V
Hullaaaaa … !!!
Welcome back to my story!!!
Asik, udah kayak yutuber aja Author, nih!🤣
Seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pembaca, mohon vote dan tinggalkan komen or spam komen sebagai jejak, jika kalian pernah mampir di lapak Author😉
+++++
Suara tawa yang terdengar riang membuat Nanda memutar langkah yang tadinya ingin langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya ke arah sumber suara dengan ransel yang masih setia tersampir di bahunya. Dan ketika kakinya menapak lantai ruang keluarga, terjawab sudah pertanyaan yang sempat hinggap di kepalanya.
"Nanda!" Langkah kaki Nanda yang semula berbalik ingin melanjutkan niat pertamanya ke kamar, terpaksa terhenti kala suara sang ibu menyerukan namanya.
Setelah memasang ekspresi senormal mungkin, Nanda kembali berbalik. Menghampiri dua perempuan di depan sana dengan senyuman lebar. "Ma … Din?" Disapanya singkat kedua perempuan itu sambil mendudukkan diri tepat di samping Dinda yang langsung merengut kesal.
"Jangan sok akrab, deh!" sergah Dinda dengan cara berbisik. Tidak ingin sampai terdengar ke rungu Sari.
"Hah? Serius?!" Entah apa yang terjadi, Nanda tiba-tiba saja berseru cukup nyaring dengan ekspresi yang dibuat seterkejut mungkin, bahkan Sari sampai kaget sendiri dibuatnya.
"Ada apa, sih, Nan?! Ngagetin aja!" tegur Sari yang spontan melempar kacang kulit ke arah sang anak.
Dengan gerakan sigap, tangan Nanda menangkap kacang yang ibunya lempar. Mengupasnya, lantas melahapnya dengan santai. "Ini, Ma. Si Dinda ada urusan urgent katanya."
Mendengar pernyataan yang Nanda jabarkan, kepala Dinda menoleh otomatis dengan mata melotot. Sejak kapan dia mengatakan ada urusan urgent? Dan sekalipun iya, tidak mungkin juga akan memberitahu Nanda. Toh, tidak ada hubungan apa-apa juga antara keduanya yang membuat Dinda harus repot-repot memberitahu laki-laki itu.
"Urusan apa, Sayang? Kok, nggak bilang sama Mama?" tanya Sari yang memandang Dinda dengan sungkan. Saking asiknya, ia jadi menahan Dinda selama ini.
Dalam hati Dinda mengumpati Nanda secara otomatis. "Ah, nggak, kok, Ma."
"Ya Udah kalau gitu. Nanda, kamu tolong anterin Dinda, ya?"
Nanda yang sedang asik menyantap kue kering buatan ibunya, langsung melayangkan tatapan protes. "Duh, Ma. Nanda 'kan baru pulang, masa iya harus nganterin Dinda?"
Mendengar penolakan dari anaknya, Sari mendelik seraya bersedekap. "Ini udah malam, masa kamu tega biarin Dinda pulang sendirian?"
Di tempatnya, Dinda berusaha untuk tidak tersenyum ketika melihat ekspresi wajah Nanda. Laki-laki itu terjebak oleh perangkapnya sendiri. "Nggak apa-apa, kok, Ma. Dinda juga udah biasa pulang sendiri," tolak Dinda dengan nada sesopan mungkin. Bagaimanapun, ia juga tidak sudi-sudi amat diantar pulang oleh Nanda.
"No no no. Mama nggak menerima penolakan, okay?" Sari menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri beberapa kali dengan senyuman penuh makna yang tersungging di bibir merahnya. Setelahnya, ia bangkit berdiri. "Mama ke kamar dulu." Menatap Nanda, Sari kembali menekankan titahnya sebelumnya. "Jangan coba-coba melanggar perintah Mama, ya? Anterin Dinda sampai ke rumahnya, ngerti?"
Dan dengan senyum penuh paksaan, Nanda mengangguk pasrah. "Ini sih, namanya senjata makan tuan," gumamnya sepeninggal Sari.
"Makanya, jangan nyari-nyari masalah!" tukas Dinda yang masih bisa mendengar apa yang Nanda katakan barusan. Perempuan itu bersandar sambil bersedekap dengan kaki yang disilangkan. "Buruan! Gue ada urusan urgent, nih!" titahnya sembari menatap Nanda yang juga tengah menatapnya dengan penuh kemenangan.
"Cih! Dasar anak mami!" ketus Nanda sebelum beranjak secara ogah-ogahan. "Gue mandi dulu," katanya sambil berlalu.
"Jangan lama-lama!" kata Dinda sedikit berteriak. Sedetik setelahnya, tawa perempuan itu pecah, karena mendengar gerutuan Nanda yang turut menghentakkan kaki meluapkan rasa kesalnya. "Dinda dilawan," gumam perempuan itu sambil mengibaskan rambut dengan gerakan seanggun mungkin sebelum kembali duduk dengan tenang. Menunggu Nanda sembari menonton televisi yang tengah menayangkan sinetron dengan judul 'Pacarku Ibarat Warna Pelangi' sambil tangannya memasukkan kue kering ke dalam mulut. Benar-benar kenyamanan nan tiada tanding.
+++AL+++
Gimana-gimana sama part ini?
Kira-kira, udah ada gambaran belum, tentang sosok Dinda dan Nanda?
Kalau udah, sok atuh kasih tau Author lewat kolom komentar di bawah ini, nih …
See you next part …
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro