyakan saja. Mereka pun berniat meninggalkan si gadis, sebelum tiba-tiba....
Grep!
... Dia memegang baju Ran dengan wajah tegang.
Ran menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Rindou. Ran heran, kenapa gadis ini tiba-tiba bersikap tidak sopan kepadanya? Apa dia tidak takut bakal diancam oleh Ran?
"Hei, kau ini kenapa?"
Ran tidak sudi mau berurusan sama anak kecil. Baginya, mereka itu merepotkan, cengeng, dan lemah. Gadis itu tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Ran, jadi ia mengetik di alat penerjemahnya.
私は日本語が話せません
Watashi wa nihongo ga hanasemasen
Aku tidak bisa berbicara Bahasa Jepang
Melihat terjemahan itu, Ran dan Rindou saling bertatapan satu sama lain.
"Dia gak bisa Bahasa Jepang, gimana dong?" Tanya Ran.
"Tinggal ngetik balik aja napa, gitu repot." Jawab Rindou.
Karena Ran masih berbaik hati, maka dia pun mengetik juga di alat penerjemah itu dan memperlihatkannya kepada sang gadis.
何があったのか?
Nani ga atta no ka?
Apakah terjadi sesuatu?
Melihat terjemahan itu, sang gadis buru-buru mengetik balasannya.
道に迷ってしまった
Michi ni mayotte shimatta
Aku tersesat di jalan
(Penggunaan kata akhir "~ta" atau "~mashita" adalah bentukan lampau. Mengapa si reader bilang kata lampau karena dia sudah tersesat di jalan, mengartikan kalau dia sudah mengalaminya. Sebenarnya bisa ditambahkan "Watashi", tetapi terkadang dialog percakapan juga bisa tanpa menggunakan itu.)
Melihat tulisannya, Ran dan Rindou seketika berpikir panjang. Masa ya mereka harus menemani gadis ini? Tetapi dianya juga masih dibawah umur, ini juga sudah malam.
Lagipula kenapa gadis ini tersesat? Mari kita flashback dahulu!
~~~
Saat itu hari sabtu, sekolah Jepang lagi libur namun aktivitas ekskul masih berjalan. (Name) dibawa Pah-Chin ke Shibuya untuk bertemu teman-temannya. Sebenarnya ini dikarenakan situasi di rumah masih belum sehat, jadi Pah-Chin ingin menjaga (Name) agar tidak terlarut dalam kesedihan.
Sesampainya di stasiun Shibuya, Pah-Chin disambut oleh Mitsuya, Mikey, dan Draken. Mereka bertiga tos kepada Pah-Chin dan menyapa.
"Lama ya menunggu?" Tanya Pah-Chin.
"Santai, kita baru disini 2 menit yang lalu." Jawab Draken.
"(Name) dibawa juga... Di rumah masih belum terkontrol ya?" Tanya Mitsuya.
"Ya... Gak apa-apa kan bawa (Name)?" Tanya Pah-Chin sedikit bersalah.
"Gak apa-apa, (Name) udah dianggap anggota Toman juga. Lu bisa bawa dia kapan aja." Sahut Mikey.
(Name) memandang Mitsuya, Mikey, dan Draken dengan tatapan berbinar. Gadis itu sudah mulai terbiasa bergerombol sama teman-teman kakaknya itu. Mitsuya yang notabene-nya memiliki aura kakak kemudian memberikan (Name) sebuah alat penerjemah bahasa baru.
"(Name), ini untuk kamu."
Pah-Chin dan (Name) terkejut, alat penerjemah itu seharusnya barang yang mahal! Kok bisa Mitsuya dapat?
"Kerabat gue dapat ini dari klien, terus dikasih ke gue karena gak ada gunanya. Karena ini sepertinya berguna buat (Name) ya jadi gue kasihkan. Lumayan kan sekarang gak perlu khawatir lagi kalo (Name) gak ngerti apa yang kita omong kan."
Mitsuya tersenyum hangat kepada (Name), membuat gadis itu tersipu sendiri. Melihat hadiah pemberian Mitsuya, (Name) mengucapkan terima kasih kepada Mitsuya.
"Arigatou, Mitsuya."
Mitsuya tentu saja senang dengan ucapan terima kasih (Name). Mereka pun akhirnya memutuskan untuk berjalan di area distrik kota Tokyo yang ramainya tidak main-main.
Mereka tidak membawa motor, ini dikarenakan mereka ingin menikmati waktu kebersamaan sekaligus mengenali (Name) dengan kota Tokyo yang gadis itu belum pernah kunjungi.
Bahkan mereka juga membelikan (Name) manisan dan baju baru, padahal gadis itu tidak meminta sama sekali. Mungkin karena mereka sangat sayang sama (Name), jadi mereka ingin memanjakan dia sejenak.
Tak terasa, Pah-Chin, Mitsuya, Draken, Mikey, dan (Name) tiba di Roppongi. Waktu menunjukkan pukul 7 malam, suasana di Roppongi lumayan ramai.
"Hei, hindari area klub. Mereka bisa aja nyeret kita ke klub terus dipaksa minum lho." Ucap Draken memperingati.
"Kalo bisa jangan nyari ribut sama gangster disini kalo gak mau berakhir babak belur." Sambung Mitsuya.
Ya, Roppongi disebut sebagai distrik yang hingar bingar saat malam hari. Distrik ini dikenal karena klub malam dan bar yang mewah. Namun, ada sebuah rumor mengatakan kalau mereka mengiming-imingi anak dibawah umur, apalagi anak SMA dan SMP, untuk dipaksa masuk ke dalam klub dan minum alkohol. Katanya sesudah mabuk mereka jadi bahan seksual.
Itulah mengapa, banyak orang tidak menyarankan datang ke Roppongi saat malam hari, disebabkan adanya rumor ini. Sudah gitu, Roppongi juga menjadi sarang gangster dan yakuza, sangat tidak disarankan untuk berhadapan sama mereka.
Alasan mengapa Mitsuya, Pah-Chin, Draken, dan Mikey datang kesini karena permintaan (Name) juga. Rasa keingintahuan gadis itu besar, jadi mereka tak bisa menolak keinginan (Name). Sejujurnya, mereka enggan mau datang ke Roppongi, tapi mau gimana lagi.
Sesudah mereka keliling Roppongi, mereka niatnya pingin pulang karena sudah malam dan semakin rawan kalau berlama-lama di Roppongi. Mitsuya, Draken, Pah-Chin, Mikey, dan (Name) akhirnya menaiki bis untuk kembali ke Shibuya.
Sayangnya, saat bis sudah datang dan para kerumunan mau menaikinya, tiba-tiba alat penerjemah hadiah dari Mitsuya terjatuh, membuat (Name) menunda naik bis dan berusaha mencari alat penerjemah miliknya tanpa disadari sang kakak dan teman-temannya. Saking ramainya kerumunan, (Name) jadi kesusahan. Pintu bis ditutup sebelum akhirnya (Name) menemukan alat penerjemahnya, gadis itu senang tidak main tetapi....
"... Eh?"
(Name) menoleh ke belakang dan mendapati bis menuju Shibuya sudah berangkat, meninggalkan dirinya sendiri terjebak di Roppongi. (Name) seketika panik, ingin mencari bantuan tetapi siapa? Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, ini sudah jam waktunya bar dan klub malam dibuka.
Itulah sebabnya, (Name) pun berakhir mencari cara untuk pulang. Tetapi bukannya malah membaik, ia malah bertemu berandalan....
~~~
Kembali ke situasi sekarang, Haitani bersaudara tidak tahu menahu bagaimana harus meladeni (Name). Hei, dia masih kecil, kalau dibawa sama gangster gimana? Rindou yang notabene-nya stoik tetapi juga pintar kemudian mengetik kepada sang gadis, tiada lain adalah (Name).
俺たちをフォローする
Oretachi wo foroo suru
Ikuti kita
Melihat terjemahan itu, (Name) merasa agak lega. Namun masih ada rasa canggung karena (Name) sendiri tidak tahu kalau dia berhadapan sama penguasa Roppongi. Ran dan Rindou membawa (Name) ke suatu tempat, senyuman seringai terpampang di wajah mereka karena mereka akan melakukan sesuatu yang akan menyenangi (Name)....
~~~
Sementara itu di Shibuya, Pah-Chin paranoid karena dia sadar (Name) sudah tidak bersama mereka. Mitsuya dan Draken mencoba menenangkan Pah-Chin, Mikey malah sibuk ngemil jajanan tanpa wajah dosa.
"Pah-Chin, kita pasti menemukan (Name) kembali di Roppongi! Gue yakin dia masih kejebak disana." Ucap Draken.
"Gue... Gue ninggalin (Name) di Roppongi. Bodoh banget gue bisa-bisanya gak sadar!" Pah-Chin terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.
"Hei, hei, ini bukan salah lu, Pah-Chin. Lu kan gak sadar, jadi lu gak usah menyalahkan diri lu sendiri!" Ucap Mitsuya menghibur Pah-Chin.
"Mikey, lu bukannya menghibur malah nyemil! Teman lu sendiri gak dihibur apa?!" Draken mengomeli Mikey yang masih sibuk nyemil jajanan.
"Gak ah, males. Gue maunya pulang, kan kita bisa cari (Name) besoknya." Ucap Mikey dengan santai.
Ingin sekali mereka menggebuk Mikey berjamaah, namun apa daya Mikey itu leader mereka. Mitsuya mengecek jam tangan, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Jika mereka kembali ke Roppongi, bisa-bisa mereka akan dikejar oleh polisi yang berpatroli....
"Hei, kalian bertiga. Gue rasa saat ini situasi enggak memungkinkan kita untuk kembali ke Roppongi... Tapi gue ada ide untuk mencari (Name)." Usul Mitsuya.
Pah-Chin, Draken, dan Mikey pasang mata ke Mitsuya. Memangnya apa yang ingin direncanakan olehnya?
"Jadi begini...."
~~~
"Lihat ini... Pasti anak itu akan menyukainya." - Ran
"Kak, gue gak yakin dia bisa memakannya...." - Rindou
"Hehehe, kenapa enggak, Adikku? Gadis itu akan saaangat menikmati makanan ini...." - Ran
"Entar kalo dia kepanasan gimana?" - Rindou
"Derita dia sendiri, dong.~" - Ran
Ran dan Rindou membawakan sesuatu untuk (Name). Seringai Ran terpampang di wajah, ia membawakan benda itu ke lokasi dimana (Name) menunggu.
(Name) juga lagi enak-enaknya minum teh hijau, tanpa gadis itu sadari bahwa dia akan....
"Tadaaaaaaaa, Hot Pot ala Ran dan Rindou sudah dataaaaaang!"
... Makan Hot Pot sama Ran dan Rindou.
Ya, (Name) ternyata dibawa ke apartemen mewahnya Ran dan Rindou. Mereka gak tahu kenapa malah berakhir membawa (Name) ke apartemen, sebab mereka berpikir (Name) itu anaknya gak terlalu heboh. Apalagi, jika Ran dan Rindou membawa (Name) ke klub, sudah dipastikan gadis itu akan dipaksa minum alkohol.
Itulah mengapa mereka pun membawa sang gadis ke tempat mereka. Siapa yang gak bakal mengira kalau Ran dan Rindou mengizinkan orang asing terlebih anak kecil masuk ke apartemen mereka? Padahal selama ini gak sembarangan orang masuk ke benteng kekuasaan mereka.
"Hora, hora, Sukiyaki desu yo.~"
Ran menaruh Sukiyaki (Sebutan Hot Pot ala Jepang) di meja makan. (Name) yang melihat hidangan itu merasa tergugah seleranya. Jamur Enoki, Jamur Shitake, Daun Shirataki, Tofu, dan daging sapi menyatu dalam kaldu Dashi yang mendidih.
Gadis itu mengetik di alat penerjemah pemberian Mitsuya, lalu menunjukkannya kepada Ran dan Rindou.
これは何ですか?
Kore wa nani desu ka?
Ini apa?
Melihat pertanyaan itu, Ran pun tersenyum dan menjawab juga lewat alat penerjemah.
これはすきやきだよ
Kore wa sukiyaki da yo
Ini adalah Sukiyaki
(Name) belum pernah menikmati hidangan selezat ini, apalagi daging sapinya terlihat lembut. Ran dan Rindou kemudian menyiapkan nasi, sebab tidak enak jika hanya makan lauk tanpa nasi. Kakak adik itu lalu duduk di meja makan, mereka pun segera menyantap masakan mereka sendiri.
"Itadakimasu!"
Mereka pun mengucapkan doa sebelum makan, diikuti pula oleh (Name) yang juga mengucapkannya. Akan tetapi, (Name) sadar kalau makannya pakai sumpit. Gadis itu sendiri tidak pandai memakai sumpit, padahal sudah diajari sama kakaknya dan Mitsuya.
Rindou menyadari hal itu, ia pun menghentikan makannya dan berjalan menghampiri (Name).
"Te wo agete." (Berikan tanganmu.)
(Name) menoleh ke arah Rindou, gadis itu tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Rindou. Rindou kemudian menyentuh lembut tangan kanan mungil (Name) yang kasar, mungkin bekas (Name) sering kerja kasar saat di Indonesia dulu. Rindou tidak mengerti, ia bisa merasakan tangan ini sangat berbeda dari tangan gadis lain. Mungil tapi kasar, ia berpikir apa yang dilakukan oleh (Name) sampai tangannya sekasar ini?
"Gue ajari cara pakai sumpit."
Rindou kemudian mengambil sumpit, ia tidak berkata apa-apa ketika ia memasangkan sumpit itu ke tangan kanan (Name). Gadis itu sedikit malu atas sikap Rindou, namun ia hanya bisa menuruti saja. Tangan besar Rindou mengajari (Name) memegang sumpit secara perlahan, padahal pria itu tidak sabaran.
Ajaibnya... (Name) mulai mengerti menggunakan sumpit. Gadis itu sudah bisa menggerakkan sumpit padahal ia diajari oleh orang yang baru ia temui. Entah mengapa, metode Rindou lebih ampuh ketimbang kakaknya dan Mitsuya. (Name) senang, ia mulai bisa memegang sumpit.
Rindou lega akhirnya (Name) bisa memegang sumpit, Ran yang melihat pemandangan di depannya dengan iseng menggoda adik kandungnya itu.
"Aduh aduh, Rindou so sweet banget deh sama (Name)-chan.~" Ucap Ran.
"Ussee yo, baka no aniki."
Rindou mendengus mengabaikan ucapan kakaknya, padahal ia sendiri senang bisa mengajari (Name).
Di apartemen itu, terjalin hubungan tidak terduga antara Ran, Rindou, dan (Name). Mereka sang penguasa Roppongi yang kelihatannya kejam, bertemu dengan sang gadis yang lugu dan polos. Apakah Ran, Rindou, dan (Name) akan dekat?
つづく....
Ran dan Rindou kok so sweet banget sih wifwhxujwxyjfqkxh /PLAK
Sepanjang cerita, si reader kita ini kayaknya jadi magnet para gangster deh, kena apes tapi beruntung muluー.y
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro