Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 30 - Keributan

Masih ada yang nungguin?



-----------------------------------------------------

Menjadi pemberani diwaktu yang tepat, tidak ada yang salah. Namun jika kamu menjadi pemberani hanya untuk menyalahkan kondisi yang tepat, adalah sebuah kebodohan.

Memakan waktu yang cukup lama, adegan yang harus Eve peranggakan akhirnya usai. Ketika asisten sutradara menempatkan end slate di depan kamera, sebagai akhir dari adegan yang baru saja ia lakukan, Eve mengembuskan napasnya cukup kencang.

Kalau boleh dia jelaskan secara jujur bagaimana pengalamannya saat ini, terasa sekali campur aduk perasaan di hati dan pikiran Eve. Dia sangat merasakan bahagia, karena project ini adalah karir perdananya dalam dunia perfilman. Namun dia juga takut, dan juga gugup atas tanggapan orang-orang, terutama tanggapan Thomas, mengenai akting yang Eve lakukan.

Sambil melangkah dengan hati-hati, Eve sengaja berdiri di belakang Thomas, yang kini masih sibuk mengulang rekaman adegan yang tadi Eve lakukan. Memberikan beberapa note khusus kepada sang asisten, Eve tahu sekali banyak koreksi atas perannya tadi. Akan tetapi baiknya, tidak ada satu orang pun di sini, termasuk para kru dan tim, yang menghina caranya berperan di depan kamera. Semuanya sangat amat mendukung Eve. Bahkan asisten sutradara yang bernama Bimo, tidak hentinya memperagakan di depan Eve beberapa gerakan yang cocok untuk adegan tersebut.

"Gimana?" tanya Thomas, sembari melirik Eve yang sedang berjongkok di sampingnya.

Sengaja menyamakan tinggi badannya dengan posisi Thomas yang sedang duduk disinggasananya, Eve hanya bisa diam, memerhatikan betapa hancurnya ekspresi dia dalam rekaman video tersebut.

"Susah, Pak."

"Ya, namanya baru pertama kali. Apa yang bisa kita semua harapkan? Kesempurnaan? No! Kita hanya mencari artis baru yang penurut. Yang mau diajarkan. Seperti yang tadi saya lihat. Sewaktu kamu belajar semua adegan dengan Bimo."

"Pak ... kirain pak Thomas bakalan marah lihat akting buruk saya. Saya bener-bener malu, Pak. Dan saya benar-benar bersyukur, di sini enggak ada yang menghakimi saya. Enggak ada yang marah-marah karena saya harus melakukan beberapa kali take hanya untuk satu adegan. Saya pikir tadinya, kalian semua, termasuk pak Thomas akan marah sama saya.Tapi ternyata ...."

"Enggak lah, hanya orang bodoh yang akan marah pada aktris pemula. Satu dua kali take lagi, kamu akan lancar seperti yang lainnya. Percaya sama saya. Yang penting di sini kamu harus lepas, all out. Jangan jaim-jaim. Jangan tahan-tahan teriakan, atau cara kamu buka mulut, dibuka aja lebar-lebar. Enggak perlu takut kelihatan jelek di kamera, no! Kalau kamu udah berani all out, kamu pasti akan punya ciri khas atau karakter sendiri sewaktu menjalani peran. Dan ketika hal tersebut sudah bisa kamu genggam, maka kesuksesan sudah ada di depan matamu."

"Terima kasih, Pak. Saya akan terus coba. Saya akan malu jika sampai gagal."

"Enggak usah seperti itu, dilakukan aja pelan-pelan. Ini baru hari pertama. Masih ada ya ... kurang lebih 1 sampai 2 bulan lagi waktu kita. Jadi, kamu harus benar-benar sukses berakting sebelum project film ini selesai. Bagaimana?"

"Siap, Pak. Saya siap belajar semuanya."

"Bagus ... saya akan ...."

"Pak ... ada yang ribut di villa sebelah."

"Akh? Ribut? Siapa?"

"Pak Gil dengan mas Ethan."

Mendengar dua nama yang ia kenal dekat sedang melakukan keributan, buru-buru Thomas dan kru lainnya berlarian ke arah villa sebelah, dimana sebelumnya mereka pakai untuk tempat menginap artis dan para kru sejak semalam.

"Eve ... Eve," panggil Vlor kencang.

Dari arah pintu luar, ia melihat Eve hanya diam sewaktu orang-orang berlarian keluar demi melihat dan memisahkan perkelahian antara Gil dan juga Ethan. Namun anehnya, Eve tidak sedikitpun bergerak. Otaknya seolah lambat tuk merespon kedua nama itu, sampai akhirnya Eve mendengar namanya dipanggil oleh Vlor.

"Ya Tuhan, dia malah bengong."

Sedikit berlari, masuk ke dalam lokasi syuting Eve, serta berlawanan arah dari orang-orang yang berlarian keluar, Vlor menarik lengan Eve, menyadarkan perempuan itu dari lamunannya.

"Ih, lo malah bengong aja. Gue panggil-panggil dari tadi. Ayo, lo mau lihat Ethan sama pak Gil ribut enggak?"

"Akh? Jadi ... jadi beneran mereka ribut?"

"Iya. Dari tadi. Cuma sebelumnya, kita dengar suara pak Gil teriak-teriak. Semuanya di luar pada was-was banget. Sumpah deh, serem banget. Dan sewaktu ada kayak barang pecah, baru kita semua berusaha masuk ke dalam, buat pisahin mereka."

"Terus kondisi di dalam gimana?"

"Ya enggak tahu. Tadi sih gue lihat Ethan lagi cekek lehernya pak Gil."

"APA?????"

"Iya. Ayo buruan makanya!"

Sama-sama berlari menuju villa sebelah, semua orang sudah sangat ramai mengerubungi tempat itu. Bahkan jeritan dari Megan membuat Eve dan Vlor merinding ketakutan. Jangan-jangan telah terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan antara Ethan dan Gil.

***

30 menit sebelumnya...

Mengarahkan Gil untuk ke villa sebelah agar mereka bisa bicara secara leluasa, Ethan sempat tersenyum ke arah Vlor, seolah masih berhubungan dengan pertanyaan laki-laki itu sebelumnya.

Karena tak kuasa menerima tatapan menyebalkan dari Ethan, buru-buru Vlor melarikan diri dari laki-laki itu. Dia melangkah ke arah yang berlawanan dari tempat yang ingin dituju oleh Ethan dan juga Gil, mencoba bersembunyi dari ancaman-ancaman yang Ethan ucapkan kepadanya.

Sekalipun Ethan tidak menyebutkan secara spesifik hal apa yang diketahui oleh laki-laki itu tentang dirinya, namun tetap saja rasanya Vlor menjadi amat sangat was-was dalam setiap pergerakan yang akan dia lakukan.

"Megan enggak lo ajak?"

"Enggak perlu."

"Kenapa? Siapa tahu dia masih ada hubungan juga dengan ...."

"Enggak ada. Itu cuma akal-akalan lo aja!"

Sambil membuka pintu, dan mempersilakan Gil masuk, Ethan masih bisa tuk tersenyum. Bukankah menggoda Gil, yang sedang dalam mode emosi, adalah hal yang paling menyenangkan?

"Lo mau minum apa?"

"Enggak perlu!"

"Sianjir, kenapa lo emosi amat sih? Aneh banget gue lihatnya. Harusnya tuh yang emosi gue, bukan lo! Tapi kenapa ini malah kebalikannya?"

"Gue emosi itu wajar! Kalau lo yang emosi itu, kurang ajar! Kan dari awal bilang kalau info itu belum valid. Enggak usah lo sebar sana sini. Lo keep dulu, sambil gue cari info yang lainnya. Tapi apa yang lo lakuin? Lo malah sengaja kasih semua itu ke pers! Ya dilahap habis sama mereka. Bahkan ditambah-tambahkan hal yang enggak benar, kayak nama Megan dibawa-bawa. Hei, bung. Megan enggak tahu apa-apa. Lo salah sasaran kalau mau nyerang dia."

"Salah sasaran? Apa karena dia itu istri lo, makanya lo sampai se- over protectif gitu sama dia? Inget, bro. Istri itu mantan gue."

Ditempeleng cukup kuat, Ethan hampir saja tersungkur menerima perlakuan kasar Gil, yang rasanya sudah lama sekali tidak dia lihat dan Ethan rasakan.

"Wow. Akhirnya Gil yang asli keluar lagi. Kenapa lo? Udah enggak bisa tahan emosi, ya? Apa karena gue nyenggol Megan, makanya lo begini. Aneh banget lo. Semuanya udah gue kasih, tapi masih aja emosi sama gue. Kurang baik apa gue sama lo?"

"Lo kasih apa? Kasih Megan? Lo lupa, Megan sendiri yang datang ke gue. Karena dia enggak mau punya cowok seposesif lo! Dia enggak suka lo atur-atur. Lagi pula, dia datang ke orang yang tepat. Perempuan mata duitan kayak dia, emang cocoknya sama laki-laki kaya raya kayak gue. Bukan seperti lo, aktor lapangan, yang feenya cuma diatas rata-rata!"

Membalasnya dengan sebuah pukulan kencang, Gil berhasil terjungkal ke belakang. Berusaha berdiri kembali dengan sisa-sisa tenaganya, Ethan tidak sedikitpun memberikan waktu untuk laki-laki itu bangkit. Dia mendorong Gil kembali dengan sekuat tenaga, kemudian menarik kerah baju Gil, sembari memberikan ancaman kepada kakak sepupunya itu.

"Lo boleh rebut dia dengan uang. Tapi gue enggak yakin dia cinta sama lo! Gue yakin perempuan yang suka uang kayak dia, enggak akan pernah setia."

"Really? Lo yakin dia bakalan selingkuh dari gue? Emang kurang bukti selama belasan tahun nikah sama gue, dia enggak pernah macem-macem. Yang ada gue selalu buat dia kusut, demi ngelayanin napsu gue setiap malam, sampai pernah masuk rumah sakit karena hal itu. Apalagi bukti yang perlu gue tunjukin. Karena dari awal lo udah kalah!"

Semakin tak kuasa menahan amarah, Ethan mencoba menarik salah satu vas bunga yang berada di atas meja kayu, dekat dengan posisi mereka kini, kemudian dengan sengaja Ethan banting ke lantai hingga vas tersebut hancur berantakan.

"Selagi lagi lo ngomong, lo siap mati di tangan gue!"

"Coba lo kalau berani. Sampai lo buat gue luka, lo bakalan dikubur hidup-hidup sama orang-orang gue!"

"BANGSAT!!!!"

Sengaja menoreskan ujung vas yang tajam itu ke leher Gil, perlahan darah segar keluar dan mulai membanjiri lantai putih ini.

"AAAAAA!!!"

Teriakan Gil menjadi akhir dari perkelahian mereka. Saat pandangan Gil mulai menggelap karena darah yang keluar dari bagian lehernya, bayang-bayang ia melihat wajah Thomas menarik tubuh Ethan menjauh dari tubuhnya.

"PAK GIL!!!"

"SAYANG!!!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro