Sebelahku
Cabut nyawaku sekarang Tuhan, apa kau tau apa yang ku lihat? Pria bernama gio itu berada di jendela rumah sebelah. Komplek ini memiliki desain dimana jendela salah satu kamar di lantai dua akan berhadapan dengan tetangga sebelah. Aku masih mematung terdiam.
"Ngapaian lo disitu?" Ucapku ketus.
"Rumah ku" musibah besar, ternyata rumah sebelah yang kata mama hampir 2 tahun tak di huni. Kini di tempati makhluk astral sepertinya.
"Dari mana si dapet nomor gue?" Ku lihat dia membuka jendela kamarnya.
"Saya mendapat nomor ini dari adik mu" ia tidak menjawab via telepon, melainkan ia ucapkan di jendela. Jendela kamar ku memang tertutup, tapi karena suara pria itu sedikit teriak dan ruangan ini tidak kedap suara.
Aku membuka jendela, dan memutuskan telepon. "Kurang ajar ya lo, gue pasti in lo ngga betah Diem di komplek ini" di seberang sana, ia tersenyum manisssss sekali, aku tidak bisa berbohong soal itu, karena memang kenyataannya pria itu manis.
✨✨✨
Jarak rumah ke halte sedikit membutuhkan tenaga untuk menggerakan kaki kesana. Setelah ku pamit pada mama, papa dan mencium pipi reya aku langsung pergi kesana.
Jalanan komplek begitu tenang, karena masih pagi, angin masih berlalu lalang. Menyibak rambut panjang ku tanpa permisi, alhasil rambut ku berantakan.
Langkah ku begitu pelan, sengaja, hanya ingin bermalas-malasan untuk pergi ke kampus.
"Ketemu lagi" langkah ku spontan berhenti, ku tutup mata. "Hai"
Aku menlanjutkan langkah ku, menghiraukan nya dan menganggap ia tak ada.
Kini aku berdiri di halte, meng-acuhkan pria itu yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.
"Lo itu sebenernya siapa si?"
"Saya makhluk Tuhan seperti manusia lain. Tapi bedanya saya di ciptakan untukmu" aku mengangkat sudut bibi sebelah kiri dan melipat tangan di depan dada.
"Di ciptain buat gue? Tapi lo salah, lo udah buat kesan pertama yang buruk buat buat gue"
"Emang salah?"
"Salah besar, sebelum kenalan sama orang, hendaknya lo ngasih kesan pertama yang baik" pria di hadapan ku ini sangat menyebalkan, ia tersenyum dan melipat tangan nya di depan dada seperti yang kulakukan.
"Tapi bukannya setiap orang punya cara mereka masing-masing untuk memberi kesan pertama?"
Skak!!! Bener juga, untuk menutupi kekalahan aku melihat ke kanan dan ke kiri dan untungnya bus kampus sudah tiba, arghh terima kasih Tuhan.
✨✨✨
Di dalam kelas, suasana hening saat pria tua sedang menjelaskan materi. Kumis yang lebat, badan yang gemuk dan kacamata yang selalu ia pakai. Semua orang nampak fokus memperhatikan apa yang ia jelaskan, tapi berbeda dengan ku. Malas rasanya, jika hanya memperhatikan yang ia jelaskan lalu mempresentasikan di depan kelas, apalagi ini materi yang sangat aku kuasai.
Mataku sudah tidak fokus, melihat siapapun yang berlalu lalang di lorong. Hingga seorang pria yang bersama ku tadi pagi muncul di depan jendela. Aneh, apa sastra budaya sedang tidak ada jam? Kalo tidak ada kenapa ia berangkat pagi sekali.
Pria bernama gio itu menunjukkan sebuah kertas bertuliskan semangat!! Jangan lesu gitu dong:) lalu sosok nya pergi.
Entah datang dari arah mana, tiba-tiba angin semangat muncul. Ada apa ini?
✨✨✨
Vote💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro