Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rusuh 13 [Tenjiku's Rebellion Arc]

Di bengkel milik Shinichiro, anak sulung keluarga Sano terlihat sedang memperbaiki reparasi dan aki motor yang bermasalah. Melelahkan, kata itulah yang cocok untuk mendeskripsikan pekerjaan Shinichiro.

Sudah selama ini Shinichiro terus memikirkan (Name). Ia penasaran, kira-kira gadis kecil itu lagi ngapain ya sama abang tirinya? Shinichiro merindukan sosok (Name) yang polos dan lucu.

'Ish, fokus, Shin, fokus! Lu itu udah punya saudara, jangan ngarepin saudara orang juga!'

Shinichiro menggelengkan kepalanya dan sekali lagi fokus mengerjakan dunia perbengkelan. Akan tetapi, suara dering telepon terdengar di meja konter bengkel. Shinichiro menghela napas kesal siapa yang nelpon disela-sela jam kerja gini?

Tanpa basa-basi, Shinichiro mengangkat telepon tersebut.

"Halo?"

Saat dijawab, betapa terkejutnya Shinichiro saat ternyata yang menelepon adalah Emma, adik tirinya dan Mikey.

"Halo, Kak Shin...." - Emma

"Emma? Ada apa kau nelpon jam segini? Kau ada masalah lagi kah? Si brengsek itu datang lagi ke rumah kita?" - Shinichiro

Dari pernyataan Shinichiro, sejak dia, Mikey, dan Emma pindah ke rumah kakek ibu mereka, sang ayah berusaha ngotot membawa mereka kembali. Apalagi sang ayah semakin tergila-gila sama Emma, membuat Shinichiro dan Mikey tidak akan segan menggunakan kekerasan untuk melindungi adik tiri mereka. Mikey lah yang paling melunjak, dia sangat membenci sang ayah dan menaruh dendam karena ayahnya tidak pernah menyayangi mereka dan hanya memikirkan uang dan nafsu. Selama ada Shinichiro, Mikey tetap bisa dikontrol.

"Bukan itu, Kak Shin. Ini mengenai... Kak Manjiro...." - Emma

"Dia? Ada apa sama Manjiro?" - Shinichiro

"Apa Kak Shin ingat Kak Izana?" - Emma

Shinichiro terkejut. Ia tahu betul soal Izana, bahkan ia kenal pertama kali sama Izana waktu usianya 16 tahun. Jujur, Izana itu hasil buah gelap lain sang ayah. Pada dasarnya, Izana juga merupakan saudara tiri mereka. Namun yang membedakan adalah kondisi Izana berada di pihak sang ayah, menjadikannya pelampiasan kemarahan sang ayah yang masih tak bisa juga membawa pulang anak kandungnya sama Emma.

Shinichiro tahu Izana dari sang kakek. Hanya kakek pihak sang ibu yang mau menerima Izana meski ia adalah anak yang tidak diinginkan, mirip kasusnya sama Emma. Walaupun tidak terikat oleh darah, sang kakek sangat menyayangi Izana bahkan siap menampung Izana bersama Mikey, Shinichiro, dan Emma.

Sayangnya, sebelum Izana siap ditampung, sang kakek tiba-tiba meninggal dunia. Harta warisannya berupa rumah jatuh ke dalam tangan saudara Sano, kecuali Izana. Izana syok mendengar kematian sang kakek.

Setelah itu, tidak pernah terdengar lagi kabar dari Izana. Shinichiro hanya mendengar kabar bahwa Izana sudah pindah ke tempat lain.

Tapi sekarang... Kenapa Emma tiba-tiba membahas soal Izana?

"Memang kenapa sama Izana?" Tanya Shinichiro.

"Itu, Kak... Aku dengar ini dari teman perempuan aku. Di Yokohama ada geng motor yang kejam. Katanya pemimpinnya itu memiliki metode licik untuk menghabisi lawannya. Apa yang aku dengar, namanya Izana. Apa... Itu benar, Kak Shin?" - Emma

Yokohama... Geng motor....

Sesaat Shinichiro ingat pesan dari Takeomi. Belakangan ini memang ada kabar keberadaan geng motor di Yokohama yang meresahkan masyarakat. Dari saksi mata, mereka dideskripsikan memakai pakaian berwarna merah. Bentuknya variasi, ada jubah ada juga jaket.

Paling mencolok adalah tanda yin yang di belakang punggung pakaian, seolah itu adalah lambang resmi geng motor tersebut.

Takeomi sudah mengirim intelijen dari geng miliknya. Menurut hasil penyelidikan, nama dari geng motor di Yokohama adalah Tenjiku. Entah sudah berapa lama geng tersebut dibentuk, namun dari hasil penyelidikan geng tersebut dibentuk sebulan yang lalu.

Berarti ini menandakan Tenjiku sudah dibuat sebelum kedatangan (Name) ke Jepang.

Masalahnya, apakah benar Izana yang memimpin geng tersebut?

"Aku kurang tau. Nanti aku akan menanyakan ini kepada Takeomi. Emma hari ini ada kegiatan klub kan? Nanti kalo udah pulang kabari aku, biar aku jemput." Ucap Shinichiro.

"T-tapi, Kak, aku gak mau ngerepotin Kak Shin terus. Lagian aku kan bisa jaga diri." Akan tetapi, Emma menolak ajakan itu karena ia merasa bahwa Shinichiro sudah banyak berjasa untuk menjaga dirinya.

"Emma... Aku tahu kau sudah besar, kau bukan anak kecil lagi. Tapi, selama pria keparat itu masih berkeliaran, aku tidak mau Adik perempuan aku ini terancam. Kau sendiri juga tidak mau kan bertemu pria keparat itu?"

Shinichiro tahu, Emma sangat ketakutan melihat sang ayah. Sejak insiden pelecehan seksual itu, Emma selalu dihantui oleh wajah bapaknya yang penuh nafsu dan masih bisa merasakan sentuhannya. Jujur... Emma dari usia 8 tahun, ia mengalami halusinasi serta mimpi buruk yang berhubungan dengan insiden tersebut.

Untungnya, Emma tidak sendirian. Shinichiro dan Mikey senantiasa menjaga gadis itu, walaupun mereka adalah saudara tiri. Emma tidak akan bisa sembuh tanpa kehadiran mereka. Shinichiro dan Mikey sangat overprotektif terhadap Emma, apalagi soal cowok.

"... Tidak."

Respon Emma terdengar gelisah, menandakan Emma sepertinya terbalut kembali oleh rasa takutnya. Shinichiro pun mencoba untuk menghilangkan rasa ketakutan Emma.

"Dengar, sekarang kau ada di sekolah. Kau punya teman yang baik, mereka bisa diandalkan. Sampai aku menjemputmu, jangan coba-coba keluar dari sekolah, kecuali aku sudah menelepon kamu saat aku sudah sampai. Mengerti?" - Shinichiro

"Iya, aku mengerti." - Emma

"Sekarang nikmatilah waktumu. Nanti aku akan kabari lagi."

Shinichiro pun akhirnya mengakhiri percakapan dari telepon. Pria itu menghela napas, masalah apalagi sekarang? Ia berharap adiknya Mikey tidak terlibat dalam keadaan ini....

~~~

(Name) membuka matanya perlahan.

Gadis itu terkejut saat ia mendapati dirinya sudah terikat dan terbaring di lantai yang dingin. Mulutnya juga dilakban supaya gadis itu tidak bisa berteriak.

"Mmmpphh! Mmmppph!"

(Name) mencoba melepaskan ikatan yang ada di belakang tangannya. Akan tetapi, ikatan itu terlalu kuat. (Name) mencoba menenangkan diri dan mengamati tempat itu dahulu.

Ini... Tempat apa? Kenapa aku ada disini?

(Name) tidak habis pikir, selama ia tinggal di Jepang, kenapa nasibnya selalu apes kayak gini? Diculik saja sudah dua kali. (Name) seketika teringat akan kejadian sebelumnya, membuat gadis itu ketakutan dan kembali trauma. Apa jangan-jangan ia kali ini akan menjadi korban lagi? Tidak, ia tidak mau!

Sesaat (Name) mengingat traumanya, terdengar suara deret pintu yang sangat jelas di kejauhan sana. Gadis itu semakin ketakutan dan tidak bisa bergerak lebih jauh karena kondisi tangan dan kaki yang terikat, apalagi mulutnya yang dilakban. Ia cuma bisa pasrah, mungkin ini terakhir kalinya ia akan bertahan hidup....

"Mou okimashita ka, Koneko-chan?~" (Sudah bangun, anak kucing?~)

... Tapi ia salah prediksi.

(Name) mendengar suara yang terdengar sangat familiar baginya. Gadis itu mendongak ke atas, terlihat Ran yang tersenyum sambil membawa sebuah bekal yang ia siapkan diam-diam bersama adiknya supaya (Name) tidak mati kelaparan.

(Name) lega, ia masih ada harapan untuk hidup. Gadis itu menangis tersedu-sedu karena ia tidak tahu menahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya, berhubung ia disekap di tempat yang gelap dan pengap ini.

Ran merespon datar tangisan dari (Name), tetapi karena ia punya 'rasa' ke gadis kecil tersebut, ia menyeka air mata sang gadis dan membuka lakban dari mulutnya dengan pelan.

"Nakanaide yo. Ore wa koko da ze.~" (Jangan menangis. Ada aku kok disini.~)

Ran tersenyum, senyuman hangat yang tidak pernah ia tunjukkan kepada orang lain kecuali Rindou dan (Name). Ran membuka kotak bekal yang ia bawa, bentuk makanan yang terlihat di kotak bekal tersebut sangat lucu jika diperhatikan dari dekat.


Jangan salah, sebenarnya Ran emang sengaja membuat bekal ini khusus buat (Name), biar gadis kecil itu tidak terbawa rasa takut terus. Walaupun Ran emang dasarnya sangat gila, tetapi ia juga pengertian lho.

Melihat isi kotak bekal tersebut, (Name) terlihat kagum dan tergugah seleranya. Bagaimana bisa orang Jepang membuat bekal seimut ini? Pikir (Name).

"Hora, tabete yo.~" (Ayo dimakan.~)

Ran memposisikan (Name) menjadi duduk tegak, supaya gadis itu bisa makan dengan nyaman. (Name) juga dari tadi kelaparan, untung ada Ran yang membawa makanan. Dengan segera, Ran menyuapi (Name) makanan bekal buatannya. (Name) sebenarnya pilih-pilih soal makanan, namun karena Ran sudah membuatkan makanan untuknya gadis itu tidak boleh menolak semua makanannya.

Tentu saja, ibunya berpesan makanan apapun yang tidak disukai oleh (Name), saat situasi lagi genting wajib dimakan karena makan adalah sumber nutrisi untuk tubuh manusia.

"Oishii?"

Ran bertanya kepada (Name) saat gadis itu memakan makanannya dengan lahap. (Name) yang untungnya sudah mulai hafal beberapa kosakata Bahasa Jepang mengangguk dan membalas.

"Oishii... Desu."

Ran tersenyum senang, melihat gadis pujaannya makan dengan lahap. Kalau Ran makan (Name) juga di kasur, pasti enak juga kan? Iya kan? Itu pikir Ran di otak.

(Author: Dasar pedo. *Dicekik Ran*)

"Yokatta ne, (Name)-chan.~"

Ran sekali lagi menyuapi (Name), gadis itu kembali makan dengan lahap. Pipinya yang gembul saat makan membuat Ran tidak kuasa menahan hasratnya.

Ingin aku dekap tubuh itu....

Ingin aku klaim dia selamanya....

Dia gak boleh sama yang lain!

Ran berusaha sekuat tenaga untuk tidak kumat, namun apa daya dia tak tahan lagi melihat sosok (Name) yang imut dan menggemaskan. Ran mencium kening sang gadis, membuat (Name) terkejut dan kebingungan apa yang sedang Ran lakukan sampai harus mencium keningnya.

(Name) pikir, apa mungkin Ran sangat sayang sama dia layaknya adik gitu?

"(Name)-chan...."

Tangan Ran kemudian beralih ke pipi kanan (Name). Gadis itu semakin dibuat kebingungan oleh tingkah Ran.

Kenapa Ran menyentuh pipinya? Apakah di pipinya ada kotoran yang menempel? Itulah pikiran polos dari (Name).

Sebelum Ran mulai bertindak jauh, seseorang datang dan melempari Ran dengan air minum.

"Teme... Nani shiteru no?"

Ya, orang itu tiada lain adalah Hanma. Terlihat sorotan mata sang pemuda sangat tajam menatap Ran, seolah ia memperingatkan Ran untuk tidak macam-macam sama (Name) yang masih dibawah umur.

"Wah, ada Hanma ternyata.~ Aku hanya memberi makan (Name)-chan kok."

Ran sebetulnya kesal karena momennya berduaan sama (Name) diganggu. Namun apa daya dia tidak bisa berbuat apapun dan harus ikut situasi. Kalau (Name) gak ada, Ran bisa saja membunuh Hanma saat ini.

(Name) yang melihat kehadiran Hanma tersenyum sumringah, ia bertemu lagi dengan Hanma setelah sekian lama.

"Hanma!"

Hanma menghela napas dan mengambil air minum yang sempat ia lemparkan kepada Ran. Pemuda itu menatap Ran dengan dingin.

"Kau pergi dulu sana. Biar aku yang gantian jaga (Name) sekarang."

Ran merasakan bahwa sepertinya Hanma juga pasti punya 'rasa' ke (Name). Dia tidak bisa terima, tetapi ia harus mengikuti arus waktu daripada ketahuan sama Izana.

Mau tak mau, Ran pun meninggalkan tempat itu. Hanma memandang (Name) sejenak sebelum ia jongkok untuk menyamakan posisinya dengan gadis tersebut.

"Hisashiburi, (Name)."

Ia tersenyum. Bukan senyuman jahat, tapi senyuman lembut. Senyuman khusus untuk (Name).

(Name) kemudian memandang sekelilingnya, seolah ia butuh penjelasan mengapa ia bisa berada disini dalam keadaan terikat. Hanma yang peka sebenarnya ingin menjelaskan, namun apa daya ia tahu (Name) punya kendala soal bahasa.

Pada akhirnya, Hanma hanya bisa terdiam. Sesaat ia menyadari bekal yang dibawa oleh Ran sebelumnya. Isi bekal tersebut belum habis, masih ada sisa sedikit makanan di dalamnya.

"Mata taberu ka?" (Makan lagi?)

(Name) yang melihat isi bekalnya belum habis, merasa tidak enak jika tidak menghabiskannya. Mulut sang gadis kecil itu terbuka, menandakan ia mau makan lagi.

Hanma tertawa kecil, lagi-lagi gadis kecil ini menunjukkan sikap lucunya padahal situasi lagi gak menguntungkan. (Name) bingung, apakah ada yang lucu? Ia kan cuma membuka mulut.

"Hai', hai'."

Mengambil sumpit dan mengapit makanan itu, Hanma pun menyuapi (Name) berupa brokoli yang masih hangat dan segar. Seketika muka sang gadis menjadi lucu, ia menunjukkan muka ">,<" saat ia memakan brokoli itu.

Astaga... Hentikan sikap lucumu itu, (Name)....

Hanma tidak mengerti, kok bisa-bisanya ia tidak bisa bersikap kasar kalau sudah berhadapan sama (Name)? Padahal kalau sama cewek lain, dia kasar, apalagi anak kecil.

Dari sini kita tahu, sebetulnya Hanma ada perasaan sama (Name), cuma... Dianya sendiri masih denial.

つづく....

HANMAAAA STOP DENIAL HAIIISHHH /PLAK

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro