XIII
Hallo Pemirsa ….
Eh, Readers maksudnya.
Gaje banget ya, Author?😂
Mohon dimaafin, yaw … and
Happy Reading!!!
+++
"Eh, Kakak ini temannya Kak Nanda yang waktu itu di apartemen, 'kan?"
Dinda yang sedang menyusuri rak khusus snack sambil mendorong troli yang sudah terisi seperempat dengan beberapa barang, menoleh begitu merasa seseorang tengah mengajaknya berbicara.
Benar saja. Begitu Dinda menoleh, ia mendapati sesosok perempuan cantik tengah menatap dirinya dengan senyuman tipis.
"Sorry?" Wajah Dinda menunjukkan, jika ia tidak paham apa yang dimaksud oleh perempuan itu barusan.
"Saya Mela." Perempuan itu mengulurkan tangan yang disambut Dinda tanpa berlama-lama membiarkan tangan perempuan itu menganggur di udara. "Kita nggak sempat kenalan waktu itu, karena Kakak kayaknya buru-buru setelah nganterin barangnya Kak Nanda."
Otak Dinda bekerja tidak begitu keras, terlanjur malas karena sepertinya perempuan di depannya ini adalah salah satu pacar Nanda. Sampai akhirnya ia mengingat saat di mana dia dengan setengah hati menyanggupi permintaan Sari yang memintanya untuk mengantarkan pakaian dan juga salad untuk Nanda yang saat itu tengah menginap di apartemennya sehari setelah acara pesta pertunangan kecil-kecilan—yang tetap saja mewah—mereka dilangsungkan.
Seperti yang pernah Nanda katakan, bahwa pesta pertunangan mereka hanya mengundang kerabat dekat saja. Termasuk di dalamnya Hanum, Nora, Alen, dan Isya selaku sahabat Nanda dan Dinda.
Lagipula, Dinda juga tidak menginginkan terlalu banyak orang yang mengetahui perihal hubungannya dan Nanda. Terlebih, mereka hanya melakukan pertunangan atas permintaan orangtua. Jadi, lebih sedikit orang yang mengetahui jauh lebih baik.
"Nda, dompet aku kayaknya ketinggalan di rumah kamu, deh."
Nanda itu sudah mirip seperti hantu. Muncul tiba-tiba tanpa permisi.
'Nda'. Panggilan baru dari Nanda untuk Dinda, yang mulai laki-laki itu gunakan tepat setelah cincin pertunangan tersemat indah di jari manis Dinda.
"Lho, Kak Nanda? Lagi belanja juga?" Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Mela—yang jika tidak salah ingat Dinda merupakan pacarnya Nanda pada hari Selasa itu—bertanya. Suaranya mengalun lembut disertai senyuman anggun.
Dalam hati, Dinda menyayangkan kenapa perempuan sebaik dan secantik Mela mau-mau saja menjadi korban keberengsekannya Nanda.
Dan, apa juga yang perlu dicurigai. Toh, Dinda yakin 100% kalau Mela jelas mengetahui, jika dirinya bukan satu-satunya pacar Nanda.
"Hai, Babe. Kamu belanja juga?" Dan dengan tampang 'tak berdosa, Nanda mengecup pipi Mela hingga membuat perempuan itu tersipu malu dengan wajah merona.
Dinda mendelik malas, sebelum mengambil beberapa snack. Ia adalah tipe-tipe orang yang kadang suka bergadang demi menonton drakor denngan cemilan sebagai teman setia. Jadi, stok cemilan di rumahnya tidak boleh menipis apalagi sampai habis.
"Iya, sekalian Mama nitip beli beberapa barang, Kak."
Tangan Dinda ditarik Nanda sedikit menjauh, hingga membuat si empunya tangan menyentak tidak senang. "Apa, sih?!"
"Aku pinjem uang kamu dulu, ya?"
Sebelah alis Dinda terangkat naik. "Lah, emang ini belanjaan gue, kok. 'Kan lo yang dari awal sok-sok mau bayarin," sahut Dinda sewot.
Menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tidak benar-benar gatal, Nanda melirik ke arah Mela di belakang mereka. "Bukan itu. Aku mau bayarin belanjaannya Mela sekalian."
Mengerjap beberapa kali, Dinda terperangah. Cukup takjub dengan ucapan Nanda hingga berhasil membuatnya menggeleng-gelengkan kepala. "Waras lo?" Dinda hanya menguji. Barangkali kepala Nanda terbentur sesuatu, saat mencari dompetnya di mobil tadi.
"Aku janji, aku bakal bayar dua kali lipat. Termasuk tagihan belanjaan kamu. Ya? Masalahnya dompet aku ketinggalan." Nanda sudah persis seperti anak tetangga Dinda yang masih duduk di bangku SMP ketika meminta uang kepada ayahnya, saat akan jalan malam mingguan dengan pacarnya.
"Ogah! Males banget! Pacar juga pacar lo! Ngapain gue yang ribet?" Dinda sudah akan berbalik, ketika Nanda menahannya.
"Sekali ini aja, Nda. Please … malu banget tau, masa ketemu pacar yang lagi belanja, eh malah dibiarin bayar sendiri?"
Mengedikkan bahu, Dinda melepaskan tangannya dari Nanda. "Bodo amat!" ucap perempuan itu sebelum benar-benar berlalu meninggalkan Nanda yang ingin sekali mengumpat.
Mengelus dada, Nanda tanpa sadar berujar dalam hati. "Untung sayang."
Eh?!
+++AL+++
Selamat Sore ….
Gimana kabar kalian hari ini?
Gimana cerita AL di Part ini?
Jangan lupakan untuk selalu meninggalkan jejak setelah membaca, yap!
Nggak bayar, kok. Beneran✌
See You Next Part👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro