Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rusuh 12 [Tenjiku's Rebellion Arc]

Esok harinya....

Hari ini hari minggu, para anggota Tokyo Manji ada rencana mau meeting. Ada beberapa anggota sudah diberitahu, namun ada juga yang belum.

Salah satunya Mitsuya dan Baji, mereka berdua belum dikabari bahwa mereka harus ikut meeting hari ini. Namun entah mengapa, mereka menerima sebuah surat yang ditaruh di tempat rumah mereka masing-masing. Surat itu ditujukan bahwa mereka harus datang ke Taman Tomigaya yang berada di Shibuya. Karena tahu Shibuya adalah base utama Tokyo Manji, Baji dan Mitsuya tidak merasa curiga sama sekali.

Maka untuk itu, mereka pun bergegas berangkat kesana.

~~~

"Aneh, seharusnya mereka sudah datang setelah membaca suratnya!"

Mikey kesal karena Baji dan Mitsuya tidak kunjung datang, padahal ia sudah menaruh suratnya di depan loker rumah mereka. Namun entah mengapa, ketidakhadiran mereka membuat seluruh anggota Tokyo Manji khawatir. Tidak masuk akal jika Mitsuya dan Baji menghilang tanpa alasan yang jelas.

"Mikey, apa mending gue nyusul nyari mereka?" Usul Draken.

"Ngapain lu cari?! Toh paling mereka malas buat ikut nih meeting! Padahal penting tahu!"

Mikey ngambek kayak anak kecil, pipinya mengembung layaknya ikan buntal. Ekspresi wajahnya cemberut dan penuh kekesalan.

Hei, kalau kayak gitu orang mana yang kagak gemes coba?

"Hora, hora, Mikey.~ Jangan ngambek gitu dong. Mungkin siapa tahu si Mitsuya sama Baji ada urusan dulu, nanti mereka juga nyusul."

Smiley dengan senyumannya yang ramah dan ceria mencoba menyemangati sang leader, walau ia tahu itu tidak akan berhasil.

Di sisi lain, Pah-Chin entah mengapa merasakan firasat buruk soal adiknya. Ia memang tidak membawa (Name) sebab Mikey tidak mengizinkan gadis kecil itu untuk ikut karena ini hanya kepentingan untuk anggota Tokyo Manji saja. Sebagai gantinya, Pah-Chin menitipkan (Name) ke Erika sebab hanya gadis itu yang memiliki waktu luang hari ini.

Kenapa gue merasa gelisah begini?

Jantung Pah-Chin berdegup kencang, ia menatap ke arah lain memikirkan (Name). Kira-kira apa yang dilakukan (Name) bersama Erika?

~~~

"Erika-neesan, nan-sai desu ka?"

"Eehhhh, salah salah! Bukan itu yang harus diucapkan!"

"Ah! M-maaf, Kak. Lagi-lagi aku lupa...."

(Name) lagi latihan percakapan Bahasa Jepang bersama Erika. Kali ini, ia lagi belajar soal umur dalam Bahasa Jepang.

"Perlu diingat lagi, (Name). Dalam budaya Jepang, pertanyaan nan-sai desu ka? itu sangat tidak sopan dan harus dihindari! Sebaiknya, jika ingin menanyakan umur, kamu harus bertanya dengan mengatakan o-ikutsu desu ka? seperti itu." Jelas Erika.

"Um, aku paham! Tapi aku ada pertanyaan nih, Kak Erika."

"Mau tanya apa, (Name)?" Sahut Erika.

"Apakah dalam budaya Jepang menanyakan umur itu sopan atau tidak?" Tanya (Name) penasaran.

Erika tersenyum sebab ia tahu kalau (Name) sangat antusias untuk mempelajari lebih dalam soal bahasa dan kebudayaan Jepang. Gadis kecil itu tidak ingin ia berulah di negara orang yang pasti budayanya sangat berbeda dengan negaranya.

"Menurutku pribadi, menanyakan umur kepada orang umum itu tidak sopan, (Name). Orang hanya akan memberitahu umur mereka jika memang benar-benar menjalin hubungan erat dengan orang terdekat. Rata-rata warga Jepang lebih tertutup soal usia mereka, karena mereka menganggap itu adalah hal privasi." Jelas Erika.

(Dan itu fakta, Author sendiri tidak pernah menanyakan umur orang Jepang yang bagi Author tidak terlalu dekat. Hanya keluarga Author yang tahu soal umur, sebab mereka adalah keluarga Author dari pihak Papa. Menurut kalian, berapa umur Author hayooo? :v)

"Ah... Jadi itu gak sopan ya. Em... Berarti, kalau (Name) sudah menjalin hubungan erat dengan orang terdekat, nanti (Name) bisa dong menanyakan umur mereka?"

Wajah (Name) yang polos dengan mata berbinar-binar membuat Erika menahan teriakan sebab ia tidak kuat melihat keimutan sang anak bagaikan obat anti depresi. Sambil berdeham, ia pun mengangguk mantap dan menjawab.

"Bisa dong! Cuma (Name) harus hati-hati, gak semua orang bakal mau menjawab pertanyaan soal umur lho. Kalau memaksa mereka, nanti yang ada malah akan memperburuk suasana hati dan mereka akan menjauhi kamu." Ucap Erika.

(Name) mengangguk mengerti dengan penjelasan dari Erika yang mudah dipahami. Mereka berdua berbincang-bincang di ruang keluarga rumah Erika, hingga akhirnya....

Ting tong!

... Terdengar bunyi bel pertanda ada tamu datang diluar.

"Iya, sebentar!"

Erika bergegas berjalan dari ruang keluarga menuju teras rumah yang disebut genkan, lalu membuka pintunya perlahan....

"Um... Siapa?"

Orang itu terdiam memandangi Erika, mengenakan masker dan memakai jubah berwarna merah....

(Name) tidak menyadari adanya seseorang mendekati dirinya....

Lalu saat gadis itu menoleh....

....

....

... Hanya tertinggal buku catatan di ruang meja keluarga....

~~~

"BOS, KITA ADA KABAR BURUK!"

Salah satu anggota Tokyo Manji tergesa-gesa menemui Mikey yang berada di dekat patung Hachiko dekat Stasiun Shibuya. Mikey yang sibuk minum kotak susunya (Karena pingin tinggi tapi itu mustahil /Ditendang Mikey), menoleh cepat saat ia mendengar ada kabar buruk menimpa mereka.

"Kabar buruk apa?" Tanya Mikey.

"I-i-itu... Baji-san dan Mitsuya-san ditemukan terluka di Taman Tomigaya!"

Betapa terkejutnya Mikey, begitu pula anggota Tokyo Manji yang lain. Mereka tahu Taman Tomigaya jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi mereka saat ini, tapi kenapa Baji dan Mitsuya bisa berakhir disana?

"Dimana mereka sekarang?!" Tanya Mikey dengan raut muka emosi.

"M-mereka ada di Rumah Sakit Tokai sekarang!"

Tanpa berlama-lama, Mikey dan kawan-kawannya pun menaiki motor andalan mereka dan bergegas menuju rumah sakit yang dimaksud.

Saat itu mereka tak sadar bahwa seseorang mengenakan topi, masker, serta jaket biru tua mengamati mereka dari kejauhan. Ia pun mengabari atasannya mengenai pengamatan ini.

"Ketua, mereka sudah berangkat. Apa perintah lu selanjutnya?"

"Kembali ke markas sekarang. Kita tunggu saja mereka tersulut kobaran api. Lagipula aku ada kabar baik kalau kita kedapatan anak kucing yang tersesat."

Kakucho yang mendengar kabar tersebut bingung, apa yang dimaksud oleh anak kucing yang tersesat? Apakah leadernya ada rencana lain?

"Baiklah, gue akan kesana."

Kakucho pun mengakhiri pengamatannya di Shibuya dan segera kembali menuju Yokohama.

~~~

Ran dan Rindou sedang dalam perjalanan menuju gedung yang sudah ditandai oleh Izana. Izana menyuruh mereka untuk datang karena ada kabar penting yang harus mereka dengar. Entah mengapa, Ran dan Rindou merasa ada yang ganjil dengan semua ini.

Sesampainya mereka di sebuah ruang tertutup dengan dinding yang dipenuhi arcade, coretan graffiti, dan tembok yang agak retak, disana sudah ada Kakucho, Hanma, Kisaki, Shion, Kanji, dan Izana sendiri yang menoleh kepada mereka.

"Ah... Ran, Rindou, waktunya pas sekali." Ujar Izana dengan wajahnya yang santai.

"Katanya kau ada kabar yang penting, memangnya apaan?" Tanya Ran kepada Izana.

Izana tersenyum penuh arti kepada mereka, sebelum ia memerintahkan Kanji membawa seorang gadis berseragam Tokyo Manji dengan kepala ditutup kain hitam dan kedua tangan serta kakinya diikat dengan tali rafia.

"Tunggu... Lu bawa sandra dari Tokyo Manji? Dan dia seorang perempuan? Izana, lu udah gila kah?" Kisaki yang merasa keberatan dengan ide Izana menahan seorang sandra menyatakan ketidaksetujuan dia.

"Aku memang sudah gila dari dulu, Kisaki... Kenapa? Kau keberatan?"

Kisaki tidak bisa berbicara banyak lagi ketika Izana memandanginya dengan tatapan yang sangat dingin. Kisaki ingin rasanya membawa Valhalla, namun apa daya pengaruh Izana sangat kuat dan ia memiliki koneksi kuat dengan beberapa gangster lainnya, termasuk Haitani bersaudara.

"Emang... Tokyo Manji udah ada anggota perempuan kah? Gue baru pertama kali lho liat anggota cewek gini." Ucap Shion penasaran.

Ran, Rindou, dan Hanma entah mengapa merasa tidak asing dengan lekuk tubuh gadis itu. Mereka belum bisa melihat wajahnya, akan tetapi mereka merasa bahwa itu adalah orang yang mereka kenal....

"Kanji, buka kainnya."

Tanpa basa-basi, Izana pun memerintahkan Kanji untuk membuka kain hitam tersebut. Saat dibuka, betapa terkejutnya Ran, Rindou, dan Hanma saat mengetahui bahwa di hadapan mereka saat ini adalah (Name) yang sangat mereka kenal!

Meski begitu, mereka bertiga tetap berusaha tenang dan mengikuti suasana. Hanma di dalam lubuk hatinya yakin, ini semua pasti ada kesalahpahaman, karena tidak mungkin (Name) bergabung ke Tokyo Manji mengingat usianya yang masih belia. Ran dan Rindou pun juga tahu kalau (Name) bukan anggota resmi Tokyo Manji, ia hanya ada koneksi sama mereka dalam bentuk kekeluargaan.

(Name) tidak sadarkan diri akibat obat bius yang ia hirup dari saputangan Kanji saat ia menculik dirinya. Mulut gadis itu dilakban agar ia tidak berteriak.

Kakucho yang melihat (Name) disandra entah mengapa keberatan dengan usulan Izana. Ia beranggapan bahwa tidak seharusnya Izana menyandra seorang gadis yang tidak salah apa-apa. Akan tetapi, karena Izana memiliki hati dingin layaknya es, ia mana peduli dengan korban yang ia pilih. Untuk itu, Kakucho memilih diam daripada ia harus ribut.

"Gadis ini akan menjadi umpan yang empuk untuk memancing kemarahan Tokyo Manji. Aku yakin, mereka pasti akan semakin tersulut api jika gadis ini kita siksa bergiliran."

Izana memasang wajah psikopat dia dan tidak sabar ingin menyiksa gadis ini. Namun....

"Ehhh, tunggu dulu!"

Ran tiba-tiba menyeletuk dan ia pun mencoba untuk menyeimbangkan suasana.

"Aku rasa kita tidak boleh menyiksa secara bergiliran dengan semua anggota Tenjiku. Kalau boleh usulan, aku ingin cukup sedikit orang yang bergiliran menyiksa gadis ini. Seenggaknya maksimal empat orang."

Ran tentu saja tidak mau gadis 'pujaan hati' miliknya diklaim seenaknya. Ia sengaja mengusulkan ini karena ia yang berhak harus 'klaim' (Name) seorang. Rindou dan Hanma diam-diam merasa lega, setidaknya mereka tidak perlu khawatir jika (Name) tidak perlu disiksa berlebihan.

Izana yang mendengar usulan dari Ran berpikir. Karena Ran adalah anggota Four Heavenly Kings, sudah pasti usulannya akan disetujui. Izana pun akhirnya menyetujui usulan Ran, akan tetapi ada satu syarat untuk Izana seorang.

Izana rupanya ingin agar ia juga turut andil menyiksa (Name), tentu karena ia merasa bosan jika harus berdiam di dalam kekuasaannya sendiri. Ran, Rindou, dan Hanma tidak bisa menolak persyaratan dari Izana. Mereka pun terpaksa menuruti persyaratan tersebut.

Selepas pertemuan, Ran dan Rindou menyeret Kakucho yang terkejut saat ia dibawa menuju ke sebuah gang yang pengap dan sempit. Disana, Ran dan Rindou meminta agar Kakucho menjadi orang ketiga yang ikut andil dalam usulan Ran.

"Apa?! Hei, kalian gila ya?! Gue mana mau nyiksa gadis belia!" Umpat Kakucho kepada mereka.

"Justru itu yang kami cari. Kami tahu kau tidak akan setega itu menyiksa seorang gadis yang tidak tahu apa-apa." Ujar Ran.

"Lu seharusnya beruntung, Kakucho! Kalo bukan Kakak gue yang mengusulkan, lu tega liat gadis belia kayak dia disiksa habis-habisan? Bro, kita disini juga gak tega! Makanya gue sama Kakak gue pingin elu ikut serta kalau gak mau si gadis itu disiksa!" Ucap Rindou dengan luapan emosi.

Kakucho rupanya sadar, Ran dan Rindou masih ada rasa kemanusiaan yang tersisa dalam diri mereka. Padahal aslinya, Ran dan Rindou sudah bertemu (Name) sebelumnya.

"Maaf, gue kira gue harus ikut nyiksa... Kalo itu kemauan kalian, gue juga akan ikut untuk menjaga dia." Ucap Kakucho dengan wajah serius.

Ran dan Rindou lega Kakucho masih lebih baik ketimbang Izana. Tetapi saat mereka lagi berbincang, Hanma tiba-tiba muncul tanpa mengucapkan salam.

"Bagus ya, kalian disini mendiskusikan hal pribadi."

Ran, Rindou, dan Kakucho terkejut saat Hanma muncul di hadapan mereka.

"Hanma, lu ngapain disini? Lu kira bakal bisa ikut usulan Kakak gue?"

Rindou dari dulu memang tidak suka sama Hanma, apalagi ia tahu soal Hanma yang tidak memiliki empati. Hanma sudah biasa ditolak seperti ini, maka dari itu ia pun menceritakan perihal pertemuan dia dengan (Name).

"Aku sudah bertemu gadis itu sebelumnya. Dia bukan anggota Tokyo Manji kan?"

Kakucho, Ran, dan Rindou terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Hanma ternyata sudah pernah bertemu (Name).

"Kau... Kau bilang pernah ketemu? Dimana?" Tanya Ran dengan wajah tidak biasa.

"Yah... Gimana ya? Aku aslinya kebetulan aja lagi patroli, tahu-tahunya ada kelompok predator berkeliaran. Terus tuh gadis ngikutin aku mulu, makanya aku langsung kenal." Jawab Hanma.

"Lu bilang dia bukan anggota Tokyo Manji? T-tapi seragam dia...!" - Kakucho

"Asal kau tahu, Kakucho. Dia memang ada koneksi sama Tokyo Manji, tapi bukan berarti dia adalah anggota." - Hanma

Kakucho tidak habis pikir. Ternyata (Name) sama sekali tidak memiliki kaitan dengan Tokyo Manji, tapi kenapa dia harus terlibat?! Jika saja Kakucho bisa memukul Izana, sudah pasti Kakucho akan memarahinya.

"Jadi, boleh kan kalo aku ikut serta juga? Lagian aku sudah mengenal gadis itu."

Hanma tersenyum penuh arti kepada mereka. Meskipun meragukan, tetapi akhirnya mereka pun mempersilahkan Hanma untuk ikut. Hanma tentu saja senang, setidaknya kali ini ia tenang bisa menjaga (Name).

~~~

Mikey, Draken, Chifuyu, Takemichi, dan Pah-Chin menatap Baji dan Mitsuya yang terkapar di kasur dengan perban di sekujur tubuh mereka. Mereka tidak habis pikir, siapa yang melakukan hal setega ini?!

"Pelakunya belum ditemukan... Gue dapat info ini dari divisi satu." Ucap Chifuyu.

"Sial... Siapa pun mereka... Aku gak akan memaafkan apa yang mereka lakukan!" Takemichi merasa geram.

Draken hanya bisa menatap tubuh kedua temannya yang terbujur di kasur, kemudian ia menatap Mikey yang mulai memunculkan aura monsternya. Tatapannya berubah menjadi dingin, bahkan ia seperti ingin membunuh orang yang sudah berani menyakiti temannya.

"Mikey...."

Draken kemudian menepuk pundak Mikey untuk menyadarkannya. Mikey tersadar dari aura monsternya dan kembali ke sedia kala.

"Lu gak ada niatan buat balas dendam kan?"

Pertanyaan dari Draken membuat Mikey terdiam. Jujur, Mikey ingin balas dendam, masalahnya jika ia balas dendam maka ia bisa saja membunuh tanpa ampun. Mikey cuma bisa mengepalkan tangan, lalu ia membalas ucapan Draken.

"Kalo gue balas dendam... Gue gak akan segan untuk membuat orang itu tersiksa. Gue gak akan pernah maafin siapapun yang macam-macam sama teman gue."

Draken menghela napas, sudah menduga emosi Mikey tidak stabil. Sebagai sahabat dekat Mikey, Draken harus bisa mengontrol emosi Mikey.

Sementara itu, Pah-Chin tiba-tiba saja mendapat panggilan dari Erika. Panggilan itu terasa mendadak baginya, tetapi Pah-Chin menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Erika."

"H-Hayashida-kun...."

Pah-Chin menyadari saat mendengar suara Erika yang terdengar terbata-bata. Ia dengan cepat bertanya kepada gadis tersebut.

"Apa yang terjadi? Kenapa dengan suaramu?"

Erika... Dengan air mata berlinang dan gemetar sambil memegang ponsel, ia pun menjawab pertanyaan Pah-Chin sambil memeluk erat catatan milik (Name).

"(Name)... Dia... Dia diculik...."

Sesaat mendengar jawaban dari Erika... Wajah Pah-Chin memucat....

Mulutnya tidak bisa berkata apa-apa....

Dan apa yang membuat Pah-Chin merasakan kemarahan... Adalah ketika Erika mengatakan....

"Aku... Aku melihat ada seorang cowok... Mengenakan jubah merah... Dan tanda Yin Yang di punggungnya sebelum aku pingsan...."

Saat itu pula... Amarah Pah-Chin memuncak ketika ia tahu bahwa otak dalang dari semua kekacauan ini adalah Tenjiku.

つづく....

Yeeeeeyyyy akhirnya up lagiiii!

Author dari kemarin berpikir keras, soalnya kan ini juga melibatkan Kakucho dan hubungannya dengan reader. Kira-kira, kalo Kakucho dijadikan second male lead gimana ya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro