#18
"98,1 YBS Radio. Selamat sore, pendengar Love Letter : 4 PM's Confession. Sudah lima puluh menit lepas dari jam empat sore. Masih ada sisa banyak waktu untuk bergabung.
"Bila ada pesan yang tidak bisa disampaikan secara langsung, inilah saatnya kalian menyuarakan perasaan yang selama ini mungkin sulit diungkapkan. Jangan menundanya terlalu lama karena saya cukup paham bagaimana menyiksanya itu. Ungkapkan sekarang juga atau penyesalan akan datang dan terus membayang-bayangi. Sangat menakutkan, bukan?"
Chaeyeon melepaskan udara di ruangan 5 x 5 meter beraroma sitrus yang menyegarkan tersebut. Jemarinya masih menempel pada ujung lembaran kertas yang disatukan dengan sebuah penjepit kertas berbentuk lucu. Di depan sana, Kang Eunbi dan Nam Jin Hyuk memperhatikan penampilannya dengan raut serius. Sesekali Kang Eunbi akan mengecek teks siaran yang tersuguh di depannya, lalu memberi sebuah instruksi berupa gerakan isyarat bila Chaeyeon nyaris melakukan kesalahan.
Chaeyeon kembali menunduk, menatap kumpulan huruf yang tercetak dengan garis stabilo warna-warni yang sengaja ditandai ketika dia sedang latihan berbicara di depan cermin dan mempelajari nada bicara agar tidak terdengar aneh. Kang Eunbi selalu mengkritik kalau suaranya terdengar kaku dan kurang natural dalam beberapa momen.
"Nah, sore hari ini saya ditemani tamu yang sangat spesial. Seorang penyanyi solo muda berbakat yang baru saja merilis single terbarunya." Chaeyeon melirik ke samping. Seulas senyum bersahabat segera disunggingkan pada seorang laki-laki yang duduk bersebelahan dengannya. "Yoon Sanha-ssi, silakan menyapa para pendengar dengan hangat."
Laki-laki muda yang dipanggil Yoon Sanha itu segera mendekat ke arah mikrofon di depannya. Headphone terpasang di kepala yang rambutnya dicat cokelat terang.
"Ah, terima kasih Chaeyeon Noona." Suara Yoon Sanha masih terdengar kaku. Cukup kentara bahwa acara radio adalah hal baru yang dilakoninya setelah dua tahun debut sebagai penyanyi solo yang lagunya mendapat sambutan hangat dari para penggemar. "Tunggu, bolehkah aku memanggilmu Noona?" Laki-laki itu bertanya untuk memastikan. Wajahnya terlihat begitu polos, tetapi berseri-seri.
Chaeyeon tertawa, lalu mengangguk penuh maklum. "Tentu saja. Silakan memanggilku dengan lebih nyaman dan santai."
"Baiklah. Terima kasih banyak, Noona," katanya. "Halo, saya Yoon Sanha. Ini adalah kesempatan berharga bisa menyapa pendengar sekalian bersama Chaeyeon Noona yang cantik. Rasanya begitu menakjubkan. Kuharap kalian tidak bosan mendengar suaraku untuk satu jam ke depan. Tolong tetaplah bersama sampai akhir."
Penyanyi muda itu menyapa ramah. Bahkan tanpa sorotan kamera pun, dia tetap bertingkah lucu—tingkah yang kerap Chaeyeon lihat ketika laki-laki itu tampil di acara ragam. Melihat itu membuat Chaeyeon gemas. Ini kali pertamanya dia bertemu dengan laki-laki tersebut. Wajahnya jauh lebih menggemaskan bila dilihat sedekat ini. Namun karena ini sedang siaran, ia tak bisa menunjukkan banyak reaksi atau Kang Eunbi akan melayangkan tatapan membunuh padanya.
"Astaga, penggemarmu pasti beruntung sekali memiliki idola sepertimu. Pendengar, Sanha-ssi ini begitu ceria dan menggemaskan. Senyumannya mampu membuat kalian merasa hangat di musim gugur yang semakin dingin. Pasti kalian tidak sabar untuk mendengar nyanyiannya, bukan?"
Laki-laki Yoon itu segera tertawa. Tawa renyah malu-malu yang membuat siapa pun yang mendengarnya merasa gemas.
"Ah, Noona. Jangan begitu. Ini membuat wajahku langsung panas dan merah. Tapi terima kasih banyak atas pujiannya. Aku akan berusaha lebih keras lagi." Dan memang benar itulah yang terjadi. Ujung telinga laki-laki itu memerah seiring pipinya yang menciptakan semburat halus berwarna serupa.
Chaeyeon hanya tertawa senang menanggapi laki-laki muda awal 20-an tersebut. Netranya segera fokus ke arah layar monitor begitu Kang Eunbi mengingatkan agar tetap fokus dan tidak terlalu banyak bercanda di luar konteks. Heol, hidupnya sepertinya hanya berwarna hitam dan putih. Chaeyeon menahan diri agar mulutnya tak mengatakan kalimat itu.
"Wah, luar biasa. Begitu Sanha-ssi menyapa, banyak sekali pesan yang masuk. Dari Sanhalove-nim, Oppa aku sekarang sedang berada di tempat les, tapi aku memilih menyalakan radio demi mendengar suaramu." Chaeyeon mulai memilah pesan, dan membaca salah satu di antaranya secara acak.
"Ne, Sanhalove-nim. Ah, aku sangat berterima kasih karena telah mencintaiku dan mendukungku. Tapi aku sangat berharap kalau kau menyimak pelajaranmu dengan baik. Aku senang kalau penggemarku bisa rajin belajar." Sanha menbalas dengan nada bicara terlampau ceria dan menyenangkan.
"Selanjutnya dari 1004-nim, aku sedang berada di titik yang sulit. Bisakah Oppa menyemangatiku?" Chaeyeon lanjut membaca pesan. Sanha yang duduk di sampingnya ikut fokus pada layar monitor.
"Semangat! Hari yang baik akan segera datang. Jadi tolong tahan sebentar saja. Aku sangat yakin 1004-nim adalah orang yang kuat."
Chaeyeon kembali membaca salah satu pesan sebelum ada jeda untuk pemutaran lagu berikutnya. Netranya refleks terarah pada satu pesan yang tampak begitu mencolok. Langsung saja dia membacakannya untuk laki-laki Yoon tersebut.
"Sanha-ssi, ada yang ingin diucapkan selamat ulang tahun olehmu. Namanya Kim Yuri." Chaeyeon menoleh. Dia menunjukkan pesan yang terpampang di layar monitor dengan baris-baris pesan yang terus bergerak, kemudian hanya ada satu pesan yang diam di tempat. Sanha menggeser duduknya agar lebih dekat.
"Kim Yuri-ssi, selamat ulang tahun. Semoga hal baik selalu mengiringi setiap langkahmu. Terima kasih sudah mendengarku hari ini. Jangan lupa kenakan pakaian hangat."
"Wah, manis sekali. Aku iri betapa Sanha-ssi sangat perhatian kepada penggemarnya." Chaeyeon seperti mewakili para penggemar remaja perempuan di luar sana. Raut mukanya menyiratkan rasa kagum yang tulus. "Nah, sebelum kita lanjut ke sesi berikutnya, mari dengarkan dulu lagu dari album debut Yoon Sanha-ssi, Break."
Lagu perlahan diputar. Detik berikutnya, sebuah pesan muncul di layar ponsel Chaeyeon yang tiba-tiba menyala.
Jung Chaeyeon, Manajer Lee memanggilmu ke ruang kerjanya setelah siaran selesai.
•ㅅ•
Chaeyeon membuka satu-satunya bir kemasan kaleng yang dibeli di minimarket dekat gedung YBS. Kakinya melangkah gontai dengan sebelah tangan dimasukkan ke saku demi menghalau udara yang lebih dingin dari hari sebelumnya. Chaeyeon meneguk bir itu setelah duduk di bangku berbahan besi, menikmati kesendiriannya sambil meratapi apa-apa yang terjadi hari ini.
"Aigoo." Chaeyeon meloloskan napas. Rasanya semua hal begitu melelahkan. Kaleng bir yang berada di pangkuan dipandang sebentar. "Aku harusnya membeli lebih banyak." Dia meneguk birnya lagi, lalu menarik sudut bibir agar bisa tersenyum. Senyuman getir yang membuat hidungnya mulai berair.
"Chaeyeon-ah, aku terpaksa harus mengganti posisimu kalau kinerjamu masih seperti ini. Seorang DJ Radio secara tidak langsung merepresentasikan nama perusahaan. Banyak surat keluhan yang masuk semenjak insiden kau menyumpahi penelepon waktu itu. Aku hanya menyediakan waktu sebulan untuk memutuskan apakah kau masih pantas untuk posisi itu atau tidak. Jadi, pikirkanlah baik-baik. Perbaiki apa pun itu yang menurutmu perlu kauperbaiki. Hanya ini kesempatanmu."
Chaeyeon kembali teringat tentang perkataan Manajer Lee. Hanya ada waktu satu bulan untuk membuktikan bahwa dia masih layak berada di sana, membacakan surat-surat manis, berbagi cerita dari kisah yang dikirim pendengar, memutarkan lagu untuk orang-orang yang mungkin saja tengah kelelahan usai bekerja, lalu bisa kembali bersemangat setelah mendengar acara siarannya. Mengingat hal seperti itu membuat dia jadi berpikir apakah perlakuannya saat itu separah itu? Apakah orang tidak bisa menilai mengapa dia terpaksa berkata begitu?
Baiklah, katakan saja kalau dia memang ceroboh dan perlu meminta maaf. Itu memang benar adanya. Pun dia sudah meminta maaf secara resmi dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Tapi diperlakukan seperti ini rasanya sedikit menyesakkan.
"Apakah kinerjaku memang seburuk itu?" Chaeyeon bergumam. Panas yang menjalar di pelupuk mata segera dienyahkan jauh-jauh. Dia tidak ingin menangisi hal semacam ini. Yang perlu dilakukan adalah bekerja dengan baik. Dan dia akan belajar mengabaikan Song Baekchan kalau laki-laki itu meminta tolong dengan pekerjaan yang memberatkan dan keterlaluan. Dia sudah cinta dengan pekerjaannya saat ini. Namun pertanyaannya, apakah bakal semudah itu?
"Ah, sudahlah. Lebih baik aku pulang saja."
Chaeyeon bangkit. Mengembangkan seulas senyum walau tipis-tipis. Kaleng bir yang telah kosong dilempar ke tempat sampah. Kedua tangannya masuk ke saku mantel. Kakinya menyusuri trotoar dengan langkah sedikit lebih optimis. Dendangan kecil untuk menghibur diri sendiri terdengar samar-samar. Semua akan baik-baik saja.
"Oh, bukannya itu Kim Mingyu-ssi?"
Pada sebuah jalan yang lebih sepi, Chaeyeon mendadak berhenti. Netranya menangkap presensi yang mirip Kim Mingyu tak jauh di depan sana. Otomatis kakinya bergerak maju, mengikuti ke mana perginya laki-laki tersebut.
"Aku yakin, aku tidak salah lihat," monolognya ketika orang itu merapatkan topi dan mulai masuk ke jalanan sempit dengan penerangan minim. Meski agak ragu, dia tetap berusaha mengikuti diam-diam.
"Apa yang dia lakukan di sini?" Chaeyeon semakin menambah kecepatan. Laki-laki itu pergerakannya terlalu gesit. Dia hampir tak bisa mengikuti kalau tidak sambil berlari-lari kecil. Dan di saat begini, dia mulai berpikiran kalau kemungkinan besar salah mengenali orang. Tapi, penampilan yang melapisi tubuh si laki-laki tak berbeda jauh dengan Kim Mingyu ketika bekerja di toko bunga.
"Oh? Ke mana perginya?" Chaeyeon celingukan begitu kakinya sampai pada sebuah pertigaan jalan. Hanya ada satu lampu penerang yang berpendar di tengah-tengah. Udara dingin membuat Chaeyeon menggosokkan kedua telapak tangan sebelum lanjut berjalan—atau mungkin akan lebih tepat kalau disebut berlari.
Belum sempat Chaeyeon melangkah lagi, dari sebuah gang di sebelah kiri yang dipenuhi bak-bak sampah, dia bisa melihat orang tadi terlibat sebuah perkelahian—ia tak terlalu yakin dengan penglihatannya, dan apakah hal itu bisa disebut perkelahian atau bukan.
Tubuhnya segera merapat ke tembok yang tidak mendapat cahaya dari lampu jalan. Mengendap-endap untuk melihat lebih dekat. Mengamati dua orang saling adu jotos, mencengkeram, membanting, dan—
"Astaga, yang barusan itu apa?" Chaeyeon refleks menutup mulut dengan napas tercekat. Suara tembakan mengudara. Satu orang tumbang. Dan dengan jarak sedemikian dekat, dia bisa melihat sesuatu menggenang di aspal.
•ㅅ•
draft : 2021년 10월 23일
published :2021년 11월 13일
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro