Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17

Bertemanlah dengan orang yang bisa membawamu dekat dan senantiasa mengingat Allah, agar kelak kalian bisa saling memanggil untuk masuk ke dalam jannah-Nya.

// About Readiness //

"Nanti sampai rumah, Papa harus langsung istirahat! Nggak boleh ngapa-ngapain dulu, apalagi urusin pekerjaan," peringat Ayra sembari berbalik menatap papanya yang duduk di kursi penumpang bersama dengan Aina dan Althaf, sementara dirinya duduk di depan, di samping Aditya.

Farhan hanya bisa menggeleng pelan, seraya tersenyum kecil mendengar peringatan yang sudah tiga kali Ayra ucapkan hari ini. "Iya, Sayang iya. Papa nggak sepikun itu sampai kamu harus ingetin Papa berkali-kali," ujar Farhan.

"Awas aja, kalau sampai Papa aku lihat pegang laptop, tablet, atau dokumen-dokumen ...!" ancam Ayra dengan mata yang memicing.

"Dasar cerewet!" ujar Althaf tiba-tiba.

Ayra hanya memutar bola mata malas, kemudian memperbaiki posisi duduknya dan bersandar sembari melipat kedua tangan di depan dada. "Terserah aku! Aku cerewet juga demi kebaikan papa, kok."

"Jangan mulai, ya kalian! Kalian berantem Abang turunin sekarang juga."

Ayra merapatkan bibirnya, hal yang sama juga dilakukan oleh Althaf. Keduanya seketika terdiam setelah mendengar ancaman dari Aditya, karena memang setiap ancaman yang keluar dari mulut Aditya tidak pernah main-main, maka dari itu Ayra dan Althaf cari aman dengan saling diam dan tidak berdebat lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama, mobil Aditya sudah sampai di rumah mereka. Langsung saja Ayra turun dari mobil dan menunggu papanya keluar dari mobil juga, lalu setelah Farhan keluar Ayra segera mendorong Althaf agar bisa menggantikan posisi saudaranya itu untuk menuntun Farhan.

"Heh, Bocil!"

Ayra yang hendak mengeluarkan suara segera tururungkan saat suara dehaman Aditya sudah lebih dulu terdengar.

Aina yang berdiri di sebelah kanan Farhan, hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah kedua anaknya yang hampir saja kembali bertengkar jika Aditya tidak memberi mereka kode. "Kak, kamu gantiin Mama. Mama mau ambil barang-barang dulu di bagasi. Bang ayo bantuin Mama."

Althaf dan Aditya berbarengan mengangguk, lalu melaksanakan apa yang baru saja dititahkan oleh Aina. Setelah itu mereka pun masuk. Aina dan Aditya membawa barang-barang ke dapur, sementara Ayra dan Althaf mengantar Farhan ke kamarnya.

"Papa mau aku temenin?" tanya Ayra setelah Farhan berbaring di kasurnya.

"Nggak usah! Yang ada papa nggak akan istirahat-istirahat, karena pasti lo bakalan ngoceh mulu," sambar Althaf, lalu menarik tangan Ayra untuk keluar dari kamar Farhan. "Papa istirahat, ya. Kita keluar dulu."

"Hish, Kak Althaf hati-hati, dong! Kasar banget, sih! Yang Kak Al tarik ini Ayra bukan sapi atau kambing," cerocos Ayra setelah keluar dari kamar Farhan dan dia juga melepaskan tangannya yang tadi ditarik oleh Althaf dengan tidak berperi kemanusiaan.

"Oh Ayra? Gue kira sapi tadi," ejek Althaf dengan wajah yang super menjengkelkannya.

Mendengar hal itu membuat Ayra mencibir Althaf sembari memukul kuat bahu kakak laki-lakinya itu. "Dasar Kakak durhaka!"

// About Readiness //

"Kak Kayla mau beli apa?" Ayra menatap Kayla yang berjalan di sampingnya, saat mereka baru saja memasuki mall.

"Kita cari-cari aja dulu, Ra. Nanti kalau ada yang menarik dan dipentingin banget, ya dibeli," jawab wanita bercadar itu sembari tersenyum menatap Ayra. Matanya yang segaris membuat Ayra tahu jika wanita itu tengah tersenyum.

"Oh iya, Kak. Nggak sekalian cariin hadiah buat Oya? Lusa, kan dia ulang tahun. Gimana kalau kita ke toko baju anak-anak dulu, Kak?" ujar Ayra dan mendapat anggukan setuju dari Kayla.

"Eh, tapi Kak Akhtar ke mana? Kok nggak ada?" tanya Ayra karena saat melihat ke arah depan Akhtar sudah tidak ada di depan mereka. Padahal sebelumnya lelaki itu masih ada, tetapi kenapa sekarang sudah tidak ada?

"Mungkin mau beli keperluan dia juga. Nggak apa-apa kita jalan aja, nanti juga Akhtar telepon aku." Ayra hanya mengangguk, kemudian berjalan beriringan dengan Kayla menuju toko yang menyediakan pakaian anak-anak.

Setelah tiba di toko yang dituju, Ayra dan Kayla mulai mencari baju yang kiranya cocok dan akan disukai oleh Oya nantinya. Setelah memilah hampir setengah jam akhirnya Ayra sudah menemukan pakaian yang sangat bagus dan pastinya akan cantik jika dikenakan oleh Oya.

"Kak Kayla cantik, kan?" tanya Ayra seraya menunjukkan gamis set berwarna mint polos dengan pita yang ada di lengannya.

"Masya Allah. Bagus, Ra. Pasti Oya suka," ujar Kayla yang membuat Ayra merekahkan senyumnya kemudian membawanya ke kasir. Setelah membayarnya, Ayra dan Kayla kembali melanjutkan untuk mencari barang-barang yang mereka inginkan.

Setelah berkeliling dan menemukan semua barang yang diinginkan. Ayra dan Kayla memutuskan masuk ke dalam sebuah kafe untuk membasahi kerongkongan mereka yang kering sembari menunggu Akhtar. Sebelum masuk ke kafe, Kayla sudah menelpon lelaki itu terlebih dahulu.

"Kak Kayla aku mau nanya deh. Menurut Kakak bagusan punya banyak sahabat atau sedikit?" tanya Ayra memulai obrolan setelah mereka menemukan meja kosong yang berada di pinggir.

"Kenapa nanya gitu, Ra?"

"Ya, nggak kenapa-kenapa, sih, Kak. Aku cuman penasaran aja sama jawaban yang Kak Kayla bilang nanti."

Kayla tersenyum dan mengangguk beberapa kali. "Menurut aku nih ya, Ra. Punya banyak sahabat itu bagus, kok asal kita sama mereka searah, maksudnya tujuan kita sama apalagi kalau hal itu tentang kebaikan di jalan Allah." Ayra mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari Kayla.

"Kamu tau nggak, kalau di dunia kita sama sahabat-sahabat kita saling mengingatkan dan mengajak untuk melakukan kebaikan di jalan Allah, di akhirat nanti kita akan saling mencari jikalau seandainya salah satu dari kita ada yang masuk surga," tutur Kayla menyelesaikan penjelasannya, karena melihat raut Ayra yang sepertinya sudah terlihat mengerti akan penjelasannya barusan.

"Oh, gitu, ya, Kak. Jadi, kalau kita bersahabat dengan orang yang membawa kita ke jalan yang sesat dan jauh sama Allah, maka kita akan saling tarik menarik ke dalam neraka dong, ya, Kak?"

"Wallahu'alam, Ra. Makanya kita harus bisa memilah sahabat yang baik yang tujuannya searah sama kita."

"Assalamualaikum."

Ayra dan Kayla sontak menoleh dan mendapati persensi Akhtar yang sedang berdiri di sisi meja sembari menenteng dua paper bag. "Waalaikumsalam," jawab Ayra dan Kayla secara bersamaan.

"Udah dapat barang yang kami cari?" tanya Kayla dan hanya mendapat anggukan dari Akhtar. Kemudian lelaki itu mendudukkan dirinya tepat di samping Kayla.

Tak lama setelah Akhtar datang, pesanan mereka juga sudah tiba. Selama makan, hanya Ayra dan Kayla yang mengobrol, Akhtar hanya sesekali menimpali jika ditanya oleh Kayla ataupun Ayra.

"Oh iya, Ay. Ini buat kamu ...." Akhtar memberikan satu paper bag pada Ayra.

"Buat aku? Ini apa, Kak?" tanya Ayra bingung, walau pada nyatanya dalam hati dia merasa amat senang.

"Hadiah ulang tahun kamu. Besoknya setelah Oya ulang tahu, kan kamu juga ulang tahun. Aku kasih sekarang karena besok sampai lima hari ke depan aku akan di pesantren, jadi tidak akan sempat kalau aku kasih kamu pas kamu ulang tahun," jelas Akhtar seraya menggoyangkan paper bag yang dia sodorkan di depan Ayra, lantaran gadis itu belum juga menerimanya.

"Kak Akhtar ingat?" tanya Ayra dengan mata berbinar. Senyum yang sedari tadi ingin mengambang, kini sudah sempurna tampil di wajahnya. Sungguh, Ayra sangat-sangat merasa bahagia, sampai-sampai dia ingin menangis rasanya. "Makasih, Kak," lanjut Ayra setelah menerima paper bag yang Akhtar berikan.

Aku nggak salah, kan kalau berpikir Kak Akhtar peduli dan mungkin ada rasa sama aku? batin Ayra bertanya seraya menatap Akhtar yang menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.

// About Readiness //

Malaaaam. Aku update lagi dan makasih sudah setia membaca cerita ini. Seehhuu di Chapter 18.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro