Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

VI

Hallooowww ……

Sambil ngundang kantuk, yok baca kelanjutan dari part sebelumnya dari kisah antara Nanda dan Dinda ….

+++++

"Anterin ke apartemen Nora aja," kata Dinda memberitahu sesaat setelah duduk di jok samping Nanda yang sudah lebih fresh dalam tampilan kasualnya. Tidak lagi kumal seperti sebelumnya, setidaknya itu yang dinilai oleh netra Dinda, ketika melihat Nanda yang bak bermandikan keringat sepulang dari bermain basket tadi.

Nanda melirik Dinda sekilas lewat ekor matanya, sebelum menancap gas perlahan. "Gue ditugasin buat anter lo balik, bukan keluyuran," sahutnya sambil menggeser ikon hijau pada layar ponsel yang menampilkan panggilan dari seseorang.

Memilih menunggu Nanda selesai berbicara dengan seseorang yang entah siapa, Dinda turut mengeluarkan ponselnya dan mulai berselancar di sosial media.

Dari cara bicara dan bahasa yang digunakan Nanda, kemungkinan besar yang tengah berbicara dengannya via telepon ialah kekasih dari laki-laki itu. Poor Dinda yang tidak lebih seperti nyamuk saat ini.

Jemari Dinda sudah mulai mencari kontak seseorang, tepat ketika sebelum mendial nomor yang dicari, ingatannya seketika muncul. Menampar keras perempuan yang memiliki lesung pipi pada salah satu pipinya tersebut. Ia kembali lupa, jika tidak lama ini, ia baru saja mengakhiri hubungannya dengan sang pacar. Disebabkan oleh pacarnya yang sering mengantar ibu-ibu komplek ke pasar dan nyaris 'tak memiliki waktu bersamanya karena sebagian besar waktunya digunakan untuk keliling perpustakaan kota. Bukan untuk membaca atau mencari referensi tugas kuliah, melainkan hanya karena menyukai bau dari buku-buku yang ada di sana.

Menghela napas pelan, Dinda bersandar di kepala jok setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Memilih melempar pandang ke luar kaca jendela mobil. Menikmati pemandangan malam yang sebenarnya tidak ada yang terlalu spesial.

Tiba-tiba saja, Dinda jadi berkeinginan menginap di puncak. Menikmati suasana segar dan ketenangan yang mendamaikan. Sudah cukup lama juga ia tidak refreshing. Mungkin, besok ia harus mendiskusikan hal ini kepada kedua sahabatnya.

"Kita mampir sebentar ke restoran, ya? Baru habis itu gue anter balik." Nanda buka suara, membelah sepi, setelah meletakkan kembali ponselnya.

"Ke apartemen Nora, bukan balik ke rumah gue," koreksi Dinda yang masih sibuk memandangi tepi-tepi jalan. Entah melihat para pejalan kaki atau toko-toko. Kadang juga tumbuhan atau benda mati. Random. Kegiatannya saat ini, tidak lebih dari sekadar mengusir jenuh yang tanpa sopan santun hinggap mengusik mood seorang Adinda Myesha Arnawarma.

"Ngapain lagi, sih?" tanya Nanda sambil mendengus malas.

"Main bentar."

Mendengar jawaban Dinda, Nanda secara refleks berdecih. "Dasar bocil," cibirnya sambil menepikan mobil di depan sebuah restoran.

Merotasi kedua bola matanya, Dinda lamtas mengernyitkan kening, saat Nanda keluar dari dalam mobil dan … menghampiri seorang perempuan yang memang sejak sebelum mereka sampai sudah berdiri di depan restoran. Persis seperti tengah menunggu abang ojol menjemput.

"Pindah."

"Ha?" Dinda mengerjap dua kali, ketika Nanda membuka pintu mobil di sisinya dan menyuruhnya untuk pindah ke jok belakang.

"Cewek gue mau duduk di depan." Nanda memberi isyarat mata yang mengarah kepada seorang perempuan berambut sebahu yang tengah berdiri di belakangnya.

"Kampret!" umpat Dinda pelan, ketika akan melewati Nanda. Dalam hati, perempuan itu mengutuk Nanda habis-habisan atas sikap kurang ajarnya barusan. Lihat saja nanti, Dinda akan mengadukan Nanda kepada Wirna.

"Hai … gue Maryam Zara Aisfa, lo bisa panggil Isfa. Gue pacarnya Nanda pas hari kamis." Ketika Nanda mulai menjalankan kembali kuda besi miliknya yang dibeli menggunakan uang orangtuanya, perempuan yang telah membuat Nanda tega mengoper Dinda ke jok belakang itu mengulurkan tangan setelah sebelumnya menghadapkan diri ke arah Dinda. Senyuman manis bertengger di wajah imutnya yang bak artis korea.

Meski sedikit dongkol akibat perbuatan Nanda sebelumnya, Dinda tetap menerima uluran tangan Isfa dengan kedua sudut bibir yang ikut ditarik ke atas sedikit. Sebelum buka mulut, otak cerdik Dinda terpikirkan suatu hal yang mungkin bisa sedikit memberi Nanda pelajaran. Senyum perempuan itu melebar penuh makna sebelum lisannya membalas sapaan Isfa.  "Dinda, calon tunangan Nanda."

+++AL+++

Dinda mulai aktif ya, Bund🤭

Gimana guys, sampai di sini?
Seru, nggak?

Semoga kalian benar-benar menikmati cerita saya, yap!

Vote dan komen tentu tidak pernah tidak dinantikan😋

See you next part …

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro