Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Hunter's Academy

Recap :
Saat Kaitley sudah sampai di bibir portal, Dean menarik Kaitley masuk ke dalam portal itu dengan cepat sebelum Kaitley berubah pikiran. Portal itu kemudian lenyap secepat mereka berdua masuk ke dalamnya. Awan-awan yang berkumpul di atasnya kembali menyebar. Keadaan kembali seperti biasa. Atau setidaknya itulah yang mereka kira.

                               ****

Setelah memasuki portal, Kaitley merasakan sensasi yang ganjil merayap di seluruh tubuhnya. Ia bisa melihat tangannya memanjang dan memendek, kakinya yang melengkung ke arah yang tidak memungkinkan, dan lehernya yang terasa begitu panjang saat ia menyentuhnya.

Ia  tidak merasa sakit sedikitpun. Hanya terasa kaku dan geli di beberapa bagian tubuhnya saja. Kaitley kemudian menoleh ke arah Dean di sebelahnya. Kepalanya mengecil dan melebar. Mulutnya melengkung ke bawah—membuatnya terlihat seperti sedang cemberut. Kaitley menahan tawa melihat kejadian aneh di depannya. Ia merasa tubuh mereka adalah adonan yang sedang diaduk-aduk dalam sebuah mangkok.

Sensasi itu berlangsung singkat. Tanpa Kaitley sadari, ia merasakan tubuhnya terpental dari portal dan membentur tanah yang hangat. Rasa geli yang tadi ia rasakan kini berubah menjadi nyeri. Perut Kaitley bergemuruh—ia merasakan gumpalan di ujung tenggorokannya.

Uhh...sial.

Kaitley membuka mulutnya dan memuntahkan sisa makanan yang telah ia makan beberapa hari yang lalu. Tenggorokannya terasa terbakar saat gumpalan-gumpalan itu mendesak keluar dari mulutnya.

Setelah perutnya berhenti bergejolak, Kaitley mengelap bibirnya dengan lengannya. Muntah itu meninggalkan rasa masam dan pahit di mulutnya. Tenggorokannya sekarang terasa kering. Membuatnya sulit untuk mengeluarkan suara.

Sambil mengerang, ia menekan telapak tangannya ke tanah dan berusaha untuk berdiri. Matanya terfokus pada pergelangan tangannya. Kaitley yakin jika ia melihat sedikit ke kanan, ia akan melihat sisa makanan yang dikeluarkannya tadi. Dan saat ini ia memutuskan untuk menghindari pemandangan itu untuk kebaikan perutnya.

Kaitley berdiri dengan hati-hati. Tubuhnya terasa semakin lemas dan kaku dibandingkan saat sebelum ia masuk portal tadi. Kaitley membalikkan tubuhnya dan menyaksikan kedua lelaki di hadapannya yang sedang menatapnya dengan ekspresi jijik. James menutup mulutnya dengan tangannya setelah meringis beberapa saat.

Walaupun Kaitley masih merasa lemah, ia tidak membuang waktunya untuk menghardik kedua lelaki itu.

"Apa-apaan ini?! Kenapa kalian melihatku muntah tapi hanya bengong aja disitu? Setidaknya bisa kan memberiku sebuah lap atau apalah untuk membantu membersihkan kekacauan ini?"

James menurunkan tangannya. "Aku tidak punya lap. Dean juga tidak."

Kaitley memutar kedua bola matanya mendengar jawaban James. "Huh! Whatever! Ayo kita pergi saja dari sini." Kaitley berjalan dengan cepat menjauhi Dean dan James.

"Uh..Kait?" panggil James dengan ragu.

"Apalagi??" Geram Kaitley sambil menolehkan kepalanya ke belakang.

"Jalannya ke arah sini." James menunjuk jalan setapak berpasir yang ada di sebelah kiri mereka. Kaitley berbalik arah sambil bersungut-sungut. Saat ia sudah berjalan beberapa langkah di belakang kedua lelaki itu, Dean berbisik ke telinga James.

"Adikmu itu memang selalu moody kayak gitu?"

James menggeleng dengan pelan.
"Aku tidak tahu. A lot have change around here..."


                               ****

Kaitley berjalan menyusuri jalan setapak dengan cepat. Ia masih kesal dengan kelakuan kedua lelaki di belakangnya. Sehingga, ia berjalan tanpa memperhatikan sekelilingnya. Kaitley tidak melihat dataran rumput dan tanah yang tadi mengelilinginya, sudah berganti menjadi semak-semak liar dan pepohonan lebat yang menutupi sisi kiri jalan setapak.

Setelah berjalan entah berapa lama, Kaitley berhenti. Ia mendongakkan kepalanya ke atas. Menatap ranting-ranting panjang dari pohon-pohon lebat di sekelilingnya. Pohon-pohon tersebut melambai-lambai dan menjatuhkan daunnya di kaki Kaitley. Samar-samar Kaitley melihat cahaya pucat dari bulan yang hampir tertutup oleh ranting-ranting. James dan Dean yang ada di belakangnya, ikut menghentikan langkah mereka.

"Kau capek Kat? Mau istirahat dulu?" tanya James.

"Tidak usah. Uhh... Sebenarnya kita mau kemana sih? Dan kita ada dimana?" keluh Kaitley. Ia memutar badannya menghadap kedua laki-laki di depannya.

"Karena setahuku, tidak ada hutan yang pepohonannya begitu hijau dan memiliki jalan setapak yang berpasir di Kota X." Kaitley mendongakkan kepalanya ke atas. "Dan bulan juga tidak terlihat sebesar ini di Kota X."

Dean berjalan mendahuluinya sambil berkata, "Karena ini memang bukan Kota X,"

"Jadi maksudmu ini Kota Y?" tanya Kaitley dengan polos.

Dean memberikannya tatapan judes.

"Apakah kau baru saja mencoba untuk melucu?"

Kaitley mengangkat bahunya sebagai jawaban.

"Kita sudah berada di dimensi yang berbeda bodoh! Kau kira buat apa kita menggunakan portal jika kita hanya akan bepergian antar kota?"

"Hei Dean, santai saja dong..." imbuh James. Ditepuknya bahu Kaitley. "Yang kau bentak-bentak itu adikku. Ingat?"

Kaitley mengangkat alisnya. "Benarkah? Hmm... aku tidak ingat melihatmu membelaku saat aku terbanting ke tanah oleh api ajaib tadi."

James membuka mulutnya untuk membantah. Namun saat ia tidak bisa menemuka jawaban yang tepat, ia segera menutup mulutnga lagi dengan malu. Kalau boleh jujur, James mulai merasa kesal dengan respon-respon pedas yang terus dilontarkan adiknya padanya dari tadi. Tapi mungkin... ia memang pantas mendapatkannya.

"Kukira juga begitu." Kaitley menggumam dengan kesal dan berjalan menjauh.

Mulut James mengkerucut melihat Dean yang ada di depannya, tersenyum mengejek.

"Kalian itu memang sama saja." gerutu James. Seringai Dean semakin lebar mendengar perkataannya.

****

Matahari sudah mulai menampakkan dirinya di ujung timur hutan. Sinar yang dipancarkannya menembus masuk melalui dedaunan hijau hutan. Membuat suasana di dalam hutan yang tadinya gelap terlihat remang-remang. Kaitley sudah tidak bisa merasakan kakinya dan hampir hendak merubuhkan tubuhnya dan meringkuk di tanah saat sebuah cahaya tertangkap oleh matanya. Cahaya itu berasal dari bukaan yang menandai ujung hutan di depannya.

"Itu!! Itu akhir dari hutan ini kan?" tatapnya penuh harap pada James. James mengangguk sambil tersenyum. Dengan semangat baru, Kaitley memaksakan kakinya untuk berjalan lebih cepat lagi. Ditariknya lengan kakaknya untuk menemaninya menuju bukaan itu.

Kaitley melihat pohon-pohon disekelilingnya mulai menipis. Digantikan oleh semak-semak dan rerumputan kecil.

Di depannya berdiri sebuah bangunan yang begitu besar dan kokoh. Jendela-jendela kecil menghiasi setiap sisi bangunan itu. Membuat bagunan tersebut terlihat memiliki banyak mata. Terdapat menara-menara dengan atap lancip yang ramping di dua sisi bagunan tersebut. Pintu besar dari kayu yang kokoh terletak di bagian depannya. Di sisi kanan dan kirinya, Kaitley melihat dua orang berjubah hitam besar dengan pedang di tangan mereka. Siap menyambut siapa-pun yang hendak mendekati bangunan itu. Kaitley memperhatikan struktur bangunan berwarna abu tua itu dengan takjub. Bangunan itu hampir terlihat seperti istana yang sering Kaitley lihat di ilustrasi buku ceritanya.

Dean berjalan mendahului Kaitley dan James untuk berhadapan dengan dua penjaga di pintu itu. Penjaga berjubah hitam di sisi kiri menundukkan kepalanya dan menatap tiga pendatang di depannya. Kaitley menahan napas melihat wajah di balik tudung itu. Ia meyakinkan dirinya untuk berusaha bersikap normal dan santai dan memutuskan untuk menghiraukan rupa penjaga pintu yang menyerupai seekor unggas.

Dean mendekati penjaga itu dan membisikkan kata-kata yang tidak dapat Kaitley dengar. Si penjaga mengangguk dengan patuh. Kemudian  dengan suara nyaring, mengatakan serangkaian kata yang tidak Kaitley mengerti, lagi, pada penjaga di sebelahnya. Penjaga yang satu lagi kemudian mengangguk dan menarik tuas yang tertanam di tanah di pinggirnya dengan mudah. Seketika, pintu dihadapan mereka terbuka keatas dengan cepat.

Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam pintu tersebut. Kaitley berjalan dengan agak terburu-buru sembari menundukkan kepalanya. Berusaha menghindari tatapan tajam yang diberikan kedua penjaga kepadanya. Begitu mereka masuk, pintu di belakang mereka menutup kembali dengan cepat. Menimbulkan suara bum yang bergema di lorong tempat mereka berdiri sekarang. Kaitley menyaksikan keadaan di sekelilingnya dengan takjub. Lorong itu dihiasi berbagai lukisan di dindingnya.

"Apakah kita ada di Hogwarts?" tanya Kaitley sambil menyusuri tangannya di bingkai lukisan dengan gambar kuda yang berlari. Kuda yang benar-benar berlari. Kaitley menggeserkan bingkai tersebut ke kiri dan ke kanan saat kuda itu hilang dari penglihatannya.

"Kalau lukisan itu sampai jatuh dan rusak, kau akan dipenjara di bawah tanah seharian penuh bersama para gargoyle. Kau mau?" omel Dean dengan ketus di sampingnya.

Kaitley melepaskan pegangannya dari bingkai dengan cemberut.

"Bisa tidak sih kau santai sedikit sekali-kali?"

"Dan jadi seperti kakakmu? Tidak. Terimakasih."

Mereka berdua menggerakkan kepalanya ke belakang dan menyaksikan James yang sedang tersipu malu dan mengelus-elus bingkai dengan putri duyung cantik di dalamnya.

"James!!" Tegur Kaitley. Ia bisa merasakan pipinya mulai memerah karena malu akan kelakuan kakaknya.

Ternyata dia belum benar-benar berubah. Batin Kaitley.

James tersentak dan berbalik menatap Kaitley dengan polos.

"Hah? Apa?"

Kaitley meletakkan tangannya di mukanya dengan putus asa. Dean membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba, terdengar suara berdeham di depan mereka. Kaitley membalikkan tubuhnya dan melihat perempuan yang sekarang berdiri di hadapannya dengan rasa kagum dan iri.

Perempuan itu memiliki rambut keperakan yang panjang tergerai sampai bahunya. Mukanya lancip dan pucat. Ukiran-ukiran yang menyerupai bunga merayap dari lehernya ke pipinya di satu sisi. Matanya yang berwarna hijau pucat menyipit saat ia tersenyum. Ia mengenakan jubah yang serupa dengan Dean. Hanya saja, miliknya berwarna hijau. Dan penampilannya terlihat begitu terang dengan busana dalam di dalam jubah hijaunya yang serba putih.

Dean menganggukkan kepalanya terhadap perempuan itu dengan sopan. Begitu halnya dengan James. Kaitley tetap melongo di tempat.

Perempuan tersebut membalas salam kedua lelaki itu dan menatap Kaitley dengan ramah.

"Kau pasti Kaitley ya? Kami sudah menunggumu." Sapanya dengan ramah.

Perempuan itu mengulurkan tangannya kepada Kaitley. Kaitley menatap telapak tangan pucat tersebut, sebelum menyambutnya dengan canggung. Mereka bertiga kemudian mengikuti perempuan itu menuju pintu tinggi di ujung koridor. Perempuan itu mengetok pintu sambil membisikkan sesuatu. Seakan menjawab bisikan si perempuan, pintu itu membuka ke samping tanpa suara. Menampakkan cahaya terang dari ruangan di baliknya.

Kaitley bolak-balik menatap ruangan di hadapannya dan perempuan di sebelahnya dengan ekspresi tidak percaya.

Perempuan itu menyunggingkan senyumannya sambil mengangkat tangannya ke arah ruangan. Seakan-akan mempersembahkan sesuatu yang hebat.

"Welcome hunters." Kata perempuan itu kepada mereka bertiga.


****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro