Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Desu desu

Hdc aruji, Kusanali bahasanya kaya Izuna dari No Game No Life, belakangnya pake "desu".

.

.

.

Rutinitas sehari-hari dilakukan Cyno pada umumnya, akhir-akhir ini tidak ada kejadian mengejutkan maupun berita pembunuhan secara acak, Cyno merasa sedikit bebas karena sekarang Malik tidak ada di rumah. Tidak ada di rumah.

TIDAK ADA.

Cuman nanti pasti akan ada panggilan dari Jean di Mondstadt sana karena kelakuan abstrak landak satu itu bersama teman kecilnya bernama Klee. Dari yang Cyno ketahui Klee memang anak yang paling menyeramkan dari Monstadt jadi tidak heran kalau ayahnya ini bisa akrab dengan anak kecil itu.

Slurp, slurp, Cyno sangat menikmati sarapan mie instan, sampai menyeruput kuah tanpa sisa.

Di tengah kedamaian yang diimpikannya, impiannya pecah dalam hitungan detik saat pintu rumah dan suara khas milik ayahnya bergema masuk ke ruang makan.

Reaksi pertama Cyno terhadap fenomena itu adalah keselek kuah mie, lalu lari keluar ruang makan dengan segelas air. Cyno memastikan bahwa itu emang ayahnya bukan ilusi  jahil dari Bakura.

"Yo Cyno, gua pulang dari Sumeru."

Air yang berada di dalam mulut Cyno keluar dengan indahnya bak air terjun.

Seorang anak kecil seumuran dan seukuran Klee muncul dari balik jubah kebanggaan Malik.

"Namaku Kusanali, desu. Salam kenal, desu."

Pikiran Cyno mendadak blank, tidak bisa berpikir apa yang telah Malik perbuat di Sumeru.

Ayah gua ... nyulik archon Sumeru ... semoga rumah ini ga kena gusur Keluarga Akaba ... Haitham ... maafin kelakuan ayah gua ..., doanya dalam hati penuh penghayatan.

Malik dan Kusanali berjalan memasuki ruang makan, meninggalkan Cyno yang masih dalam tahap mencerna fenomena ini.

Samar-samar Cyno bisa mendengar sapaan hangat Ryou pada Kusanali, seakan menerima begitu saja seorang archon di dalam rumah, sementara teriakan dan juga umpatan kasar terlontar dari mulut Marik pada Malik.

"Oi."

"Ah ... iya Bakura?"

"Jangan panggil aku Bakura, aku lebih tua darimu, bego."

"Tapi kita ini bisa saja seumuran."

"Gua seumuran sama Atem, sialan."

Cyno seperti mendapat hidayah mendengar pernyataan itu, dia pun berkata, "Maaf, jadi anda adalah kakek buyutku."

"Anak sialan gatau diuntung."

Tanpa ada rasa belas kasih maupun kasih sayang Bakura menendang Cyno sampai jatuh mencium lantai dengan mesra. Bakira mendengus kasar lalu pergi menuju lantai atas.

"Gua ga ikut-ikuttan ya, kalo rumah kita diancem kena gusur sama Keluarga Akaba kasihin noh si biang keroknya."

"GABISA GITU!"

"Bodo amat."

Cyno bangkit, matanya melirik ke gelas yang ada di tangannya, dia bersyukur gelas itu tidak kenapa-napa, badannya pun berbalik dan masuk ke ruang makan. Di dalam ruang makan Cyno bisa melihat Ryou sedang main kartu dengan Kusanali dan Marik yang sedang ceramah ke Malik.

"Kenapa ... aku harus merasakan ini? Huft."

Drrt ... drrrt, Cyno merasa handphonenya bergetar, ada notifikasi dari aplikasi burung biru, dia pun melihatnya. Penasaran karena di notifikasi itu tertera nama Shinobu.

Setelah membukanya, rasa menyesal pun datang. Handphone yang baru saja dia beli dengan uang hasil menang turnamen menjadi remuk. Cyno tidak bisa beli handphone yang tahan banting seperti nopia jadi jika tingkat stress Cyno sudah mencapai batas handphone ditangannya akan remuk, berubah jadi pasir.

"Capek ah, capek, gamau mikir lagi."

"YEAYYY! Kusanali menang, desu. Sekarang giliran main lawan Kak Cyno, desu."

"Ha?"

Ryou menengok ke Cyno, lalu memanggilnya dengan senyum. Cyno langsung duduk di sebelah Ryou dengan manis. Ryou meminta Cyno untuk menemani Kusanali main. Ryou meninggalkan Cyno berdua dengan Kusanali.

Ruang makan menyatu dengan ruang tamu, mereka sekarang ada di ruang tamu tertutup dengan sekat.

"Kusanali-sama, kenapa anda disini?"

"Malik terlihat menarik untukku, desu. Alih-alih menjadi sisi jahat Marik dia bisa bermain, baik pada orang-orang dan aku ingin bertemu dengan orang yang telah memanggil Dewa Ra saat turnamen, desu."

"Lalu?"

Kusanali mengambil sesuatu dari belakang pungungnya, lalu mengarahkan benda itu pada Cyno.

Benda itu mengejutkan Cyno, millennium rod ada di tangan Kusanali.

"Permainan kegelapan sudah dimulai, desu."

"Kusanali-sama?"

Perlahan ruang tamu berubah menjadi padang pasir berkabut hitam.

"Millennium item itu sangat berbahaya, desu. Tapi kamu bisa menahan aura jahat yang ada di dalam millennium ring, desu," ucapnya sembari tersenyum.

Ya, saat perubahan tempat terjadi millennium ring muncul dari dalam Cyno.

"Yang kalah akan tetap berada di dunia kegelapan seperti dia."

Millennium rod terangkat keatas, muncullah Tighnari di dalam sebuah jam pasir raksasa.

"Tighnari?!"

"Dia kalah dariku, desu. Padahal Kusanali berharap banyak padanya, desu. Kalo kamu bisa mengalahkanku Tighnari akan selamat, desu."

"Karena kejadian ini aku tidak ingin memikirkan hal yang tidak perlu dan membuatku tambah pusing, aku akan meminta penjelasan Kusanali-sama saat duel saja, satu monster yang kukalahkan satu penjelasan dari tindakan Kusanali-sama."

"Baik, desu. Tapi sebagai gantinya kalau LPmu berkurang tubuhmu akan perlahan hilang, desu."

Cyno menegak ludah, dia tidak tahu apakah bisa mengalahkan Kusanali atau tidak, yang terpenting adalah menyelamatkan Tighnari dan percaya pada deck-nya seperti yang sudah diajari oleh Yugi. Harus percaya dengan kartunya.

"DUEL!"

.

.

.

Kok bisa aku bikin cerita ini???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #crossover