Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XIV

Selamat Pagi, Selamat Beraktivitas Warga Jingga🧡

Jangan lupa sarapan dulu, sebelum lanjut menyelam di dunia AL😉

Happy Reading ….

+++

Dinda baru saja keluar dari dalam mobil, ketika sebuah suara menginterupsi langkah kakinya. Sebenarnya, tanpa berbalik pun Dinda sudah tahu siapa gerangan yang memanggilnya barusan. Namun, demi berbasa-basi, perempuan itu berbalik ke si empunya suara yang tengah menghampirinya dengan sedikit berlari. "Kamu nggak dianter sama Nanda?" Demi menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak penting bagi orang di depannya ini.

Mendelik, Dinda menghela napas keras-keras. Sekadar ingin lawan bicaranya sadar, kalau kehadiran plus pertanyaannya membuat Dinda merasa keberatan. "Gue ada mobil dan bukan lagi anak kemarin sore yang nggak punya SIM."

Alen. Tersangka yang sudah berhasil membuat mood Dinda buruk, bahkan sebelum perempuan itu sempat sekadar menyapa teman-temannya apalagi mengikuti kelas hari ini, menggaruk tengkuknya kikuk. "Din … kamu, sayang sama Nanda?"

Lagi. Untuk kali ke sekian Alen melontarkan pertanyaan serupa.

"Nda, kamu baru dateng?"

Dan untuk kali ke sekian pula, Nanda selalu muncul secara tiba-tiba. Membebaskan Dinda dari pertanyaan Alen yang meski ia tahu, akan kembali laki-laki itu lontarkan, hingga Alen menerima dan mendengar sendiri jawaban Dinda. Tentu saja, jawaban yang sesuai dengan keinginan laki-laki itu.

Lama bersama Alen cukup membuat Dinda mengetahui bagaimana sifat dan watak laki-laki itu.

Dengan sedikit dipaksakan, Dinda menyunggingkan senyuman tipis. "Barang aku, kamu bawa?" Perut Dinda sudah bergejolak hanya karena harus bersikap sok manis terhadap Nanda demi meyakinkan Alen, jika hubungan mereka baik-baik saja.

"Sure. Aku nggak mungkin lupa." Mengedipkan sebelah matanya, dengan tanpa permisi ataupun sungkan, Nanda merangkul Dinda yang sontak menegang. "Kita duluan ya, Al. Atau … lo masih ada urusan sama tunangan gue?" tanya Nanda yang jelas sekali sengaja menekankan kata 'tunangan' pada kalimatnya.

Alen menggeleng dan membiarkan Nanda lagi-lagi membawa Dinda pergi begitu saja.

"Move on, Aileen." Tiba-tiba saja, Isya sudah berada di samping Alen sambil turut memperhatikan Nanda dan Dinda yang nampak tengah mengobrol entah tentang apa hingga hilang dari pandangan. "Jangan sampai lupa, kalau kamu punya tanggung jawab yang lebih penting ketimbang ngurusin mantan pacar kamu itu!"

Alen menatap Isya tajam. Mendengus, lantas berlalu meninggalkan Isya yang berdecak kesal. Sampai kapan ia harus menunggu bongkahan es di hati Alen mencair dan memberikan barang sedikit saja ruang di hati laki-laki itu untuk Isya lebih dari sekadar persahabatan? Jika terus begini, lama-lama Isya juga bisa lelah dan menyerah.

Alen dengan segala ketidakmampuannya untuk lepas dari masa lalu cukup menguras emosi Isya. Jika bukan karena satu alasan terbesar yang hingga kini membuatnya tetap bertahan berjuang merebut hati Alen, tentu perempuan itu lebih memilih untuk menyerah. Ia juga perempuan biasa yang memiliki perasaan. Terus disuguhkan dengan sikap cuek oleh Alen,  lama kelamaan juga membuat Isya jengah. Tidakkah Alen ada sedikit rasa barang sekadar menghargainya saja.

Dering ponsel yang tidak nyaring, namun getarannya yang sangat terasa di saku celana jeans Isya, berhasil menarik kembali kesadaran perempuan itu.

Sebuah nama yang tertera di layar membuatnya bergegas menerima telepon. "Halo. Kenapa, Mbak?"

Detik selanjutnya, jantung Isya nyaris saja copot dari tempatnya. Perempuan itu dengan segera menyusul Alen yang semoga tidak terlalu jauh berjalan.

Dengan keringat dingin yang mulai keluar, akhirnya Isya berhasil menahan lengan Alen, tepat ketika laki-laki itu hendak berbelok menuju lorong yang selalu ia gunakan ketika akan ke kelasnya.

Alen yang semula sudah siap mencecar, terdiam seketika melihat Isya yang gemetaran dengan keringat dingin yang dapat dirasakannya lewat sentuhan perempuan itu. Mendadak, perasaannya berubah cemas.

"Arsya … rumah sakit … keserempet sepeda."

+++AL+++

Siapa yaaa, kira-kira Arsya itu?

Penasaran nggak?
Penasaran nggak?
Penasaran nggak?
Penasaran lah, masa nggak ….

See You Next Part👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro