#22
"Chaeyeon-ah!"
Yoon Min Ji dengan napas sedikit terengah berhenti, menumpukan tangan di lutut, menghirup udara banyak-banyak, baru kemudian berlari lagi menghampiri Chaeyeon yang berdiri di depan pintu lift. Tangannya menggenggam ponsel dengan layar masih menyala. Tanpa perlu berbasa-basi, dia segera menyodorkan benda itu di depan muka Chaeyeon.
"Kau sedang apa?" Chaeyeon menjauhkan sedikit ponsel Min Ji karena terlalu silau dan dekat. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali untuk menetralkan kembali cahaya yang masuk retina.
"Kau tahu, penyanyi Yoon Sanha, bukan? Yang beberapa waktu lalu siaran denganmu. Sebentar, akan kucarikan artikel yang lebih lengkap." Min Ji berkata sambil sibuk menggulir layar, berusaha menunjukkan sesuatu.
Gara-gara muka Min Ji yang heboh seperti itu, Chaeyeon jadi penasaran apa yang ingin gadis itu sampaikan. Dia refleks melirik lagi ke arah ponsel Min Ji, tetapi tak yakin bisa membaca tulisan kecil-kecil yang berderet di sana. Oleh karenanya, dia mencoba tak peduli dan menunggu teman dekatnya itu bicara.
"Kau bisa langsung mengatakannya," ujarnya.
Memastikan laman yang dicari sudah tepat, Min Ji kembali mendekat. Sebuah artikel dengan judul yang ditulis besar-besar segera disuguhkan. Tak perlu menunggu waktu lama bagi Chaeyeon untuk merasa terkejut dengan sebelah tangan refleks menutup mulut yang sedikit ternganga.
"I-ini sungguhan?" Chaeyeon tampak tidak percaya. Setelah meneguk ludah dengan susah payah, dia menyahut ponsel Yoon Min Ji, mengutak-atiknya sambil menahan getar yang menjalari tangan. "Aku baru bertemu dengannya pekan lalu."
Jung Chaeyeon masih sibuk menjelajahi berita terkini. Nama Yoon Sanha terpampang di mana-mana. Penyanyi muda itu dikabarkan menghilang selama berhari-hari dan belum bisa ditemukan hingga detik ini. Berbagai macam spekulasi langsung bermunculan. Banyak artikel yang menulis berita ini dengan judul yang dilebih-lebihkan. Itu cukup mengejutkan bagi Chaeyeon karena dia baru saja berjumpa dengan laki-laki itu belum lama ini. Dan laki-laki itu masih seperti terakhir kali ketika mereka siaran bersama.
"Dia tidak hadir di pemotretan majalah di Gangnam. Sejak hari itu, dia tak muncul lagi di mana pun. Jadi, kapan lebih tepatnya kau bertemu dengannya? Kau tidak melihat hal-hal yang mencurigakan?" Min Ji mendadak menjadi detektif yang berusaha mencari informasi terkini dari seorang saksi.
"Hm ... aku tidak yakin, tapi dia terlihat baik-baik saja." Chaeyeon sebetulnya agak sangsi. Tapi memang begitulah yang terlihat. "Dia bahkan sempat datang kemari untuk mengantar kopi. Setelah itu, aku belum bertemu dengannya lagi," lanjutnya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Suara yang teramat familier memecah obrolan Yoon Min Ji dan Jung Chaeyeon. Keduanya kompak menoleh. Mulut Min Ji sudah terbuka, tetapi langsung urung ketika perasaannya mendadak tidak enak. Lalu ketika menyadari bahwa orang yang tak diharapkan datang. Keduanya segera menyuguhkan raut muka kikuk. Ini jelas bukan pertanda baik.
Pria itu, Nam Jin Hyuk. Produser yang namanya bakal diingat Jung Chaeyeon sampai mati. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa pria itu ada di mana-mana. Persis seperti Song Baekchan yang menyebalkan.
"Bukankah di saat begini waktunya bekerja?" Jin Hyuk meletakkan kedua tangan di pinggang sambil memasang muka senior galak yang disegani banyak junior. "Apakah ada hal yang lebih penting untuk dibicarakan?" Matanya mendelik ke arah Min Ji dan Chaeyeon secara bergantian. Sementara jari telunjuk kini sudah melayang-layang, menunjuk-nunjuk muka dua gadis malang itu dengan tatapan seperti mengancam.
"Apalagi kau." Jin Hyuk menghentikan telunjuk tepat di depan muka Jung Chaeyeon. "Mau kuganti saja dengan DJ lain yang lebih kompeten, huh?" ancamnya.
"Baik, PD-nim, aku akan bekerja lebih keras."
Chaeyeon buru-buru membungkuk penuh hormat, kemudian membubarkan diri tanpa diminta, melupakan soal Yoon Sanha yang tadi jadi topik pembicaraan. Tentu saja Yoon Min Ji tak akan diam begitu saja. Sebelum Jin Hyuk melayangkan peringatannya, gadis itu sudah melesat terlebih dulu, mengikuti ke arah Chaeyeon pergi.
•ㅅ•
Penyanyi muda Yoon Sanha menghilang. Diduga penculikan.
Yoon Sanha tidak menghadiri pemotretan di Gangnam. Manajer : Dia tiba-tiba tidak bisa dihubungi.
Sempat diikuti Sasaeng Fan, Penyanyi Yoon Sanha menghilang tanpa kabar.
SanhaLove, penggemar Yoon Sanha minta agensi buka suara perihal hilangnya idola mereka.
"Ah, mereka terlalu berisik."
Benda pipih berlayar lebar yang semula digenggam kini digeletakkan. Pandangannya bergulir pada laki-laki yang meringkuk di lantai dengan tali membelit tubuh, sedang pada bagian mulut telah diikatkan sebuah kain yang mampu membungkam bila sewaktu-waktu pemuda itu meronta dan mencoba berteriak. Sekilas seringai di sudut bibir terbit. Kakinya yang dibalut sepatu bot hitam mengkilat bergerak maju. Ketukan intens di lantai membuat si laki-laki akhirnya mulai membuka mata usai jatuh pingsan akibat sesuatu yang disuntikkan secara rutin ketika sadar.
Sama seperti sebelumnya—dan sesuai yang sudah diperkirakan—laki-laki itu segera bergerak-gerak. Suara yang coba dikeluarkan hanya mampu didengar oleh telinganya sendiri. Urat-urat di leher yang timbul membuat mukanya memerah. Baru ketika merasa napasnya tersengal dan tenaganya mulai mengendur, dia menghentikan pergerakan untuk sejenak. Butir keringat menyebar di sekujur tubuh. Dadanya terlihat naik-turun. Susah payah dia mencoba melepaskan diri, tetapi rasanya sia-sia.
"Kenapa kau berusaha begitu keras? Tidak akan ada yang mendengarmu."
Orang itu berhenti. Tubuhnya diturunkan demi melihat muka yang tak berdaya itu memohon. Walau dia yakin, laki-laki itu tidak akan pernah mau melakukannya. Ya, hal itu pun tentu sudah masuk perkiraan. Mana mungkin permohonan itu akan keluar begitu mudah dan cepat? Barangkali bila bilah tajam menyayat wajah rupawan itu, barulah kalimat penuh ampun terlontar berkali-kali. Tapi, lagi-lagi, itu hanya perkiraan. Seorang Yoon Sanha bukan orang yang bisa ditaklukkan dengan mudah meski imejnya ketika di panggung begitu lembut dan rapuh.
Sebelah tangan yang dibungkus sarung tangan berbahan kulit sintetis segera dilepas. Jemari itu mulai bergerak, menyentuh halus pipi si laki-laki yang menatapnya penuh kebencian. Rambut yang menempel di wajah karena keringat diseka perlahan sambil mengusapnya dengan tatapan yang membuat laki-laki Yoon itu merasa ngeri.
"Kau harus tetap bersamaku," ujarnya. "Jadilah milikku, dan kau akan bebas. Hm?"
Yoon Sanha masih berusaha melepas ikatan yang membelit tubuh. Ia makin berontak ketika jemari perempuan di hadapannya itu mengusap pipi serta menyeka keringat di wajah lebih intens. Baru di detik berikutnya—entah inisiatif dari mana dan apa yang coba direncanakan—kain yang membekap mulut ditarik kasar. Mulut Yoon Sanha spontan terbuka demi meraup udara bersih sebanyak-banyaknya. Walau pada kenyataannya, ruangan ini terlalu pengap untuk bisa mendapat kualitas udara yang mumpuni. Bibirnya pucat kering. Mantel yang membuatnya tetap hangat sudah disingkirkan entah ke mana. Kancing pada kemeja bagian atas terbuka karena terlalu banyak bergerak. Debu menempel, mengotori pakaian dan wajahnya yang berembun. Bintang muda yang banyak diidolakan ini terlihat begitu menyedihkan. Dia berantakan dan tak bisa berbuat apa pun selain meneteskan air di mata secara diam-diam kala ujung kuku mencengkeram kulitnya hingga terluka.
"Dasar, perempuan gila. Lepaskan aku!"
Pada dasarnya, seorang Yoon Sanha yang ceria belum pernah berteriak sambil mengutuki seseorang seperti ini. Namun, dalam keadaan begini dia harus melakukannya. Barangkali ada orang di luar yang tak sengaja mendengar suaranya. Dan, yah, dia melupakan kalau perempuan itu sudah mengatakan bahwa tak akan ada orang yang mendengarnya. Sungguh menyedihkan.
"Oppa, bagaimana bisa kau mengatakan itu padaku? Kau juga tahu kalau aku mencintaimu. Kau pun sama. Bukankah begitu?" Kulit pipi Yoon Sanha kembali diusap lembut. Tatapan tegas tadi berubah seperti seorang pemuja. Ada segaris senyum yang disunggingkan.
"Kau salah kalau berpikir seperti itu. Aku tidak mencintai penggemar yang melakukan ini padaku. Kau seharusnya mengerti batasan antara penggemar dan idolanya." Tubuh Yoon Sanha kembali bergerak-gerak, meronta sekuat tenaga. Kakinya menendang udara dengan sia-sia.
"Oppa, kau tahu kalau kata-katamu bisa melukai perasaanku, bukan? Lagipula, kau akan hidup bersamaku sampai mati. Kalau hal itu mustahil, maka aku harus membunuhmu supaya bisa memilikimu seutuhnya."
Perempuan muda yang usianya tak terpaut jauh dengan Yoon Sanha itu mulai membantu sang idola duduk. Kemeja yang kotor terkena debu segera dibersihkan. Dari saku mantel dia mengambil selembar tisu basah untuk membersihkan wajah laki-laki Yoon tersebut.
Sanha segera memalingkan muka. Dia merasa tak harus menerima perhatian semacam itu. Kalaupun dia harus mati di tempat ini dan kariernya hilang, itu lebih baik daripada harus berakhir dengan perempuan gila yang terobsesi dengannya.
"Omong-omong, aku tidak suka dengan DJ radio itu. Jung Chaeyeon. Dia selalu berusaha sok akrab dan manis saat bertemu denganmu. Aku sangat terganggu." Perempuan itu berbicara sambil menekuri kuku tangan yang dicat merah. Lalu saat memandang laki-laki Yoon yang tak berdaya, mukanya dibuat secerah dan semanis mungkin, mengikuti apa yang dilakukan Jung Chaeyeon.
"Bukankah aku lebih baik?" tanyanya. Namun Yoon Sanha hanya bergeming, membuat senyum di bibir perlahan kendur. "Oppa, kau harus menjawabku dan mengatakan iya. Kenapa kau diam saja? Kau tidak ingin aku menyakitimu, bukan?" Kemudian tangannya terjulur ke depan, membantu mengancing kemeja Yoon Sanha yang terbuka, dan terakhir, dia menepuk kedua bahu laki-laki itu untuk merapikan penampilannya yang kacau.
"Kalau kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak akan punya pikiran untuk menyakitinya," tegas Yoon Sanha. Rahangnya sudah mengeras dengan tatapan menajam. "Dan juga, jangan sentuh Chaeyeon Noona kalau kau tidak ingin menyesal. Jangan libatkan orang lain dengan urusanmu."
"Tapi caramu memandang wanita itu membuatku ingin marah. Kau menyukainya, Oppa? Kau tidak boleh melihat orang lain kecuali aku."
Wajah Yoon Sanha yang berpaling kembali ditarik ke depan. Dipandangi laki-laki itu lekat dan lama. Tisu basah yang tadi habis dipakai, kini digunakan lagi. Perih segera menjalar ketika cairan dari tisu mengenai luka memanjang di leher laki-laki Yoon tersebut.
"Karena sekarang kau menyebutkannya, aku ingin mempertimbangkan untuk menyapa Jung Chaeyeon yang kaukagumi itu." Kakinya ditegakkan. Sebelah tangannya mengeluarkan sepotong kain baru yang masih bersih. Tanpa menunggu lebih lama, dia melilitkan kain itu untuk membungkam mulut Yoon Sanha yang kembali meronta. Terakhir, sebuah jarum suntik dan tabung kecil dikeluarkan dari saku mantel. Ujungnya yang tajam segera menembus kulit, membuat laki-laki yang mukanya kelewat pucat dan lemas itu mulai tenang. Tubuhnya perlahan merosot, lalu jatuh ke lantai semen yang dinginnya cukup membuat tubuh menggigil.
•ㅅ•
draft : 2021년 11월 10일
published : 2021년 11월 13일
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro