Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. About Them -END-

Langkah kaki yang ceria dan santai sambil menikmati sinar matahari menerpa bumi—seakan mengiringi senandung kecil dari mulut mungilmu yang berbalutkan lipbalm bening.

"Cuacanya cerah. Semoga sebentar lagi mekar, ya..." gumammu kecil sambil tersenyum kecil seraya melihat pemandangan sekitar.

Kau sangat suka akan hari seperti ini. Burung bernyanyi, angin sepoi yang sejuk nan hangat khas musim semi yang datang sebentar lagi, dan bunga sakura akan mekar—tinggal menunggu waktu saja. Senandung hanyalah bonus dari mengiringi langkahmu sehingga membuat suasana hati tambah senang.

"Hehehe... Rasanya hari ini akan baik. Aku bisa merasakannya."

Tak lama kemudian kau berjalan masuk ke sebuah supermarket.

Setelah berkutat dengan daftar belanjaan dan barang-barang belanjaan selama 30 menit, kau keluar dari sana dengan menenteng dua kantong belanjaan besar.

Kau berpikir lagi sambil berjalan di atas jalanan trotoar pinggir jalan. "Hmm.. Habis ini mau mampir ke rumahnya Satsuki-chan dulu. Mungkin bisa minta bantuan nanti—kecuali memasaknya."

Ya, pastinya kau akan meminta bantuannya selain memasak.

Nanti bisa keracunan seperti masakan Riko.

"Baiklah, (Name). Kali ini kau harus bisa menyiapkannya sebelum mereka datang. Yosh, fighting!"

Tanganmu kau kepalkan dengan erat sembari mengangkat kedua tanganmu ke udara—dengan kantong belanjaan yang berat tentunya—langsung membuatmu menurunkan beban itu secepatnya ke bawah.

"Aduh! Beratnya..."

.

.

.

"He? Membantumu?"

Kedua mata indah berwarna merah jambu tersebut mengerjap bingung. Melihat sahabatnya semasa SMP itu meminta bantuan dengan alasan yang sepele.

Yup, meminta nomor ponsel.

"Iya. Kau 'kan yang paling dekat dengan mereka, pastinya kau juga punya nomor ponsel mereka." ujarmu padanya.

Kalian duduk di sofa panjang ruang tamu rumah Momoi yang tengah sendiri karena ibunya keluar berbelanja dan ayahnya berada di luar kota.

"I-Iya sih, tapi bukannya kau bisa mendapatkan nomor ponsel mereka dari Tetsu-kun? Dia mungkin menyimpan nomor mereka semua." kata Momoi padamu.

Kau menghela napas lelah. "Justru itu masalahnya, Satsuki-chan. Tapi berkali-kali aku sudah menghubungi nomornya lewat e-mail, sms, bahkan panggilan—tapi dia tidak menjawab juga."

Momoi berpikir sejenak dan mengangguk kecil sambil menenangkanmu dengan senyum manisnya—mengingat Kuroko dengan sepenuh hati. "Baiklah, aku mengerti. Tapi kalau dia tidak menjawab—palingan dia sedang sibuk. Biasanya hari libur seperti ini, dia bermain dengan Kagamin, bukan?"

Teorinya benar juga, pikirmu sebentar dan mengangguk—mencoba meyakini alasan optimis tersebut.

Kenapa tidak terpikirkan olehmu daritadi. Bodohnya dirimu.

"Iya. Terima kasih, Satsuki-chan." ujarmu sambil tersenyum padanya—dibalas dengan senyuman manis pula.

Akhirnya, Momoi memberikan nomor ponselnya padamu dan memberitahukan nomor ponsel mereka semua.

Flip ponsel berwarna pale pink itu tertutup. "Oh ya, benar tidak-apa-apa nih kalau pergi?"

Kau mengangguk antusia, "Iya! Kau boleh datang kok. Sekalian kau menghubungi mereka semua untuk pergi bersama. Jadi lebih mudah pastinya. Libur musim semi kali ini, aku ingin kalian semua datang dan mengajak yang lainnya mampir. Pasti seru!"

Mendengar itu, Momoi mengangguk dan berjanji untuk melakukannya dan akan datang.

"Apa tidak mau kubantu memasak sekalian?" tanyanya antusias.

"E-Ehm, tidak terima kasih. Aku bisa sendiri, Satsuki-chan." tolakmu halus.

.

.

.

"Aku pulang!"

Kau memasukki pelataran dalam rumah setelah membuka pintu depan, dan berjalan sambil menoleh di sekitar.

"Paman? Oneechan? Mana orang-orang..."

Kau mencoba mencari mereka yang seperti menghilang dari permukaan bumi. Kau letakkan belanjaan di atas meja makan dan melihat dapur cukup berantakan karena sarapan tadi—ditambah dengan peralatan makanan yang belum dicuci sama sekali.

Dirimu menggelengkan kepala. "Mereka ini... Dikira aku pembantu mereka apa."

Akhirnya dengan terpaksa maka kaulah yang mencucinya. Di tengah sesi mencuci disertai senandung lagu yang kau nyanyikan dengan pelan, bel pintu depan rumah berbunyi nyaring sampai dapur.

"Hm? Siapa itu? Tamu jam segini..." gumammu lalu menghentikan aktivitas sejenak, dan berlari kecil untuk menyambut siapapun yang datang.

Ketika kau membuka pintu, kau melihat semua anggota klub basket berada di hadapanmu—termasuk Kuroko dan Kagami.

Kau terkesima melihat mereka yang telah berpakaian bebas.

"Lho... Kalian semua, ada apa kesini?" tanyamu bingung.

"Kagetora-san meminta kami semua untuk kesini, katanya untuk membantumu menyiapkan pesta." sahut Hyuuga untuk menjawab pertanyaan tadi.

"Pasti akan menyenangkan!" ujar Kiyoshi dengan senyumnya.

"Membantu? Ah... Silakan masuk." Dia ingat kalau dia meminta Paman Kagetora untuk menghubungi klub basket agar ikut pesta.

Kau mempersilahkan mereka semua masuk dan menghampiri Kuroko dan Kagami, "Tunggu, aku punya tugas untuk kalian."

Keduanya mengerjapkan mata.

"Tetsuya-kun, kau hubungi semua orang yang kau kenal untuk datang."

"Baiklah, aku akan hubungi yang lainnya."

"Taiga-kun, kau bisa memasak makanan untuk Thanksgiving, bukan?"

Kagami mengangguk. "Begitulah."

"Bagus. Aku ingin kau hubungi siapapun yang bisa diajak kerja sama untuk masak makanan karena aku tak tahu harus buat apalagi. Tolong ya, sekalian masakkan juga."

Dia menggaruk kepala, mengalah. "Ya sudahlah. Aku akan menghubungi Tatsuya untuk membantu."

Mendengar itu, kau melebarkan senyuman riang dan berterima kasih pada mereka berdua.

"Bagus! Ah, Junpei-senpai! Kumpulkan semuanya, aku mau bagi tugas buat kalian!" Kau beralih ke dalam ruangan tengah dimana semuanya berkumpul, meninggalkan duo Seirin tersebut.

Kuroko tersenyum tipis melihatmu dari kejauhan tengah membagi tugas untuk kakak kelas dan teman seangkatannya.

"(Name)-san terlihat bahagia sekali."

"Bukankah itu bagus?"

Pemuda itu menoleh pada yang menyahut. Senyumnya mengembang sebelum berkata, "Akhirnya kita bisa menyelesaikan turnamen dan memperbaiki semuanya,"

Dia melirik pada sang rekan bayangan. "Aku sangat senang ini berakhir dengan bahagia. Untuk (Name), kau, aku, dan kalian semua."

Mendengar itu, Kuroko tak bisa menahan senyumnya sebelum setuju saat mengalihkan pandangan kepada dirimu yang menunjuk ruang makan dan tengah pada kakak kelas yang datang.

"Itu benar."

.

.

.

"Aku pulang—Uwah!"

Riko mengerjapkan mata dengan kaget pada saat membuka pintu—karena ketika rumah yang ia tinggali itu seketika ramai dengan belasan pemuda yang tengah berberes dan membantu perlengkapan pesta.

Ada apa ini? Dia baru belanja masakan untuk makan malam selama satu jam, tapi sudah banyak orang yang sampai di rumah mereka.

"Ah, Oneechan!"

Oh itu kau yang memanggil sambil menghindar dari kedua anggota tim kakak kelas Shuutoku yang menata kursi serta meja dibantu oleh beberapa rekan Seirin.

Riko langsung menghampirimu sembari memberikan belanjaan, "Ada apa ini? Kenapa banyak orang-orang? Mereka tadi kulihat mukanya dari SMA lain!"

Kau menyengir pada sang sepupu tersayang, "Aku membuat pesta untuk semuanya. Sesekali berkumpul tak masalah, bukan? Aku yang menyuruh Tetsuya-kun untuk menghubungi mereka."

Gadis berambut karamel tersebut mengerjapkan mata sembari kau menariknya untuk duduk di meja makan.

"Kau disini saja yang tenang. Taiga-kun dan yang lainnya sudah memasak makanan untuk kita semua."

"A-Ah... Iya."

"(Name)-chan, aku sudah menyapu ruang tengah dengan Midorin dan yang lainnya!~" Satsuki muncul dari ruangan lain membawa peralatan bebersih.

Kau tersenyum sembari berterima kasih, "Ah iya! Kau juga istirahatlah di sini. Aku dan yang lainnya akan menyiapkan pesta. Kalian kularang masak, oke? Dah!~"

Sebelum mereka sempat protes, dirimu malah menghilang lagi bak Kuroko pakai Drive Zone.

Riko melihat Momoi yang habis membuka apron bebersihnya dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa pada ramai di rumah kami?" tanyanya.

Satsuki menyahut, "Tetsu-kun bilang kalau (Name)-chan membuat rencana untuk pesta makan bersama dengan semuanya. Kami semua diundang, khususnya anggota klub basket."

Oh begitu, pantas saja seperti familiar.

Riko menghela napas. "Apa dia akan baik-baik saja ya, mengatur pesta begini..."

"Sepertinya takkan masalah, deh." celetuk Satsuki, membuat yang duduk di sebelahnya melirik.

"Kau tidak lihat tadi? Dia sangat bahagia, lho."

Dia tertegun dan melihat dirimu yang mengangkat meja bersama dengan Akashi dan Kotarou untuk ditata lagi.

Melihatmu yang senang dan tertawa begitu, membuat sepupumu merasa tenang juga.

Akhirnya, semuanya selesai.

"Ya... Benar." Riko membalas, sementara Satsuki mengangguk setuju.

Di sisi lain, kau menghampiri Sakurai yang kesulitan mengangkat kursi sofa panjang, yang akhirnya dibantu Murasakibara dengan kekuatan (titan)nya sehingga bisa dipindahkan ke pinggir. Apalagi kalau bukan dengan umpan iming-iming Maibou.

"(Name), semua di ruang tamu sudah siap!" sahut Furihata yang disambut anggukan mantap.

"Ya sudah, santai saja dan bantu yang lainnya habis selesai itu semua! Ah, Daiki-kun! Jangan di taruh disitu vasnya, nanti pecah!"

Aomine yang membantu mengangkat vas bunga Lili dan hendak menaruhnya di bawah pun menghela napas, "Cerewet. Terus mau ditaruh dimana?"

"Di hatimu saja, Aominecchi~" goda Kise yang membenahi gorden bersama dan Takao.

"Mati aja lu, gue siram baru tahu rasa!" umpat Aomine spontan pada sang pirang—yang musti dipisahkan oleh Wakamatsu yang habis bersih-bersih dengan Fukui.

Kau hanya bisa tertawa garing melihat tingkah mereka, sementara menoleh saat Nebuya memanggil Akashi.

"Yang disini taruh sajakah? " tanyanya dan dia mengangguk.

"Iya, nanti taruh majalahnya dibawah meja saja, kata (Name) ditaruh di bawah."

Sementara itu, Kiyoshi mendengar bel berbunyi dan membuka pintu depan sebelum melihat Hanamiya telah datang sendirian.

"Lho, Makoto~ Tumben kemari!" Sang pemain berhati besi menyambut sang kapten Kirisaki Daichi.

"A-Aku hanya mampir sebentar. Apalagi diundang oleh bayangan kalian karena pesta."

Kiyoshi melemparkan senyuman dan mempersilakan masuk, kau menyambutnya juga dan kaget kalau dia yang ada di toko sepatu waktu itu.

Tapi akhirnya kau pun membiarkannya ikut membantu dan ikut makan bersama.

Melihat semuanya terkendali, akhirnya kau mengecek ke dalam dapur untuk terakhir kalinya—kau sudah lakukan selama 5 kali untuk mengecek sekaligus membawa bahan makanan—dan melihat bahwa Kagami, Himuro, dan Mibuchi tengah memasak bermacam-macam makanan.

Seperti melihat para koki memasak makanan dengan cekatan dan elegan di restoran, pikirmu begitu sebelum Mibuchi melihatmu mengintip begitu.

"Ara, (Name)-chan~"

Kau mengangguk dan masuk, melihat Himuro yang menyapa sembari membantu mengambil daging olahan yang Kagami minta.

"Apakah semuanya sudah siap?" tanyamu, disambut anggukan oleh pemuda lentik tersebut.

"Begitulah. Tinggal ayam panggang ala Thanksgiving buatan pemuda rambut merah itu yang masih perlu dipanggang di oven. Bagaimana penataan ruangannya?"

Kau membalas, "Semuanya sudah siap. Tinggal menata saja di meja makan. Oh iya, ini bahan yang baru dibeli kalau masih ada yang kurang."

Diterimanya kantong belanjaan tersebut dan Himuro membuka panggangan, membuat aroma menyedapkan langsung keluar.

"Sudah matang!"

"Ayo tata yang benar."

Kau melihat mereka bekerja sama begitu pun rasanya senang, apalagi tahu kalau mereka juga kembali akur.

"Aku panggilkan yang lainnya agar membantu bawakan makanan." Kau menyahut dan bawa dua makanan di kedua tangan dan menuju ruang makan. Riko dan Momoi ikut menata sambil cemberut karena tidak bisa masak dan melihat hasilnya bagus seperti koki profesional.

"Baunya harum. Aku ingin belajar dengan Kagamin, ah~" ujar Satsuki yang menatap piring-piring yang diisi makanan menggugah selera.

Kau menoleh dan berlari kecil ke depan pintu saat menyambut Kagetora dan Alex, apalagi pelatih-pelatih yang datang bersamaan dari rapat.

"Kak Alex juga datang!" kau menyambutnya dan ia pun memelukmu dengan senang, dibalas balik olehmu.

"Hello there~ Aku dengar kedua muridku ikut dan mengundangku ke pesta, jadi aku ikut datang biar ramai!"

"Sebenarnya tadi ketemu di depan pas pulang dan aku mau ajak mereka semua." celetuk Kagetora.

"Tak apa. Semuanya pada siap-siap mau makan kok. Silakan masuk, semuanya!~"

Kau mempersilakan mereka masuk dan hendak menutup pintu, sebelum melihat dua pemuda yang masuk ke dalam pelataran rumah. Itu Haizaki dan satu lagi entah siapa.

Sepertinya kau mengenal pemuda tersebut.

Tunggu, dia yang mengembalikan gulungan pelangi waktu itu, bukan?

"Ah, Haizaki-kun, Nijimura-san. Selamat datang."

Hah?

Kau menoleh di sampingmu ada Kuroko yang menyambut mereka berdua. Dia kenal orang itu?

"Maaf terlambat, perjalanan kesini macet habis dari rumah sakit. Untung ketemu dengan bangsat satu ini." ucap Nijimura enteng sambil menunjuk Haizaki—yang sontak menahan kesal.

"Ngomong begitu sekali lagi maka aku pecahkan selangkanganmu."

Nijimura menantang balik dengan watados,"Oh ya? Lakukan saja. Palingan aku yang pecahkan selangkanganmu."

"Teme—!"

Oke kok ambigu ya, pikiran fujo tersembunyimu kembali sesaat sebelum kau dan Kuroko mempersilakan mereka berdua masuk.

Kuroko hendak masuk sebelum kau bertanya, "Orang yang rambut hitam itu siapa?"

Matanya menatapmu. "Dia itu Nijimura Shuuzou, kakak kelas kita di SMP. Kau menghadiahkannya gulungan pelangi, dia juga keluar dari klub basket waktu itu."

Ah, sekarang kau baru berpikir ini masuk akal. Dia mengembalikannya karena mungkin tahu amnesiamu.

"Ayo kita masuk." ujarnya dan kau mengangguk menutup pintu depan.

Para pemuda tim yang berbaur bersama Generasi Keajaiban pun ramai bercengkerama ria, menghiasi ruang tengah dan ruang tamu digunakan oleh para pelatih dan Alex untuk bersantai.

Kau masuk ke dalam ruang makan dan melihat para koki dan Riko serta Momoi kelar menata semua piring, gelas, dan peralatan lainnya.

"Ah, (Name)-chan. Semuanya sudah siap." Himuro melapor, membuatmu mengangguk sembari berterima kasih pada semuanya.

"Oneechan, Satsuki-chan. Silakan beritahu pada mereka semua yang ada diruangan lain untuk makan."

Mereka berdua mengangguk dan menyahut ke ruangan lain.

"MAKANAN SUDAH SIAP!~"

Teriakan dua gadis tersebut membuat para pemuda yang tengah berbincang langsung berlomba masuk ke ruang makan yang untungnya besar untuk pesta makan—tapi diurungkan untuk rusuh karena ada pelatih mereka semua disana (jadi otomatis menahan diri agar tidak bersikap memalukan) sehingga tertib.

Sementara itu, kau pergi ke tempat yang sedikit sepi di halaman belakang untuk menenangkan diri. Kau menoleh ke arah pintu kaca lebar yang menghadap pada halaman belakang. Kau keluar dan duduk sebentar di pinggir teras. Pada sore itu, semuanya sangatlah sempurna sampai kau sendiri tak mempercayainya. Tanaman, serta cuaca senja yang berada di hadapanmu pun turut bersuka cita—seakan mendukung apapun yang kau rencanakan untuk hari ini.

Kau menghela napas. Kau sangat berterima kasih pada Dewa agar tidak melupakan hari ini.

Dimana dirimu bisa bersama dengan semua orang yang kau hormati dan cintai.

Karena apapun yang terjadi, kau akan selalu bersama mereka dan mendukung mereka semua.

Suka duka dilalui bersama dengan semuanya, membuatmu merasa bahwa hidupmu tidak akan hitam dan putih lagi seperti dulu.

Hingga kau telah menyadari, bahwa ini semua bukanlah hanya tentang dirimu saja.

"(Name)-chan! Ayo cepat ke ruang makan. Semuanya menunggumu, lho!"

Sahutan Riko padamu yang membelakanginya pun membuat kau menoleh cepat, sebelum mengangguk dengan riang.

"Iya! Aku segera datang." jawabmu sebelum berdiri dan berlari kecil, menuju ruang makan untuk makan bersama dengan yang lainnya yang menunggumu di kursinya masing-masing.

.

.

.

Tetapi ini semua adalah tentang mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

[ I appreciate the miracle that led me to meet you ]

.

.

.

The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro