Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1. Namanya Ghena

Maapin kelakuan Ghena di cerita ini ya guyss.. 😆😆😆
Ghena gak maksud begitu, emang anaknya ngeselin.. Hahahaa

Dan juga banyak yang komen, kok karakter Abel sebelum nikah gini amat yaa.. Berubah pas ketemu pawangnya?? 😆😆😆

Orgnya sampe komplen ke aku.. Pawang?
Whakakaka.. Aku tahu sih dia punya uler, tapi please deh.. 🤣🤣🤣 ghena bukan pawang...


Cantik sih, cuma rasanya percuma kalau tidak beretika.

Baru juga sampai di kantor, notif pesan di hape sudah kayak orang ajakin ribut.  Gue yakin bukan satu pesan yang dikirim. Tapi bisa-bisa puluhan pesan. Memang apa susahnya sih diketik dulu panjang lebar, baru dikirim. Biar enggak buat notif jebol kayak gini. Karena gue yakin kalau dicek sekarang isinya cuma perkata terus dikirim. Jadi enggak nyambung kan.

Sambil berjalan masuk ke dalam kantor, gue lihat security yang biasanya dinas malam, hari ini lagi shift pagi kayaknya. Dengan kondisi yang sibuk menikmati kopi dipagi hari, dia sampai enggak sadar kalau gue perhatiin.

"Woi, Pak. Pelan-pelan. Awas melepuh."

Dia hampir tersedak malu karena gue sibuk ketawain dia sebelum masuk ke dalam kantor milik keluarga gue.

Ya, memang keluarga. Kalau dijabarin, kantor ini punya saudara dari mama gue. Dia itu masih sepupu jauh, dan kayak kerja sama gitu buka perusahaan ini dibidang property.

Kayak barang-barang mewah dari luar negeri, perusahaan ini yang beli, terus dijual lagi ke kolektor-kolektor Indonesia yang suka beli barang mewah dan antik.

Memang sih skalanya belum sebesar perusahaan terbuka, apalagi sahamnya masih berputar dalam lingkup keluarga, tapi kalau menurut gue keuntungannya lumayan besar.

Karena yang gue dengar, perusahaan ini mau buka anak perusahaan yang bergerak dibidang industri kopi. Jadi biji kopi terbaik, akan diolah sendiri oleh kami, baru dijual belikan ketika hasilnya sudah menjadi yang terbaik.

Dengan alasan mau buka anak perusahaan itu, maka bagian personalianya lagi cari banyak karyawan baru. Buat jagain store-store kopi yang kemungkinan akan dibuka dalam satu bulan ke depan.

"Pagi pak Abel."

"Pagi, Pak."

"Eh, hari ini saya akan panggil perempuan yang waktu kemarin Bapak kirimkan CVnya."

Perempuan?

Ah, gue baru ingat. Cewek yang kemarin itu neror gue lewat WA dan maksa buat dicariin kerjaan. Ternyata dipanggil juga dia sama bagian personalia.

"Pak Abel temannya dia?"

"Ah? Saya? Dia temannya teman saya."

"Oh. Kirain pacarnya pak Abel?"

Pacar? Gue?

Punya pacar yang bawelnya minta ampun kayak gitu bisa gila kali. Yah bayangin aja, dari awal gue udah info sama dia kalau kantor ini memang lagi cari orang. Tapi kan gue enggak bisa pastiin apa kriterianya. Secara gue bukan bagian personalianya, mana bisa gue kasih info ke dia.

Masalahnya walau udah gue kasih tahu begitu, dia kayak enggak percaya. Terus WA sampai akhirnya gue nyerah, dan minta dia kirimin CV aja ke email gue. Biar gue terusin langsung ke pak Hadi ini, bagian personalia. Karena memang dia yang tahu kriteria buat karyawan baru.

"Bukan, Pak. Saya lagi cari istri bukan cari pacar."

Gue jawab aja asal, sambil izin pergi ke ruangan gue. Takutnya nih, si bos cariin dan gue enggak ada di ruangan, bisa kacau.

Tapi sampai ke ruangan yang enggak begitu gede, semuanya masih kosong. Bahkan si Andri juga belum datang.

Luar biasa sekali. Perusahaan apa ini? Sudah jam 9, karyawan yang sudah datang bisa dihitung pakai jari. Apalagi karyawan yang ada hubungan keluarganya, seperti yang Andri lakukan, jangan berharap dia datang cepat.

"Perusahaan apa kuburan? Udah siang sepi banget."

Gue cuma bisa celingukan melihat kekosongan meja-meja mereka. Sampai akhirnya gue inget dari tadi banyak banget pesan masuk ke hape gue, cuma terabaikan. Kira-kira dari siapa?

Setelah buka jaket, dan taro tas di atas meja, gue sengaja santai sambil baca pesan yang masuk ke hape. Ternyata orang yang puluhan kirimin gue pesan adalah GHENA. Cewek yang maksa banget minta bantuan gue buat bisa kerja di sini.

Hahaha, andai Ghena tahu. Perusahaan macam apa ini. Dia juga enggak akan mau kali masuk ke sini.

Ghena

Mas, hari ini gue ada panggilan interview.

Terus gimana ya?

Kira-kira berkas apa yang harus gue bawa?

Cv dibawa lagi enggak?

Ketemu siapa ya gue di sana?

Lo lagi di kantor enggak?

Nanti gue ketemu lo dulu boleh?

Atau gimana ya enaknya?

Maaf ya mas tanya mulu.

Gue pertama kali interview nih.

Bingung harus gimana?

Takut ditanya macem-macem.

Susah enggak sih interviewnya.

Mas, jawab dong. Gue diminta datang abis makan siang.

Lo ke kantor kan?

Sepanjang itu dia kirim gue pesan. Padahal bisa aja dia kirimnya sekali, tapi dia rangkum biar gue bacanya enak. Enggak kayak orang semaput gini.

Lo datang aja. Nanti ketemu pak Hadi.
Enggak perlu bawa apa-apa. Bawa otak lo aja cukup.

Kasar? Memang. Gue akui itu.
Tapi anehnya walau sudah gue kasarin, ini cewek kayak kebal banget. Gue bales sekali, dia bales puluhan kali. Kalau begini terus, lama-lama gue blokir juga lo.

***

Seperti biasa kegiatan makan siang gue diluar kantor, bareng Andri, untuk ketemu klien. Siang ini klien gue cukup ngaret, gue udah selesai makan siang, dia belum juga datang.

Karena itu gue sama Andri kayak udah jamuran nungguin dia datang di salah satu tempat ngopi dalam sebuah mall.

Pesan dari bos gue, klien kali ini sangat menguntungkan perusahaan, jadi gue sama Andri harus pinter-pinter buat jaga sikap. Dan maintenance kondisi agar enggak terjadi hal-hal diluar kendali.

"Gila, lama banget ini orang."

Andri mulai berteriak kesal. Dia merenggangkan otot-ototnya sambil meletakkan hapenya di atas meja. Sudah hampir 2 jam kami menunggu, dan ternyata klien tersebut belum juga ada kabarnya. Membuat kondisi kami jadi serba salah.

"Gue ngerokok dulu deh, lo di sini aja. Takutnya dia datang, kita enggak ada di tempat."

Gue cuma bisa ngangguk, terus fokus sama game yang sedang gue mainkan.

Beberapa saat hidup gue terasa tenang, enggak ada Andri yang kerjaannya cuma ngeluh, dan ada teror pesan dari cewek yang namanya Ghena.

Tapi siapa yang sangka, baru gue mikir kayak gitu, panggilan dari Ghena muncul di layar hape gue.

Gila ini cewek. Berani hubungi gue duluan.

"Halo.... "

"Siang, Mas. Aku udah di depan kantor nih. Mas di mana, ya? Aku bingung harus ke mana."

Ah? Dia tanya langsung ke gue? Memangnya pak Hadi enggak menjelaskan secara detail dia harus ke mana setelah sampai?

"Gue lagi enggak di kantor. Lo masuk aja. Tanya satpam mau ketemu pak Hadi."

"Oh, Mas enggak di kantor ya. Kirain mas nya ada. Kan jadi enggak canggung."

Sekali lagi gue cuma bingung sama sikap si Ghena ini. Bisa-bisanya dia bilang kalau sama gue enggak canggung? Lah, ketemu sama gue aja belum pernah. Aneh banget ini bocah.

"Yaudah deh, Mas. Makasih banyak ya. Tadi ketemu pak Hadi ya? Nanti boleh kan aku bilang tahu kantor ini dari mas Abel?"

Rasanya pengen sih gue bilang enggak boleh. Cuma percuma aja. Pak Hadi juga udah tahu cewek aneh ini gue yang bawa.

"Siang, pak Abel?"

Kepala gue respon ke angkat waktu ada yang negur gue. Dari tampilannya klien ini bukan orang biasa, gue yakin banget. Karena dari sekian banyak klien yang pernah gue temuin, cuma dia yang beda banget.

"Siang, Bu. Benar, saya Abel Savian."

Siang itu pertama kali kami berjabat tangan, saling memperkenalkan diri untuk melakukan kerja sama.

Sumpah, bentuk manusia yang berdiri di depan gue sekarang ini bukan cuma pantes dijadikan klien di kantor. Tapi klien di rumah juga gue siap.

Continue..
Hayoo. Nackall.. 🤣🤣🤣🤣
Masih ada yang mau lanjut baca? Komen aja.. Bikin abel ngamuk kalo bisa..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro