Rusuh 2 [Shinichiro's Care Arc]
2005, Desember
Pah-Chin pagi-pagi terbangun karena ia mendengar suara keributan dari bawah. Sudah dipastikan, itu dari orang tuanya. Sepertinya mereka lagi mempermasalahkan sosok (Name) di rumah.
Pah-Chin tentu saja tidak mau ikut campur, ia terlalu capek meladeni mereka. Memang sih, (Name) bukanlah orang yang diinginkan di kehidupan, tetapi nasib sudah diputuskan. Pah-Chin tidak peduli, (Name) tetaplah adik tirinya, meski beda ibu.
Pah-Chin pergi ke bawah, mengambil makanan untuk (Name). Disana, terlihat Nyonya Hayashida dan Pak Hayashida bercekcok akan permasalahan (Name), tetapi Pah-Chin menghiraukan mereka. Begitu Pah-Chin akan beranjak ke atas, ibunya tiba-tiba berteriak.
"Haruki, kenapa kau tidak membela Ibu?! Sudah tahu Ayahmu berbuat salah diam-diam berselingkuh di belakang Ibu! Kau seharusnya melawan juga!"
Pah-Chin terdiam mendengar ucapan ibunya, ia masih menggenggam nampan yang berisikan nasi, sup miso, ikan bakar, serta telur rebus. Oh, jangan lupakan sendok karena (Name) belum bisa menggunakan sumpit.
Pah-Chin menghela napas, ia menoleh ke arah ibunya dengan tatapan lelah.
"Kaa-san, bukankah sudah tiga hari yang lalu Kaa-san terus menyuruhku melawan Tou-san? Kenapa Kaa-san yang menolak keberadaan (Name), aku bahkan tidak mempermasalahkan selama dia tetaplah saudaraku!"
Ibu Pah-Chin sangat syok, tidak bakal mengira bahwa anaknya lebih membela ayahnya dan lebih menerima (Name) ketimbang dirinya. Di sisi lain, Pak Hayashida merasa lega tetapi juga bersalah. Ia tidak menyangka bahwa anaknya, Haruki lebih pengertian dari yang ia kira.
"Kau... ANAK TIDAK TAHU DIRI!"
Nyonya Hayashida mengamuk tetapi Pak Hayashida dengan cepat menahannya, menyuruh anaknya untuk segera naik.
"Haruki, cepat ke kamar (Name)! Biar Tou-san yang menahan Kaa-san!"
Pah-Chin mengangguk dan beranjak pergi ke kamar (Name). Kamar (Name) tepat berada disebelah kamarnya, tetapi dahulu kamar itu milik kakak perempuannya Pah-Chin. Karena kakaknya sudah menikah, jadi kamar itu kosong. Kini (Name) yang menghuni kamarnya.
Tok! Tok!
"(Name)?"
Pah-Chin membuka kamarnya terlebih dahulu. Ia melihat (Name) kini terduduk dengan telinga yang ditutup, serta wajah yang menahan tangis. Pah-Chin terkejut, sepertinya suara cekcok dari orang tuanya membuat (Name) takut.
"(Name), daijoubu?!"
Pah-Chin menghampiri (Name), tetapi gadis itu masih menutup telinga. Pah-Chin lupa, (Name) belum bisa berbahasa Jepang. Untung saja, ayahnya sudah memberikan Pah-Chin alat penerjemah yang ia beli saat di Indonesia. Dengan segera, Pah-Chin pun segera mengetik di alat penerjemah itu, memberikannya kepada (Name) yang segera membuka matanya dan melihat tulisan terjemahan.
怖いのか?
Kowai no ka?
Kamu ketakutan?
Melihat terjemahan tersebut, (Name) juga mengetik balik dengan jawaban yang membuat Pah-Chin terkejut.
私はインドネシアへ帰りたい
Watashi wa Indonesia he kaeritai
Aku ingin pulang ke Indonesia
Pah-Chin tentu merasa tidak enak dengan (Name), hidup di negeri orang dengan bahasa yang belum dikenal, pasti membuat (Name) mengalami culture shock. Hal ini membuat Pah-Chin tidak tega melihatnya.
大丈夫、俺はお前を守りたい、ずっと
Daijoubu, ore wa omae wo mamoritai, zutto
Tidak apa-apa, aku akan melindungi kamu, selalu
Pah-Chin kembali mengetik terjemahan kepada (Name), gadis berusia 12 tahun itu memandang lekat-lekat tulisan dari Pah-Chin. Setelah itu ia memandang Pah-Chin yang tersenyum nyengir kepadanya, membuat (Name) juga ikut tersenyum manis dan memeluk kakak tirinya tersebut.
Pah-Chin pun ikut memeluk adik tirinya, sepertinya jiwa kakak Pah-Chin mulai bangkit seperti kakak perempuannya dahulu.
~~~
Shibuya, Tokyo....
Mikey duduk di bangku tepat di tepi sungai bersama kakaknya, Sano Shinichiro. Mereka berdua menunggu seseorang untuk datang karena ada urusan penting.
"Tumben lu bawa Aniki, Manjiro. Emang mau ketemu siapa sih?" Tanya Shinichiro.
"Udah, pokoknya Aniki liat aja entar." Jawab Mikey.
Tak berselang lama kemudian, datanglah orang yang dimaksud. Tiada lain itu adalah Pah-Chin, bersama adiknya (Name). Pah-Chin menemui Mikey karena ada sesuatu yang perlu didiskusikan.
"Yo, Mikey, Shinichiro-san!" Sapa Pah-Chin.
"Yo, Pah-Chin." Mikey balik menyapa.
"Pah-Chin? Emang lu ada urusan apa sih sama dia, Manjiro?" Tanya Shinichiro kebingungan.
"Ah... Sebenarnya begini, Shinichiro-san...."
Dengan agak gugup, Pah-Chin menceritakan soal keadaannya saat ini. Dimulai dari pengenalan (Name), masalah keluarga, dan sekarang masalah dititipkan.
"Matte, matte, matte! Jadi intinya, lu nyuruh gue merawat gadis ini sampe lu pulang sekolah gitu?!" Seru Shinichiro.
"Habis mau gimana lagi, Shinichiro-san. Hanya lu saja yang bisa diandalkan. Lagian Shinichiro-san mau kalau gue titipin (Name) di tempatnya Draken?"
Oke, Shinichiro kicep. Dia tahu betul tempat tinggalnya Draken, jangan ditanya kalau isinya susu boba semua. Jika (Name) ada disana, gadis itu pasti akan hilang kepolosannya.
"Lagian Aniki lumayan kan ada teman? Selama ini Aniki sendirian terus di toko sepeda motor. Hitung-hitung kan anggap aja ini Emma, Aniki." Ujar Mikey.
Ingin nabok adiknya, tapi ada anak dibawah umur disini. Shinichiro hanya bisa menghela napas panjang tidak habis pikir kenapa dirinya yang harus menuruti keinginan bocah SMP macam mereka.
"Ya dah, terserah kalian. Tapi tunggu! Gimana caranya gue berkomunikasi kalo anaknya aja gak bisa bahasa Jepang?!"
Sudah menduga akan ditanya seperti ini, Pah-Chin pun memberikan Shinichiro alat penerjemah kepadanya.
"Shinichiro-san pakai aja itu."
Shinichiro yang kelihatan tidak tahu menahu soal alat tersebut menerimanya dan bertanya kepada Pah-Chin.
"Apa ini?"
"Itu alat penerjemah Jepang-Indonesia, Bapak gue beli pas dinas kesana. Kalo Shinichiro-san gak tau apa yang diomongin sama (Name), tinggal ketik aja." Jawab Pah-Chin.
Mendengar omongan Pah-Chin, Shinichiro mengangguk saja. Pada akhirnya, si Mikey dan Pah-Chin pun pamit berangkat sekolah, meninggalkan si Shinichiro sama (Name).
"Cih, dasar mereka itu...."
Shinichiro memandang (Name) yang juga ikut memandangnya, pemuda itu menghela napas dan memberikan gestur tubuh seolah menyuruh (Name) untuk mengikutinya.
"Tsuite kuru. (Ikuti gue)"
Untung (Name) mengerti gestur tubuhnya, sehingga gadis itu mengikuti Shinichiro ke arah motor dia. Begitu Shinichiro naik ke motor disertai (Name), pria itu menyuruh (Name) untuk memeluk pinggangnya.
"Oi, te, te.... (Tangan, tangan....)" Ucapnya kepada (Name).
(Name) salah tangkap, gadis itu mengatakan hal yang mungkin tidak sopan bagi reader Indonesia kita tercinta.
"Tete*?"
Shinichiro lupa, gadis ini belum fasih berbahasa Jepang! Maka dengan cepat, Shinichiro memperagakan badannya kepada (Name).
"Bukan! Tangan, tangan! Peluk, peluk!" Ucapnya sambil memperlihatkan tangan dan memperagakan pelukan.
(Name) hampir aja gak mudeng, tapi setelahnya ia mengerti akan maksud Shinichiro. Gadis itu akhirnya memeluk badan Shinichiro dengan tangannya yang mungil, membuatnya kini berpegangan dengan badan Shinichiro.
"Yosh, kita berangkat!"
Mereka pun berangkat ke toko sepeda motor milik Shinichiro. Selama perjalanan, (Name) tetap setia nempel ke Shinichiro. Shinichiro yang fokus mengendarai motor awalnya biasa saja, sebelum....
'Tunggu... Kok kayak ada yang nempel di punggung gue ya?'
Shinichiro merasakan ada yang nempel di punggungnya, tetapi itu seperti bola medium yang gak terlalu besar tapi juga gak terlalu kecil. Shinichiro mencoba menerka-nerka, makin lama-lama ia merasakan tempelan itu.
Dan Shinichiro menyadarinya!
'DEMI APA, NIH GADIS NEMPELIN DADANYA KE PUNGGUNG GUE DONG!'
Duh, Shinichiro udah tua, pedo pula. /DITAMPOL
Gak, canda ding.
Shinichiro auto gak bisa fokus. Padahal ukuran dada (Name) di belakangnya gak terlalu gede amat, tapi masih lumayan untuk gadis 12 tahun seperti dia. Shinichiro mencoba untuk tetap tenang supaya dia gak ditelpon polisi gegara heboh ditempelin dada anak kecil padahal orangnya sendiri gak nyadar.
Apa habis ini, Shinichiro bisa mengontrol dirinya di toko sepeda motor nanti?
つづく....
JIAAAHHHH SHINICHIRO UDAH TUA PEDO EUY /Plak
Chapter selanjutnya masih seputar hubungan Shinichiro sama reader. Bakalan kayak gimana ke depannya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro