Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rusuh 6 [Day With Hanma Arc]

Saat mengetahui (Name) diculik, Pah-Chin memutuskan untuk bolos sekolah. Bodo amat soal nilainya anjlok, yang penting keselamatan adiknya dikondisikan. Ia pun memberitahukan hal ini kepada Mikey, Draken, Mitsuya, dan teman-teman lain. Mereka tentu saja terkejut mendengar kabar tersebut, sehingga mereka memutuskan untuk membantu Pah-Chin mencari (Name).

"Pah-Chin!"

Baji datang menghampiri Pah-Chin, raut wajahnya kelihatan khawatir.

"Bener (Name) diculik komplotan predator? Gue dengar dari Chifuyu." Ucap Baji.

"... Ya, sekarang lagi dicari rame-rame. Gue gak nyangka (Name) jadi korban penculikan...." Wajah Pah-Chin menahan rasa sedih, ia takut adik tirinya diapa-apakan.

"Belakangan ini marak terjadinya penculikan anak-anak dibawah umur, apalagi yang usianya 13 tahun kebawah. Katanya buat memenuhi konsumen yang punya fetish sama anak kecil." Ucap Baji.

"Justru itu yang gue khawatirkan! Gue lupa bilang ke Tou-san kalo ada kejadian gini! Argh... Jika saja gue ikut menemani (Name)...."

Baji tentu tidak tega melihat temannya frustasi. Ia tahu Pah-Chin sangat sayang kepada adik tirinya itu apa adanya, tanpa memandang status atau fisik. Baji menepuk pelan pundak Pah-Chin, mencoba untuk menenangkan dia.

"Tenang, bro... Gue yakin (Name) akan segera ketemu. Seseorang pasti akan menyelamatkan dia." Ucap Baji sambil tersenyum menyemangati Pah-Chin.

Pah-Chin terpana mendengar ucapan Baji. Ia beruntung punya teman sebaik Baji dan lain-lainnya, ia pun kembali bersemangat dan bertekad akan menemukan (Name).

"Yosh! Gue akan menemukan (Name) dan menghajar para predator itu!"

~~~

Di sisi lain, Hanma berjalan santai di jalan sambil bersiul. Seseorang terus mengikuti pemuda itu dari belakang, seolah-olah ia menguntit si Hanma. Hanma berhenti melangkah sejenak, menghela napas dan menoleh ke belakang.

"Mau sampai kapan kau mengikuti aku?"

Seseorang itu terkesiap, ia buru-buru bersembunyi. Hanma heran, kenapa dia dari tadi mengikutinya? Padahal Hanma tidak ada urusan apapun dengan orang itu.

Saking jengkelnya Hanma, ia pun akhirnya menghampiri orang tersebut dan memojokkannya.

"Kau ini benar-benar nakal ya... (Name)."

Ya, orang itu tiada lain adalah (Name). (Name) tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Hanma, tetapi gadis itu sedikit ketakutan dengan kelakuannya. Hanma sendiri bingung, kalau (Name) butuh sesuatu kenapa tidak dibicarakan saja? Tapi masalahnya, (Name) terkendala oleh bahasa, mana mungkin dia bisa ngomong langsung sama Hanma.

Hanma menghela napas, ia pun berjongkok karena tinggi (Name) gak sepadan sama tingginya.

"Mau ikut sama aku?"

(Name) terdiam, mencoba menerka ucapan Hanma walaupun dia tidak bisa memahaminya. Dengan sebisa mungkin, gadis itu mengangguk. Hanma sejujurnya enggak tahu ini anak siapa, tapi jelas-jelas ia harus mengembalikan (Name) ke seseorang.

"Ayo ikut aku."

Tanpa memperhatikan (Name), Hanma langsung berjalan duluan. Insting (Name) mengatakan seolah ia harus mengikuti Hanma, jadi gadis itu mengikutinya. Cuaca saat itu benar-benar dingin, gadis kecil berusia 12 tahun itu menggigil kedinginan.

Hanma menyadarinya, ia memakai jaket tebal saat itu. Sebagai orang mengaku dirinya jahat, Hanma auto membeli jaket tebal khusus (Name).

"Kau ini, pakai dong jaket tebal. Udah tau diluar lagi musim dingin."

Dipakaikan jaket itu kepada (Name), membuat gadis itu merasakan kehangatan dari jaketnya serta Hanma sendiri. (Name) memandang wajah Hanma sejenak, sebelum gadis itu tersenyum manis.

Hanma terpana sejenak, kenapa gadis itu tersenyum kepada dia? Padahal dia hanya memakaikan jaket kepada (Name). Tapi gak bisa dipungkiri, Hanma merasakan pancaran warna dari senyuman itu.

~~~

Pah-Chin bersin karena cuaca yang dingin. Pencarian (Name) sudah lebih dari sejam, hasilnya masih nihil. Pah-Chin benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan (Name), dimana keberadaan adiknya sekarang?

"Pah-Chi-saaaaannn!"

Disaat Pah-Chin lagi termenung, Peh-Yan datang dengan tergesa-gesa seolah ada hal penting yang harus ia beritahu.

"Kenapa, Peh-Yan? Sudah ketemu petunjuk dimana (Name)?" Tanya Pah-Chin memastikan.

"Begini... Tadi ada orang bilang ke gue, dia bilang tadi pagi pas mau ke konbini liat ada orang mencurigakan!" Ucap Peh-Yan.

"Apa?! Terus bagaimana kelanjutannya?!"

Pah-Chin auto tegang, ia berpikir jangan-jangan mereka yang membawa (Name) pergi!

"Yang pasti, orang itu kayak terburu-buru memasukkan sesuatu, Pah-Chin-san. Nah, mobil yang dikendarai bentukannya kayak van warna hitam, untungnya orang yang gue tanya bilang dia ingat nomor platnya." Jelas Peh-Yan.

"Mana nomor platnya?! Biar gue samperin mereka biar gue hajar!" Emosi Pah-Chin semakin memuncak.

Peh-Yan pun segera memberikan nomor plat kepada Pah-Chin. Pah-Chin terkejut saat melihat nomor plat itu. Usut punya usut, ternyata kelompok predator yang menculik (Name) adalah kelompok yang gencar menjadi buronan. Mereka menargetkan anak-anak yang pulang sendirian atau dalam kondisi sendirian, kemudian mereka membawa anak-anak itu untuk dijadikan bahan fantasi menyakitkan mereka.

Pah-Chin tidak bisa menahan amarahnya lagi, ia pun memutuskan akan menghajar mereka habis-habisan!

~~~

Kembali kepada (Name) dan Hanma.

(Name) dan Hanma menikmati Takoyaki hangat untuk menghangatkan tubuh mereka. (Name) tidak tahu, kakaknya saat ini sedang mencarinya. Hanma di sisi lain, ia mana mungkin bisa membawa (Name) terus-terusan. Masalahnya keluarga (Name) belum ditemukan, jadi ia harus bersabar dulu.

'Aku harus menunggu berapa lama lagi? Harus ada janji juga sama Kisaki.'

Menghabiskan Takoyaki miliknya, ia melihat (Name) juga menghabiskan Takoyaki namun mulutnya belepotan. Hanma tertawa geli, betapa lucunya (Name) saat mulutnya belepotan.

"Dasar, kau ini makan berantakan ya?"

Hanma mengambil tisu dan ia membersihkan mulut (Name). Gadis itu diperlakukan sangat baik, padahal Hanma tidak mau melakukan ini. Tetapi kenapa tubuhnya seolah tidak bisa menolak keberadaan (Name)?

"Mau jalan lagi?"

Hanma mengulurkan tangannya seolah mau mengajak (Name) jalan lagi. Gadis itu tahu gestur tubuh Hanma, jadi ia mengangguk sambil tersenyum. (Name) menggandeng tangan Hanma, sepertinya ia mulai nyaman di sisi Hanma.

Hanma sendiri entah mengapa juga betah disekitar (Name), padahal ia belum kenal lama. Apa mungkin (Name) saja yang berbeda dari anak-anak lain? Ah, mana mungkin, pikir Hanma.

"Hanma!"

Hanma terhenti sejenak saat (Name) berbinar-binar melihat sebuah mangkok yang indah. Mangkok itu berukir burung bangau dengan setangkai bunga sakura di dekat pohon bonsai.

"Hooo, kau suka?"

Hanma awalnya tersenyum melihat tingkah (Name) yang baginya lucu....

"Mangkok!"

... Sebelum kemudian senyumannya pudar saat (Name) berteriak mangkok, berhasil bikin publik menatap mereka.

Hanma auto kabur sambil menggendong (Name) yang baginya sangat ringan, tubuhnya saja kecil.

'NIH ANAK GAK BISA DIJAGA APA YA OMONGANNYA!'

Sepertinya, Hanma salah paham akan bahasa yang diucapkan oleh (Name).

~~~

"Pah-Chin, nih mereka sudah ketangkap."

Mitsuya, Draken, Baji, dan Mikey mendorong serta menendang keempat pria predator yang sempat menculik (Name) sebelumnya. Tubuh mereka babak belur akibat hantaman keras dari kepalan tangan serta kaki dari founder Toman. Tubuh mereka gemetar saat melihat tatapan menyeramkan dari Pah-Chin, dia sudah mode iblis jika sangat marah.

"Oi...."

Mereka bergidik, terlebih ketika Pah-Chin berjongkok di depan mereka.

"... Elu berempat kan yang nyulik Adik gue?"

Aura mencekam dari Pah-Chin membuat salah satu dari mereka yakni pria C menjawab dengan cepat.

"I-i-i-iya! Kami berempatlah yang menculik gadis itu! K-kami bersalah! Tolong ampuni kami!"

Ucapan pria C membuat Mikey naik darah, sehingga pemuda itu menendang kepala pria C. Sebelum makin brutal, Draken sudah keburu menenangkan Mikey.

"Mikey, tenang. Biar Pah-Chin lanjut menanyai mereka."

Mikey tenang sedia kala, meski dalam lubuk hati ia menyimpan dendam dan amarah kepada empat pria di depannya. Pah-Chin menghela napas, ia berdiri lagi dan memasukkan kedua tangannya di kantong.

"Ampun hah? Lu lu semua ngira kita bakal ampuni kalian? Setelah semua kejahatan yang kalian lakukan? Cuih!"

Pah-Chin meludahi pria B, ia benar-benar sudah jijik kepada empat pria itu.

"Lebih baik lu semua pantas di dalam alam ghaib ketimbang di dunia! Kelakuan lu semua udah kayak setan gak ada akal!"

Pah-Chin sudah benar-benar emosi. Tetapi ia mencoba untuk tetap tenang, ia tidak ingin adiknya ketakutan jika Pah-Chin terlihat berdarah.

"Katakan sekarang, dimana Adik gue? JAWAB!"

Empat pria itu gemetar, pria A dengan cepat menjawab.

"W-waktu kami mau melucuti dia... Tiba-tiba ada seorang laki, gak tau siapa! T-tapi yang pasti dia tinggi, ada piercing di telinga kirinya, rambutnya tinggi dengan gradasi warna kuning di tengah dan pinggir kanan kiri hitam!"

"D-dia mengusir kami! Tapi kami tidak tahu lanjutnya seperti apa!" Pria D ikut menimpali.

Mikey dan Draken sadar siapa yang dimaksud, namun mereka memutuskan untuk diam. Pah-Chin di sisi lain masih marah, tetapi ada perasaan lega saat tahu kalau adi tirinya baik-baik saja.

Masalahnya, siapa pria yang dimaksud oleh mereka? Pikir Pah-Chin.

~~~

Hanma akhirnya tiba di sebuah taman yang tenang bersama (Name). Pemuda itu bersantai sejenak sambil memandangi pemandangan asri kota Tokyo. (Name) berdiri disampingnya, memandangi kota Tokyo juga. Gadis itu mengagumi keindahan pemandangan kota Tokyo yang hingar bingar penuh keramaian.

"Kirei da na."

(Name) mendongak ke atas menatap Hanma. Pemuda itu masih memandangi kota Tokyo tanpa menoleh sedikit pun.

Mendengar kata kirei, (Name) ingat bahwa kakaknya Pah-Chin sempat mengatakan itu juga saat mereka lagi bersantai di pinggiran sungai, memandangi matahari terbenam. Berpikir bahwa kata itu memuji sesuatu, (Name) mencoba untuk mengatakannya juga.

"Ki... Rei...."

Hanma melirik ke (Name), berpikir mau bicara apa anak ini.

"Hanma... Kirei...."

"Hah?"

Hanma kebingungan, apa yang dimaksud oleh (Name)?

"Hanma kirei!"

(Name) dengan polosnya mengatakan itu kepada Hanma. Hanma terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Tetapi ia merasa sangat terhibur oleh tingkah lucu (Name).

Pemuda itu tertawa geli, (Name) terkesiap. Apa jangan-jangan dia salah ngomong ke Hanma? Pikir (Name).

"Haha... Kau ini benar-benar lucu sekali ya, (Name)."

Hanma tersenyum tipis kepada (Name), ia mengelus kepala (Name) dengan lembut.

"Omae mo kirei da yo."

(Name) mengedipkan mata, sedikit tidak paham akan ucapan Hanma. Tetapi sudah jelas kalau Hanma sedang memuji dia balik, maka sudah dipastikan (Name) agak malu dipuji balik seperti itu.

~~~

Pah-Chin kini bersama Takemichi dan Chifuyu. Mereka bertiga mencari keberadaan (Name) sampai ke penjuru tempat. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, seharusnya sudah jam makan siang.

"Pah-Chin-san... Minum dulu, kau kelihatan lelah."

Takemichi memberikan minuman kepada Pah-Chin, wajah pemuda itu terlihat sangat lelah. Pah-Chin memandangi Takemichi sambil tersenyum, lalu menerima minuman itu.

"Sankyuu, Takemitchy."

Chifuyu masih sibuk mencari lokasi yang belum dijelajahi. Ia melihat peta dari ponsel lipat miliknya dan mencoba mencari tempat yang belum dikunjungi.

"Gimana? Sudah ada petunjuk kah, Chifuyu?" Tanya Takemichi.

"Belum, ini gue masih nyari. Tapi ngomong-ngomong, dari tadi gue merhatiin ini ada satu taman belum kita kunjungi lho." Ucap Chifuyu.

"Eh? Yang mana?" Takemichi yang penasaran menatap layar hape Chifuyu.

"Yang ini."

Chifuyu memperlihatkan lokasi taman yang agak jauh dari Tokyo.

"Taman ini cocok buat tempat orang yang mau nyari ketenangan. Kalo (Name) dibawa sama orang itu kesini, kemungkinan besar ya buat nenangin diri sih." Ucap Chifuyu.

"Kau benar... Kita harus bilang ini ke Pah-Chin-san."

Chifuyu mengangguk, ia dan Takemichi akhirnya menghampiri Pah-Chin yang masih beristirahat.

"Pah-Chin-san, gimana kalau kita kesini? Cuma ini lokasi yang belum kita kunjungi." Ucap Chifuyu.

Pah-Chin memandang peta yang ditunjukkan dari Chifuyu. Entah mengapa, firasatnya mengatakan kalau (Name) ada disana.

"Sepertinya ide bagus. Kita kesana sekarang gimana?" Tanya Pah-Chin.

"Semakin cepat semakin bagus, Pah-Chin-san." Jawab Takemichi.

Karena tak ingin berlama-lama lagi, ketiga orang itu bergegas menuju taman yang dimaksud, berharap (Name) ada disana dan segera ditemukan.

~~~

Masih di lokasi yang sama, (Name) melihat sekumpulan burung dara beterbangan di area taman itu. Belum pernah (Name) melihat burung dari dekat, maka karena penasaran gadis kecil itu menghampiri burung-burung tersebut.

Hanma di sisi lain sibuk sama hapenya, mengabari Kisaki Tetta untuk segera datang ke taman namun belum ada jawaban. Hanma heran, kemana si pimpinan asli Moebius itu? Jangan-jangan dia lagi sibuk nguntit pacarnya Takemichi....

'Kisaki sialan... Kau boleh bucin tapi gak sampe nguntit juga, bego.'

Ingin mengumpat, tapi ada anak kecil. Hanma hanya bisa menghela napas gusar dan menggaruk tengkuk kepalanya, hingga....

"Aaaaaaaaaaa!"

... Hanma mendengar teriakan dari (Name) yang panik karena para burung dara mengerumuni gadis kecil itu. Tentu saja (Name) geli sama bulu-bulu mereka, apalagi dia juga merasa geli saat para burung itu bertengger di lengan dan bahunya.

Hanma yang menyaksikan kejadian itu mengedip dua kali, ia nyaris aja tertawa melihat (Name) dikerumuni para burung dara. Hei, disaat dia lagi kesal-kesalnya, Hanma justru dihibur oleh tingkah lucu (Name) yang gadis itu tidak sadari. Kalo seperti ini, bisa-bisa Hanma betah melihat kelakuan lucu (Name).

"Hei, pergi, hush hush!"

Hanma langsung mengusir para burung dara yang mengerumuni (Name). Setelah diusir, terlihat (Name) dengan baju dipenuhi bulu burung serta rambut acak-acakan. Wajah gadis itu cemberut, terlihat dari pipinya yang mengembung.

"Oi oi, jangan cemberut dong, gemas tahu jadinya."

Karena gemas dengan wajah (Name), Hanma memainkan pipi (Name) dan mencubitnya pelan. (Name) menggelengkan kepala menandakan dia tidak mau pipinya dimainkan.

Hanma tertawa geli melihat reaksi (Name), pemuda itu kemudian menggendong gadis kecil itu untuk ditenangkan.

"Kau mau dipeluk seperti ini?"

(Name) tidak mengerti, gadis itu hanya melihat wajah Hanma dari dekat. Hanma tersenyum kepada (Name), membuat gadis itu tersipu oleh wajah tampan Hanma. Ia mengalihkan perhatian ke arah lain supaya Hanma tidak melihat wajahnya yang memerah.

Oke, sepertinya Hanma mulai suka sama (Name), padahal baru sehari dia kenal.

~~~

Takemichi, Chifuyu, dan Pah-Chin sampai di taman. Mereka bertiga melihat sekeliling untuk menemukan (Name).

"Taman ini tenang ya, cocok buat relaksasi." Ucap Chifuyu.

"Pantes saja banyak yang rekomendasi." Sahut Takemichi.

Pah-Chin tidak mengucapakan sepatah kata apapun, ia hanya memikirkan untuk menemukan (Name). Ia melihat sekeliling, tetapi masih belum bisa ditemukan.

Hingga akhirnya Takemichi berceletuk sambil menunjuk sesuatu.

"Hei, bukankah itu (Name)?!"

Takemichi melihat (Name) bersama Hanma berjalan keluar dari taman. Pah-Chin yang melihat itu terkejut, ia dengan sigap berlari disusul oleh Chifuyu dan Takemichi yang mengejar.

"(NAMEEEEE)!"

(Name) terkejut saat ia mendengar suara sang kakak Pah-Chin. Gadis itu menoleh dan matanya berbinar saat melihat kakaknya datang menjemputnya. Sontak, ia melepaskan gandengan tangan dari Hanma dan berlari menuju Pah-Chin.

Dipeluklah Pah-Chin seerat mungkin, begitu pula dengan Pah-Chin yang memeluk (Name). Rasa kangen mereka tidak terbendungi, terlihat dari bagaimana (Name) sumringah melihat kakaknya datang untuk menjemputnya.

"Hee,~ jadi itu Adikmu?"

Suasana yang penuh kekeluargaan itu buyar saat Hanma datang untuk menyapa. Takemichi, Chifuyu, dan Pah-Chin terkejut dan waspada saat menghadapi Hanma.

"Hanma Shuji... Jadi selama ini lu yang membawa (Name)?" Tanya Chifuyu dengan perasaan was-was.

"Kalo iya emang kenapa? Tapi jangan salah paham dulu, aku tidak ikut campur soal penculikan itu." Hanma menjawab dengan santai dan tanpa ekspresi yang berbohong.

"Gak mungkin, gue yakin lu juga ikut dalam rencana penculikan! Jangan mentang-mentang lu bisa dekat dengan Adik gue, lu macam-macam sama dia!"

Pah-Chin yang dasarnya memang tidak akur sama Moebius menuduh Hanma. Melihat kakaknya memusuhi Hanma, (Name) khawatir. Beruntung, Pah-Chin membawa alat penerjemah.

Diambil alat penerjemah itu dari kantong Pah-Chin dan segera memberitahu kakaknya bahwa Hanma bukan orang jahat.

半間は悪い人じゃない
Hanma wa warui hito janai
Hanma bukan orang jahat

Kemudian gadis itu lanjut memberitahu kakaknya.

半間は私の人生を作った
Hanma wa watashi no jinsei wo tsukutta
Hanma sudah menyelamatkan nyawaku

Melihat terjemahan itu, Pah-Chin, Chifuyu, dan Takemichi mulai percaya bahwa Hanma tidak berbuat jahat kepada (Name). Meski begitu, mereka tetap waspada karena terkadang Hanma itu tidak bisa dipercayai.

Pah-Chin menghela napas, ia pun akhirnya memandang Hanma dengan sinis.

"Oke, gue percaya sekarang. Cuma gue peringati elu ya, Hanma Shuji. Kalo elu dekat lagi sama (Name) dan macam-macam sama dia, jangan harap lu bisa selamat dari gue dan Tokyo Manji."

Hanma tidak gentar sedikit pun, ia sudah biasa digertak seperti ini. Tersenyum penuh arti, pemuda itu membalas ucapan Pah-Chin.

"Ya ya, aku mengerti. Aku berjanji tidak akan menyakiti (Name), begitu pula dekat dengannya. Tapi sesekali bertemu gak apa-apa kan?~"

Chifuyu dan Takemichi sedikit terpancing akan ucapan Hanma, mereka takut jika Pah-Chin akan babak belur mengingat Hanma jago dalam perkelahian. Pah-Chin sedikit emosi akan perkataan Hanma, namun pemuda itu menahan emosinya dan tetap tenang.

"Ya, tidak apa-apa."

Hanya itu yang bisa diucapkan oleh Pah-Chin, sisanya ia mengumpat kepada Hanma dalam hati.

Hanma tersenyum kembali, ia kali ini menatap (Name) yang memandangnya cukup lama dari tadi. Pemuda itu menyamakan tingginya dengan tinggi (Name), lalu mengelus puncak kepalanya.

"Kita akan bertemu lagi ya, (Name)."

(Name) tidak mengerti akan ucapan Hanma, tetapi gadis itu tersenyum dan mengangguk. Sesaat kemudian, ia mencoba untuk mengucapkan sesuatu kepada Hanma.

"... shou."

"Hm?"

"M-ma... ta...."

"Nani?"

"Mata... Ai... Mashou...."

(Name) mengucapkan kata mata aimashou, yang diartikan sebagai semoga bisa bertemu kembali. Hanma terkejut, pemuda itu tersenyum senang dan mengangguk.

"Hai', mata aimashou, (Name)."

Hanma pun berdiri kembali dan memandang Pah-Chin, Takemichi, dan Chifuyu sejenak sebelum berpisah.

"Sampai jumpa di lain waktu, para pecundang.~"

Hanma mengejek mereka, membuat mereka menahan emosi dan ingin memukuli Hanma. (Name) hanya memasang wajah bingung kenapa kakak dan dua temannya terlihat marah.

Setelah Hanma pergi, Pah-Chin dan Takemichi serta Chifuyu akhirnya kembali ke parkiran untuk mengambil motor.

"CIH, PINGIN GUE BEJEK AJA ITU SI HANMA!" Emosi Chifuyu tidak terbendungi.

"Sabar, gak cuma elu doang yang emosi." Takemichi menepuk pelan pundak teman dekatnya itu.

"Setidaknya (Name) sudah aman, gue pingin pulang secepatnya."

Pah-Chin menghela napas dan memandang (Name) yang masih memandang taman itu. Sepertinya, (Name) tidak bisa melupakan waktunya bersama Hanma. Gadis itu sudah nyaman berada disamping Hanma, meskipun begitu ia tidak lupa akan kakak serta teman-teman Tokyo Manji.

"(Name)...."

Lamunan (Name) buyar saat Pah-Chin memberikan helm kepadanya. Ia terima helm itu dan segera memakainya.

Pah-Chin khawatir, jika adiknya semakin dekat sama Hanma, bisa-bisa ada gejolak panas yang menghampiri Tokyo Manji dan Moebius. Ia gak ingin hal itu terjadi, ia harus mengawasi adiknya seketat mungkin.

つづく....

Yeeeeeeyyyy akhirnya kelar jugaaaaaaa!

Aduh nih chapter bikin baper saat adegan Hanma sama reader, kebayang aja gitu pas Hanma soft ke reader :")

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro