Bab 32 - Lo kenapa sih?
Komen coba, seberapa banyak org yg masih baca kisah Ethan dan Eve?
--------------------------------------
Ada yang sengaja memberiku luka, agar aku segera binasa. Padahal yang dia tidak ketahui, luka tidak akan membuatku hilang arah, ataupun malah menyerah.
Mendorong pintu kayu itu secara perlahan, Thomas tersenyum melihat kondisi Gil yang sudah menerima perawatan dengan sangat baik pada bagian luka di lehernya. Ditambah lagi ada Megan, istri cantiknya yang menemani, jelas teramat sangat indah kehidupan Gil yang orang lain lihat.
Namun sebaliknya, sudah mengenal Gil sejak dulu, Thomas paham banyak luka yang membentuk karakter Gil sampai segila ini. Terlihat diam di depan semua orang, padahal ada monster di dalam tubuh laki-laki itu yang bisa meledak kapan saja. Seperti hari ini.
Gil berhasil memancing Ethan untuk membunuhnya.
"Hei," tegur Thomas saat Gil menatapnya.
Berbisik sejenak pada Megan, perempuan itu terlihat kesal sewaktu Gil memintanya untuk keluar dari ruangan ini sebentar.
Sempat berhenti sejenak, di samping Thomas, Megan memberikan peringatan kepada laki-laki itu tanpa ada perasaan takut sedikitpun.
"Jangan macem-macem lo, Pak!"
"Iya. Kapan gue macem-macem sih?"
"Oke. Gue percaya!"
Langsung melangkah keluar, dan menutup pintu kamar ini, Thomas meresponnya dengan tawa. Kepalanya menggeleng, melihat tingkah Megan yang terlihat seperti putri kecilnya di rumah.
"Istri lo, takut banget gue bersikap macem-macem ke lo. Heran banget deh, akh. Dia lupa kali, waktu itu kalau bukan berkat gue, dia enggak bakalan mungkin dapetin lo. Capek banget!"
"Biasa, dia enggak pernah percaya sama lo."
"Sialan! Ngeselin ya si Megan. Kayak kacang lupa sama kulitnya," sembur Thomas kesal.
Mendekati Gil, melihat bagian lehernya ditutup perban, Thomas menertawakan sakit yang Gil rasakan kini.
"Enak digorok sama sepupu sendiri?"
"Hm, begitulah."
"Lagian gue aneh banget sama lo. Apalagi kali ini yang Ethan rebut dari lo? Waktu itu kan lo sendiri yang bilang, ngerebut Megan dari Ethan karena masa lalu kalian. Dimana nyokap bokap lo lebih suka Ethan dibanding lo, yang adalah anak kandung mereka. Kalau gue boleh tahu, sekarang apalagi alasan lo?"
Menatap Thomas yang penasaran, Gil menggelengkan kepala. "Kali ini enggak ada masalah kayak gitu. Cuma, gue enggak suka sama sikap dia yang goblok! Kurang ajar! Dan enggak bisa ikutin aturan gue. Udah gue bilang sebelumnya, kalau lo dapat info ini dari gue, udah jangan sebar-sebar dulu ke semua orang. Kita cari tahu dulu. Karena lo tahu sendiri, 15% saham ABSI itu milik gue. Kalau sampai perusahaan itu hancur, asset gue yang lain juga ikut kena dampak. Secara ABSI masih jadi pilar kuat gue untuk pendapatan bersih kekayaan gue. Lagian ... yah, lo bukan baru dalam industri perfilman, emangnya keuntungan dari film bisa seberapa banyak kalau film itu enggak viral? Sedikit. Kecil banget. Jadi kebanyakan gue nombok dari keuntungan ABSI."
"Terus si Ethan bisa-bisanya bongkar itu ke sosial media?"
"Iya. Brengsek banget, kan!"
"Emang lo tahu siapa pelakunya?" tanya Thomas tanpa basa basi.
"Ya, enggak lah. Gue cuma dapat isu kayak gitu. Kalau pelaku terkait narkotika Ethan itu, ada hubungannya sama orang ABSI. Ditambah lagi, mantan managernya yang sampai detik ini belum ketahuan ada di mana, juga merupakan mantan karyawan ABSI, kan? Jadi hampir 70% isu itu benar."
"Ini enggak ada hubungannya sama istri lo, kan?"
"Maksud lo, Megan?"
"Emang istri lo siapa lagi?"
"Bisa jadi lo nuduh mantan-mantan gue yang lebih pontesial jadi istri. Kan gue enggak tahu."
"Mantan mulu lo bahas! Ini masalah serius. Emang lo enggak mau bawa kasus ini ke polisi?"
Meraba-raba luka di lehernya, Gil menggeleng. "Enggak, lah. Sebenci apapun gue sama Ethan, gue enggak pernah ada keinginan penjarain dia. Kami memang ribut. Kami memang saling pukul, saling melukai. Tapi kami tidak pernah mau melibatkan hal ini dengan polisi."
"Hm. sekarang gini, lo mau gue bantu apa? Kalau masalah Ethan sengaja share ke media, jujur gue belum tahu maksudnya. Tapi gue pun yakin, dia ngelakuin hal ini pasti ada alasannya."
"Lo mau bantuin gue lagi? Lo bukannya selalu dipihak Ethan?"
"Sial lah gue, ditengah-tengah masalah keluarga macem ini. Dengerin gue, gue akan selalu berpihak sama orang yang benar. Kayak kemarin Ethan di penjara, gue yang bantuin dia buat cari-cari bukti atas barang narkotika itu. Dan kalau pun sekarang gue dukung lo, berarti gue tahu lo enggak salah. Malah yang gue pikir, kalian cuma salah paham berdua."
Membisu. Mengarahkan pandangannya pada hal lain, Gil mendengar suara tawa Thomas yang mengisi kesunyian ruangan rawat VVIP ini. Tawa itu terasa sangat lepas, seolah Thomas tidak sedang memiliki masalah apapun dalam hidupnya.
"Kenapa lo ketawa?"
"Lo sama Ethan ternyata sama. Waktu Megan datang ke lo, dan ninggalin Ethan gitu aja, gue kan yang jadi tong sampah Ethan. Banyak hal yang dia keluhkan. Tapi dari cara dia mengeluh, cara dia bersikap, kelihatan jelas dia enggak mau nambah keributan sama lo. Dia malah secara sengaja menghindar dari semua masalah itu. Karena dia enggak mau ganggu kebahagiaan lo. Begitupun lo saat ini. Lo enggak mau bawa dia kepolisi, tapi lo masih kesal sama dia. Karena ya, memang dasarnya kalian tuh saudara. Saling melindungi satu sama lain."
Mencibir tidak suka. Gil mulai memberikan sinyal-sinyal aneh dari tatapannya, agar Thomas sadar dia ingin sahabatnya itu memberikan bantuan lagi kepadanya.
"Apa? Kenapa lo tatap begitu?"
"Lo enggak bisa bantu gue?"
"Bantu?"
"Hm. Karena kasus ini udah menyebar ke mana-mana, sampai orang ABSI pun ricuh, gue minta lo sebar luasin video Ethan sama lawan mainnya. Gosipin aja mereka punya skandal panas. Dibalik adegan film. Biar masalah ini tenggelam sesaat. Gue pengen tahu, bakalan ada kompor enggak di ABSI?"
"Kompor? Itu ABSI apa rumah? Pakai ada kompor segala."
"Gitu aja lo enggak paham, Tho. Kebangetan!"
"Sialan, paham gue apa yang lo maksud! Gue lagi ngelawak aja. Lo sensitif banget. Capek ya berperan jadi karakter lain di depan orang banyak. Gue paham, cuma sama gue kan lo bisa kayak gini. Bahkan sama Megan aja, gue yakin lo banyakan pakai karakter palsu lo!"
"Diem lo!"
Sengaja mengangkat kedua jarinya ke udara, menunjukkan tanda berdamai, Thomas kembali tertawa melihat emosi Gil.
"Lo kenapa sih?"
"Gue cuma mikir apa Megan sampai detik ini masih suka sama Ethan?"
"Maksud lo? Itu anak dua biji di rumah, masih belum membuktikan?"
"Elah. Zaman sekarang, punya anak belum tentu saling cinta."
"Sekarang gue balik tanya, lo cinta enggak sama Megan? Apa ngelakuin sex sama dia cuma karena kebutuhan doang?"
Memandang jauh kedepan, Gil bersidekap sambil menggeleng. "Gue rasa sih enggak, ya! Belasan tahun nikah sama dia, gue cuma ngerasa dia perempuan yang bisa kasih gue semua hal sesuai kebutuhan gue. Kayak anak, rumah tangga, bahkan dia rela ninggalin karir demi jadi ibu rumah tangga yang sesungguhnya. Belum lagi enggak pernah nolak kalau adegan ranjang setiap saat, setiap waktu. Jadi menurut gue, Megan cuma sebagai perempuan pelengkap kebutuhan gue."
"WTF! Brengsek juga ya, lo! Si Ethan setengah mati cinta sama Megan, eh ... lo malah begini. Emang kurang ajar, lo!"
"Bukannya dia yang datang ke gue pada waktu itu, setelah gue tawari dia sejumlah uang?"
"Ya, karena waktu itu dia lagi butuh banget. Ditambah lagi, ada cowo yang hutangin dia sejumlah uang, sampai dia enggak bisa bayar, ditagih habis-habisan. Sampai diancam yang gue denger. Jadinya dia terima banget tawaran lo. Dan kemungkinan besar Megan sampai sekarang masih berhutang budi sama lo."
"Gue juga berhutang budi sama dia. Karena berkat dia, Ethan bisa ngerasain apa yang gue rasain dari sikap kedua orangtua gue."
"Gila! Lo pendendam banget ternyata!"
Tersenyum sinis, Gil melirik Thomas dari ujung matanya. "Sikap-sikap seperti ini yang enggak ada orang lain tahu. Kecuali, lo dan Ethan."
Bapak Gil ....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro