Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Abshari Ayu Pratista

Setelah tragedi yang diakibatkan ulah Tama. Danta, Projo dan Abrisam malam itu mereka membuat perhitungan dengan Tama karena sudah memukuliku. Walaupun aku sudah menolaknya mereka tetap melakukan aksinya.

Semenjak itu selama satu bulan, aku tidak berkomunikasi dengan Tama. Akhirnya Lili tetap mempertahankan kandungannya. Tama pun sudah siap untuk bertanggung jawab. Namun, Lili menolaknya. Kini sudah dua bulan berlalu, mereka tetap menyembunyikan kehamilan Lili dari siapa pun. Termasuk keluarga mereka masing-masing.

Satu bulan setelah aku dipukuli Tama, dia meminta maaf padaku. Berjanji untuk menahan emosinya. Memintaku tetap berteman dengannya. Aku yang pada dasarnya sudah memaafkannya, tentu menerimanya kembali. Walaupun aku yakin, baik Datan, Projo dan Abrisam gak akan suka dengan keputusanku.

»»»

Saat baru saja selesai praktikum di sawah. Aku melihat Ayu yang kelihatan murung. Lalu aku mendekatinya, "kamu ada masalah?"

"Menurutmu bagaimana, jika seseorang yang selama lebih dari empat tahun tetap berhubungan denganku walaupun jarak jauh. Sempat bertemu beberapa kali sih. Tiba-tiba dia mengajakku serius untuk komitmen menikah. Dia bersedia pindah ke sini untuk tetap bersamaku. Ya, begitu deh… tapi, aku masih berharap sama Eka Birawa Abimanyu. Sahabatku di Jakarta. Aku masih berharap berjodoh dengannya." Aku terlonjak kaget dengan cerita Ayu.

"Hm, tapi kok bisa tiba-tiba dia mengajakmu berkomitmen seperti itu?" Tanyaku, berusaha menahan kagetku.

"Gara-gara dia nanya ke aku, aku siap untuk menikah muda gak? Ya aku jawab siap, jika ada jodohnya. Hm, tapinya aku gak ada rasa apapun pada kak Rendra. Aku hanya menganggapnya sebagai kakak dan teman yang enak di ajak bertukar pikiran karena memiliki hobi yang sama, memelihara hamster dan kelinci." Aku mengembuskan napas berat mendengar ceritanya, Ayu memberikan air gelas padaku. "Bagaimana cara menolak yang sopan ya?" Tanyanya.

Jujur aku bingung. Duh, Gusti Allah… kenapa rasanya seperti terempas, sakit mengetahui Ayu yang di ajak komitmen menikah dengan orang lain. Walaupun, kenyataannya dia ingin menolaknya. Tapi hatiku juga sakit, karena tahu dia masih mencintai si Eka sahabatnya itu. Bahkan gak tahu perasaan Eka terhadap Ayu.

"Ya, aku sebagai sahabat hanya bisa berpendapat apa kak Rendramu itu yakin dengan keputusannya. Memang mudah, mencari pekerjaan di Purwokerto. Katamu dia sudah bekerja di Surabaya. Apa dia yakin, sama kamu yang begitu sibuk."

"Nah, itu dia aku sudah bilang begitu. 'Nanti kakak kalau jadi suami Ayu, kasihan. Soalnya Ayu sibuk harus praktikum ke sawah, ke desa, ke mana-mana untuk praktikum' dia jawabnya gini, 'nanti adek kalau mau ke mana-mana biar kakak yang antar-jemput' begitu."

Tampak raut frustrasi dari wajah polos Ayu tanpa make-up apapun. Sedikit peluh yang membasahi kulit putihnya yang bersih tanpa jerawat. Kini aku melihatnya tampak cantik berkali-kali lipat. Dadaku bergemuruh tidak karuan.

"Ya, coba istikharah untuk memutuskan yang terbaik. Apapun keputusanmu aku mendukungmu." Ucapku.

»»»

Hari Senin, kulihat Ayu sudah kembali cerah tidak seperti hari Jumat kemarin. "Bagaimana, urusanmu dengan kak Rendramu sudah kelar?" Tanyaku.

Ayu mengangguk, "iya, kak Rendra paham dengan keputusanku. Walaupun aku jelasinnya, rada ngejelimet khas anak ABG labil. Hehe… lagipula usiaku masih dua puluh satu  tahun. Aku masih mau menikmati masa-masa kuliahku. Tapi, kalau Eka Birawa Abimanyu yang ngajak nikah. Aku gak akan nolak, Adam." Ujarnya berseri-seri. 'Jleb' omongannya.

"Yee, ngarep yang gak pasti itu mah! Entar tahu-tahu gak jodoh, sakit loh."

"Biarin! Kalau aku gak jodoh sama Eka, aku kan dijodohin sama masku. Stock laki-laki baik masih banyak. Gak ada yang tahu siapa jodohku." Jawabnya sambil tersenyum, lalu meninggalkanku berjalan bersama Asfi entah ke mana.

Tama menepukku, "benar kan feeling gue. Kalau lo, sekarang punya perasaan sama Ayu. Tadi gue dengar, semuanya omongan kalian. Lo juga galau gitu sewaktu mendengar cerita Ayu kemarin yang secara tidak langsung dilamar orang lain." Aku terdiam saja. Omongan Tama benar.

"Coba ajak Ayu taaruf." Kini, aku syok dengan omongan Tama. Mataku mendelik.

"Santai aja, sob. Gue bakal bantuin lo." Aku memutar bola mataku jengah dengan sarannya.

"Coba, lo pinjam jas lab sama Ayu. Kan ukuran jas labnya besar tuh. Muat juga sama lo, dia gak bakal curiga kalau lo pinjam, pura-pura ketinggalan kek. Walaupun nantinya gak lo pakai. Terus, pas balikin jas labnya di kostnya. Nanti, biar gue yang nemuin dia. Biar gue yang ngomong ke Ayu kalau lo mau taaruf sama dia."

Aku memikirkan saran Tama. "Kapan lagi untuk mencoba? Kamis kan ada praktikum lab. Bisa lah digunakan untuk alibi. Sabtu baru dibalikin. Lo ikut datang, panggil dia, tapi gue yang nemuin dia."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro