Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 22

// About Readiness //

Ayra menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari mengedarkan pandangan ke depan tangga rumah Kiai. Gadis bermata bulat itu sedang mencari sendalnya yang tiba-tiba hilang entah ke mana. Padahal hanya sekitar tiga menit yang lalu dia melepas sendalnya dan kini sudah hilang.

"Kok bisa tiba-tiba ngilang, sih? Padahal, kan aku cuman tinggal ganti pakean doang, itu juga nggak lama," gerutunya seraya mengacak jilbab segitiga yang dia kenakan.

Karena sudah hampir telat mengikuti program belajar, Ayra segera pergi tanpa menggunakan alas kaki, lantaran takut telat masuk ke dalam kelas. Ayra harus tahu diri, karena dia menimba ilmu dan tinggal di sini secara gratis. Dia tidak ingin membuat keluarga Kiai Abyan malu karena dirinya.

Tak membutuhkan waktu lama, Ayra sudah tiba di kelas dan segera masuk setelah mengucapkan salam. Namun, sepertinya tidak ada yang sadar dengan kaki Ayra yang tidak mengenakan alas kaki. Gadis itu segera duduk di samping Naya dan meletakkan buku yang tadi dibawanya di atas meja.

Untung saja tanah sedang tidak becek, jadi Ayra tidak perlu khawatir dengan kakinya yang akan kotor. Namun, tetap saja jika sendalnya tidak hilang kakinya tidak akan terasa perih karena kerikil-kerikil kecil yang tadi dilewatinya.

"Keringetan banget, Mbak. Dari rumah Kiai Abyan ke sini Mbak lari-larian, ya?" tanya Naya setelah memperhatikan wajah Ayra yang berkeringat.

"Naya, ih. Jangan panggil mbak, panggil Ayra aja. Aku udah ingetin berapa kali coba sama kamu?" tanya Ayra seraya memberenggut.

"Afwan, Mbak. Tapi, kan Mbak Ayra lebih tua dari aku, dan rasanya nggak sopan kalau aku manggil Mbak cuman pake nama aja. Lagian, di sini juga udah aturannya kayak gitu, Mbak," jelas Naya seraya tersenyum.

"Ya udah deh terserah kamu aja," ujar Ayra, "aku nggak lari, kok. Cuman di luar lagi panas aja, terus aku jalannya juga lambat gara-gara nggak make sendal." Ayra menjawab pertanyaan Naya sebelumnya, seraya memperlihatkan kakinya di bawah meja kepada Naya.

"Loh, kok nggak make sendal, Mbak? Sendalnya rusak, ya?"

Ayra menggeleng beberapa kali. "Bukan rusak, Nay. Tapi, hilang. Padahal aku cuman tinggal bentar doang, tapi pas keluar udah hilang aja. Malah aku cuman bawa satu sendal lagi," cerita Ayra seraya membuang napas kasar.

"Loh, kok bisa, Mbak? Atau jangan-jangan sendalnya nyelip di bawah tangga lagi, Mbak. Kalau nggak, mungkin dibawa sama orang ndalem," ujar Naya.

"Nggak ada, Nay. Aku tadi udah cari baik-baik, kok tapi tetep nggak ada. Kalau dibawah sama orang rumah, dibawa siapa? Kiai sama Nyai ada kok di rumah, Kak Kayla juga pas pergi aku liat pake sendalnya sendiri."

"Berarti bisa jadi sendal, Mbak dibawa ...." Naya tidak jadi melanjutkan ucapannya lantaran suara salam Uataza Aminah terdengar saat memasuki kelas.

Karena kelas akan dimulai, Ayra dan Naya langsung memperbaiki posisi duduknya begitupun dengan santri lainnya. Karena Ayra baru pertama kali mengikuti kelas Ustaza Aminah, jadi dia hanya menyimak ketika sesi tanya jawab dimulai. Lantaran dia tidak tahu jika sebelum pelajaran dimulai akan ada sesi tanya jawab mengenai materi tiga hari yang lalu.

// About Readiness //

Setelah melaksanakan salat Zuhur, Ayra tidak mengikuti program belajar lagi, lantaran program belajar itu hanya diikuti oleh santri yang tetap, sementara Ayra bukanlah santri tetap di pesantren ini. Karena tidak ada teman, Ayra memutuskan kembali ke rumah Kiai Abyan untuk istirahat, lantaran dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk mengisi kekosongan waktunya.

"Ayra ...." Ayra seketika menoleh saat mendengar namanya dipanggil dari arah belakang. Di sana tepat dua meter di depannya, Jihan sedang berdiri seraya tersenyum ke arahnya.

"Ada apa, Mbak?" tanya Ayra.

Jihan tidak menjawab lantaran kini gadis itu sedang berjalan mendekati Ayra. Namun, mata Ayra seketika menyipit saat menyadari ada sesuatu yang dia kenali di tubuh Jihan.

"Kayak sendalku ...," gumamnya pelan seraya memperhatikan sepasang tungkai Jihan yang berjalan ke arahnya.

"Kamu dipanggil Ustaza Aminah di kantor," ujar Jihan saat tiba di depan Ayra.

Ayra yang semula memperhatikan sendal yang Jihan kenakan dan dia yakini jika itu adalah sendalnya, langsung memandang jihan ketika gadis itu menyelesaikan kalimatnya. "Sekarang, Mbak?" tanya Ayra.

"Iya, Ayra. Ya sudah aku udah nyampein amanah beliau. Kalau begitu aku duluan, ya karena bentar lagi kelas tahfiz mau dimulai. Assalamualaikum."

Ayra baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi terurungkan saat Jihan pergi begitu saja tanpa menunggunya menjawab salam. "Atau sendal aku mirip aja kali, ya sama miliknya Mbak Jihan?"

"Tadi Mbak Jihan bilang kelas tahfiz, kan, ya? Berarti Mbak Jihan hafizah dong, ya? Keren banget ...," gumam Ayra lagi setelah teringat dengan ucapan Ayra sebelum dia pergi. "Kalau memang Kak Akhtar suka sama Mbak Jihan, nggak heran lagi, sih aku ... orang Mbak Jihan saleha gitu, gimana Kak Akhtar nggak pangling?" lanjutnya seraya tersenyum miris. Untuk kesekian kalinya, Ayra kembali insecure dengan Jihan.

// About Readiness //

Bakda Asar, Ayra segera berjalan cepat menuju belakang rumah Kiai Abyan untuk memungut pakaiannya dijemuran, karena sepertinya hujan sebentar lagi akan turun, dilihat dari langit yang mulai menggelap disertai dengan angin yang lumayan kencang berembus.

Saat tiba di tempat jemuran, Ayra segera memungut semua pakaiannya juga pakaian Kayla. Namun, saat dia menoleh ke arah kiri, tepat ke arah pohon mangga besar, tatapannya seketika terkunci pada sepasang benda yang sangat dikenalinya.

"Loh, kok ... sendalku bisa ada di sini?" Ayra meletakkan keranjang yang berisi pakaiannya di atas sebuah meja yang sudah reok, lalu berjalan ke arah sendalnya. "Siapa yang bawa ke sini? Nggak mungkin, kan sendalku bisa jalan sendiri?"

Ayra tersentak kaget saat mendengar sebuah gedebukan seperti seseorang yang baru saja melompat di belakangnya, sontak gadis bermata bulat itu menoleh dan matanya seketika melotot sempurna. "Kamu! Si  penyusup pencuri!"

Lelaki yang kemarin Ayra lihat di atas pohon kini berdiri di hadapannya dengan wajah yang seperti kemarin, terlihat santai dan tidak merasa bersalah atau terkejut karena lagi-lagi tertangkap olehnya.

"Itu sendal I, kenapa you pegang?" tanya lelaki itu seraya menunjuk sendal yang Ayra pegang.

"Apa kamu bilang? Ini sendal kamu? Nggak salah? Jelas-jelas ini sendal aku! Dasar maling sendal, malingnya sendal cewek lagi, hish nggak tahu malu banget!" cerocos Ayra seraya mengernyit jijik. "Sini kamu! Kali ini kamu nggak bisa kabur lagi. Ayo, aku mau aduin kamu ke Kiai, biar dikasih hukuman!" ujar Ayra berapi-api seraya hendak memegang sebelah tangan lelaki itu, tetapi lelaki berlesung pipi itu segera menjauhkan tangannya.

"Heh! Jangan pegang-pegang. Bukan muhrim."

Ayra terdiam beberapa saat seraya menatap bingung ke arah lelaki itu. "Sejak kapan ada maling yang modelan kayak kamu?" tanya Ayra, "bodo amat! Yang penting kamu harus aku bawa ke Kiai Abyan biar dikasih hukuman karena udah masuk ke sini dan lebih parahnya udah nyuri sendal aku," lanjut Ayra seraya menarik jaket jeans yang lelaki itu kenakan.

"Gue bukan maling!" kilah lelaki itu, tetapi Ayra tidak menanggapi. Karena dia sedang mengeluarkan semua tenaganya untuk menarik lelaki itu.

Saat tiba di teras rumah Kiai Abyan, dan Ayra hendak mengetuk pintu, seketika terurungkan saat bersamaan dengan itu pintu dibuka dari dalam hingga memunculkan sosok Kayla.

"Kebetulan ... Mbak Kay. Lihat, ini penyusup dan maling yang kemarin aku ...." Ucapan Ayra tidak selesai karena Kayla langsung memotongnya.

"Yusuf," seru Kayla.

"Hah?" Ayra terdiam setelah Kayla menyebut nama Yusuf yang ditujukan untuk maling yang dia tarik. Apa Kayla kenal dengan maling ini? Atau karena mungkin lelaki ini sudah sering menyusup di sini, jadi Kayla bisa tahu siapa namanya?

// About Readiness //

Malaaaam. Hayolohh Yusuf ini pemain baru, atau cuman bentaran doang munculnya? Hehehe, tengkyu udah baca cerita ini, ya. Seehhhu di Chapter 23!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro