Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Nobleman

Pagi yang cerah. Orang-orang di Perancis, tepatnya di desa Eguisheim sibuk melakukan kegiatannya masing-masing.

Desa yang terkenal dengan jalannya yang konsentris, dihiasi dengan bunga-bunga cantik di setiap rumah warna-warni tak pernah sepi dari para turis yang datang menikmati suasana tempat bak negeri dongeng ini.

Namun, nyatanya tidak semua orang menikmati keestetikaan Eguisheim. Pemuda yang baru tersadar dari tidurnya berjalan tergesa-gesa melewati rumah-rumah menuju tempat yang terakhir kali ia ingat sebelum pingsan semalam.

Sebuah tempat kecil di antara dua bangunan berlantai dua menjadi tujuannya. Jalan masuk tak berpintu yang sisinya dihiasi oleh pot gantung memperlihatkan keramaian cafe yang buka setiap siang hari itu.

Ya. Bar yang menjadi langganannya adalah sebuah cafe yang beralih fungsi setiap malam. Bagian depan yang selalu terlihat adalah cafe Green Fairy. Sedangkan, pintu tersembunyi yang ada di sudut cafe adalah pintu belakang bar Green Fairy. Pintu depannya harus memutar dari tempatnya saat ini.

Koga, melangkah masuk. Sebisa mungkin berusaha mengurangi eksistensinya agar tidak menjadi perhatian orang. Hoodie-nya cukup membantu untuk menutupi wajahnya.

Suara lonceng berdenting saat tangan itu membuka sebuah pintu coklat. Kedatangan pemuda langganan di siang hari membuat bartender yang bertugas terkejut.

"Wah, wah, Tuan. Tidak biasanya Anda datang di siang bolong seperti ini," ucapnya menyambut Koga. "Bahkan kami pun belum bisa dibilang buka karena cafe depan masih ramai."

"Cukup basa-basinya, Synth." Koga menyela cepat. Pemuda itu bisa melihat Bartender yang namanya ia panggil terkejut--walau tidak terlalu nampak.

"Darimana Anda tahu nama saya?" tanya Synth dengan menyelidik.

Selama ini tidak pernah ada seorang pun pelanggannya yang tahu namanya. Bertanya pun tidak pernah. Bartender itu juga tidak berniat memberitahukan namanya pada siapapun, karena tugasnya di sini adalah untuk melayani.

Koga menyeringai. "Aku bahkan tahu apa yang kau lakukan semalam padaku."

"Berikan aku Absinthe lagi."

"Maaf?"

Koga mengulang kata-katanya lagi dengan penuh penekanan. "Berikan aku Absinthe yang semalam. Aku ingin minuman itu sekarang juga!"

Kali ini, sang Bartender benar-benar menegakkan tubuhnya. Matanya menatap tajam Koga yang sudah tidak sabaran. Pemuda itu haus dengan liquor hijau semalam. Dia juga terlihat kesal buru-buru ingin pergi ke suatu tempat setelah mendapatkan absinthe.

Lalu, Synth menyadari sesuatu. "Begitu, ya ...." Ia berkata,  "Tuan sudah bertemu dengan L'elfe."

Senyum bangga terpampang di wajah Koga. Membenarkan apa yang dicurigai Synth sejak Koga mengetahui namanya tadi.

Ini tidak bisa dibiarkan. Synth tidak bisa sembarangan memberikan absinthe begitu saja pada orang lain. Apalagi jika hanya untuk memuaskan hasrat manusia. Minuman itu perlu perlakuan khusus dan momen khusus saat dituangkan ke dalam gelas. Itu sudah menjadi aturannya.

Akhirnya, Synth menolak apa yang diinginkan pemuda bersurai hitam. Seketika, iris sekelam langit malam itu berkilat marah. Tangannya meraih kerah Synth dan menariknya keras.

Dengan penuh emosi ia berseru, "Apa kaubilang!? Bisa-bisanya seorang Bartender sepertimu menolak apa yang diinginkan pelanggan! Kau cari mati, hah!?"

"Tidak. Andalah yang cari mati." Synth mencengkram tangan Koga. Tenaganya yang berbeda jauh dengan anak sekolahan itu membuatnya dengan mudah membebaskan kerahnya dari genggam Koga.

Tangan si pemuda ia pelintir. Menghasilkan rintih kesakitan dari Koga. Tanpa mempedulikannya, Synth kembali menjelaskan, "Tuan, tolong jangan percaya pada semua janji L'elfe. Dia hanya akan membawa Anda pada kesengsaraan."

"Bicara ... Apa ... Kau ... Hah!?" Koga berhasil melepas diri dari Synth. Desis kesakitan keluar dari mulutnya.. Warna merah membekas pada pergelangan tangan kanannya.

"Aku tidak percaya padamu! Kalau memang L'elfe dan dunianya hanya membawaku pada kesengsaraan, lalu kenapa kau memberi jalan untukku sampai ke L'imagine?!"

Synth mendesah. Anak satu ini sungguh merepotkan. "Karena tujuan saya hanyalah membawa Anda pada ketenangan. Bukan pada kesenangan dengan janji manis yang menyesatkan."

"Omong kosong!" geram Koga. Ia menggebrak meja penuh kekesalan. "Berikan aku absinthenya! Aku harus bertemu kembali dengan L'elfe!"

Synth berniat untuk menolak kembali pemuda yang keras kepala di depannya. Namun, gelak tawa yang terdengar dari arah pintu di mana Koga masuk mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Ketenangan adalah kesenangan. Kebahagiaan selalu membawakan perdamaian."

Laki-laki seumuran Synth--atau mungkin jauh lebih muda darinya berdiri di ambang pintu menggunakan setelan jas silver dan bawahan yang berwarna lebih gelas dari atasannya.

Surai curly hitam yang cukup panjang dihiasi oleh topi yang senada dengan pakaiannya. Tongkat hitam berujung permata dipegang oleh tangan kanannya. Menghasilkan bunyi 'tuk-tuk' yang menggema di seluruh ruangan.

Orang yang terlihat berkelas itu berjalan mendekati Synth dan Koga, sambil berkata, "Tak bisakah kau memberikan apa yang anak muda ini inginkan, Synth?"

Bukannya menjawab, Synth malah balik bertanya, "Eve, Mau apa Anda ke mari?"

Tatapan tajam dan nada sinis yang diberikan Synth membuat pria serba putih itu terkekeh. Ia selalu merindukan aura kebencian dari orang satu ini.

"Kenapa? Aku hanya ingin memastikan apakah ada seseorang yang membutuhkan pertolonganku." Mata bermanik perak itu mengerling pada Koga sambil tersenyum.

Pria bercambang berdecih. Manik hijau terangnya menatap nyalang pada Eve. Sengaja menunjukkan terang-terangan ketidaksukaannya melihat wajah Eve lagi.

"Lebih dari itu." Eve melirik pada Koga yang berdiri dengan keheranan. "Anak muda, apa yang membuatmu menginginkan minuman yang kau tenggak semalam?"

Koga yang mendapat pertanyaan terkejut. Dengan antusias ia menyahut, "Itu bukan urusanmu! Kalau kau memang ingin membantu seseorang, maka mintalah temanmu satu ini untuk memberikan absinthenya." Sang Pemuda menunjuk Synth.

Eve kembali tergelak. Kali ini terdengar lebih keras. Emosi yang menggebu-gebu dari pemuda ini membuatnya semakin tertarik. Apalagi saat Koga mengatakan bahwa dirinya dan Synth benar-benar seorang teman. Itu membuatnya sakit perut karena terlalu lama tertawa.

"Kau dengar, kawanku? Pemuda ini memintaku untuk membantunya meminta absinthe darimu." Eve membuka telapak tangannya. "Sekarang berikan."

Lelaki bersurai Man bun itu menatap tajam pada pria bangsawan di depannya. "Tidak," jawabnya tegas. "Maaf. Seharusnya Anda tahu bahwa saya tidak bisa memberikan obat herbalku begitu saja pada seseorang."

"Dan, bagaimana kalau aku bilang aku tidak peduli?" Manik perak Eve berkilat. "Bagaimana pun juga kau yang memberikan obat herbal berlakoholmu pada Koga pertama kali. Bukankah itu berarti kau mengijinkannya untuk mengkonsumsi absinthe kapanpun ia inginkan?"

Synth terpaku. Eve tidak bisa ia lawan. Ia berada di dalam genggamannya. Sedikit saja membuat bangsawan satu ini kesal, maka bar yang didirikan dengan bantuan Eve--yang menjadi jalan untuk mencapai keinginan Synth--akan rata dengan tanah seketika.

Kekuasaan pria serba putih ini tidak boleh diragukan. Synth harus segera memutuskan sebelum suasana hati Eve memburuk.

Ia menghela napas berat. "Baiklah. Tuan, saya akan memberimu absinthe yang Anda inginkan."

Koga langsung bungah mendengarnya. Namun, kesenangan itu tertunda saat Synth kembali melanjutkan, "Tapi, ini adalah terakhir kalinya saya memberi Anda ramuan berharga saya."

"Saya tidak akan melayani anda untuk permintaan yang sama. Sekeras apapun Anda meminta. Bahkan kalau perlu ..." Pandangan Synth beradu dengan Koga yang terlihat tegang. Dengan menekan nadanya ia berkata, "saya bisa memaksa Anda untuk diam."

"Hah. Tak perlu kau pedulikan Synth, anak muda." Koga beralih pada Eve yang telah menempelkan tangan pada meja bar. Sebelah tangannya merogoh saku pakaian mewah dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

Kantong coklat segenggaman tangan ia perlihatkan pada pemuda berponi belah hitam. Paham akan kebingungan Koga, Eve menjelaskan, "Gunakan ini. Ini adalah ramuan untuk membuat absinthe milik Synth."

"Tunggu! Apa-apaan A--!?"

Protes Synth tertahan di tenggorokan. Tongkat hitam yang sedari tadi di bawa Eve ditondongkan ke arah lehernya. Napas pria bermanik hijau itu tercekat. Ia tidak pernah tahu bahwa bagian bahwa tongkat hitam yang menempel di kulitnya itu berujung sangat tajam.

"Diamlah," perintah Eve dingin. Synth tak dapat berkutik. Aura yang dipancarkan Eve sudah terasa mencekam. Sekarang, ia benar-benar harus tunduk pada perkataannya. Dan membiarkan anak muda itu menerima pemberian berupa kantong coklat dari sang bangsawan.

"Gunakan itu saat kau benar-benar membutuhkan. Tapi, kuberitahu kua satu hal, anak muda ..."

Eve mencondongkan tubuhnya. "Apapun yang kau lihat, apapun yang kau rasakan, kau boleh jatuh cinta padanya. Kau boleh menikmatinya selama yang kau inginkan."

"Namun, segala keputusanmu menentukan akan seperti apa takdirmu di kemudian hari. Saat kau membiarkan dirimu terlena, atau saat kau memutuskan untuk berpisah dengan kebahagiaan dan kepalsuan untuk menghadap kenyataan ...,"

Eve menujuk dada Koga. "Saat hari itu tiba, kau tidak akan bisa mengelak."

******


Jangan lupa untuk mampir ke work Hijau Gen7 yang lain!

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro