Love in Autumn [Izumida Azami]
Love in Autumn [Izumida Azami x Noir]
Genre: Romance, Fluff
Request dari Nitto_yey
Author Note: Omatase~ Yey sehari selesai! Siapkan tisu karena kalian akan menemukan sebuah keuwuan dari pasangan ini, terutama Azami/plak (◕ᴗ◕✿)
Happy Reading~!
~||~||~||~
Sejak pertama kali melihatmu, aku selalu penasaran. Ekspresi apa yang ingin kamu tunjukkan kepadaku? Mengapa kamu canggung didepanku? Mengapa kamu jarang tersenyum? Mengapa kamu begitu misterius?
Aku ingin tau segalanya
Tentang dirimu...
~||~||~||~
3rd Pov
Tsukushi High School adalah sekolah yang terletak tak jauh dari Veludo Way, sekolah dimana Hyodo Kumon dan Izumida Azami menimba ilmu. Azami memutuskan untuk sekolah di Tsukushi High School karena ajakan dari Kumon, dan inilah dia saat ini. Seorang siswa kelas pertama di Tsukushi High School. Awalnya Azami berencana untuk tidak terlibat dengan anak-anak di kelasnya, tetapi daripada mendengar ocehan Kumon yang ributnya hampir menyaingi Sakyo maka lebih baik mengikuti katanya.
Tsukushi High School terbagi menjadi 3 lantai dan 1 atap. Lantai 1 disini kelas 1, begitupun lantai 2 dan lantai 3. Saat ini Azami tengah bersama Kumon di lantai 3 ketika jam istirahat. Azami gak mau dikerumuni cewe-cewe di kelasnya dan kabur menuju lantai 3 agar tak diganggu. Dia menunggu Kumon diluar kelas, tampaknya Kumon ditahan teman-temannya membicarakan suatu hal. Karena Azami gak mau ganggu jadi dia hanya menunggu, setelah Kumon selesai ngobrol, dia pun keluar kelas.
"Gomen, nungguin ya?"
"Gak juga, ngapain ngobrol selama itu?"
"Iyaaaa habisnya mereka bahas pertandingan baseball yang diadakan minggu depan, jadi keblablasan deh~" jelas Kumon, Azami menghela nafas pendek kemudian meninggalkan Kumon dan diikuti oleh Kumon.
Azami tau soal passion Kumon soal baseball mengingat waktu play ke-3 adalah tentang baseball. Tapi Azami bersyukur Kumon melewati batasnya, sama seperti dirinya. Kumon banyak mengobrol tentang Baseball selagi kami jalan, aku yang mendengar hanya membalas satu atau dua ceritanya. Selagi asiknya ngobrol, Azami tak menyadari kehadiran seseorang di depannya. Kumon yang asik ngobrol, melihat ke depan.
"Awas!" peringat Kumon
BRUK
Azami menabrak seseorang didepannya, membuat mereka berdua terjatuh. Kertas-kertas yang dibawa si penabrak berserakan, Kumon gak ikut jatuh karena posisinya disamping Azami. Kumon membantu membereskan kertas.
"Ah maaf, kau gapapa?" tanya Azami begitu kena tabrak. Salahnya juga yang gak perhatikan jalan dan gak nyalahin si penabrak mengingat yang menabraknya membawa tumpukan kertas seorang diri.
"Itta taa.....ah! maafkan aku!" ucap seorang gadis yang menabraknya, dengan paniknya dia membereskan kertas berserakan. Azami ikut membantunya membereskan kertas-kertas yang berserakan, lalu memberikannya ke si penabrak. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf. Kumon memberikan kertas-kertas yang berserakan kepada si gadis, begitupun Azami.
"Terimakasih!" si gadis membungkuk karena sudah ditolong, Azami gak mempermasalahkannya karna dia sendiri yang salah.
Si gadis mendongkakkan kepala, mata mereka bertemu. Azami membeku, termenung melihat mata si gadis. Mata sebelah kanan berwarna seperti sappire dan sebelah kiri seperti ruby. Azami belum pernah melihat kedua mata yang menurutnya indah.
'Matanya.... heterochromia?' batin Azami, menebak dari matanya. Si gadis kaget dan langsung berlari meninggalkan Azami yang membatu. Azami berasa di cuekin, belum balas ucapan terimakasih udah pergi saja.
"Apa-apaan cewe itu?" gumam Azami. Sementara Kumon hanya memperhatikan Azami dan si gadis.
。
TING
TONG
Bell sekolah telah berbunyi, menandakan jam makan siang sebentar lagi berakhir. Para siswa yang asik makan mempercepat makannya, sementara yang lainnya sedang asik ngobrol, main game, ke perpustakaan, dan latihan. Begitupun yang dilakukan kedua cowo ini, sedang makan di atap sekolah yang terletak di lantai 4. Kumon dan Azami beruntung dia tepat waktu, sejak kejadian tadi Kumon menariknya ke cafetaria untuk membeli roti selai dan minuman kaleng. Dan disinilah mereka, sedang makan roti selai.
Kumon makan dengan penuh kebahagiaan karena roti isi selai kacang yang dia inginkan tidak habis. Berbeda dengan Azami yang memakan roti isi ayam dengan tidak nafsu. Kumon bertanya-tanya mengapa mood Azami tiba-tiba berubah.
"Azami kenapa?" tanya Kumon, Azami mendengus sebal seakan-akan melampiaskan kekesalan pada angin yang mengganggunya.
"Soal kejadian tadi. Kau gak kesal, cewe itu seenaknya pergi. Dia kenapa sih, moodku langsung ilang gegaranya." jelas Azami yang sudah seperti curhatan kecil. Kumon yang mendengarnya tertawa, hampir tersedak kalau tidak minum teh oolong dalam botol.
"Ternyata soal itu, yang kayak gitu kesal? Bagiku biasa aja~"
"Apa maksudmu?"
"Yaaaaa bisa jadi kan dia terburu-buru. Gak liat tumpukan kertas yang dia bawa, udah menghalangi pandangannya loh."
"Hee...." kalau dipikir benar juga, bisa jadi terburu-buru. Tapi kenapa dia merasa kesal?
Tiba-tiba Azami mendapat tepukan punggung dari Kumon, Azami melirik Kumon. Dia ngapain?
"Jangan sebal gitu dong~ Ayo habiskan makanannya!" ajak Kumon, Azami mengangguk. Memang percuma memikirkannya, akhirnya menghabiskan makanan sebelum kembali ke kelas.
。
。
Bell telah berbunyi sebanyak 3 sampai 4 kali, menandakan pembelajaran sudah selesai. Guru kelasku meninggalkan kelas begitupun anak-anak kelas lainnya, sementara aku masih duduk dibangku yang terletak di tengah tengah kelas. Kulihat jendela disamping bangkuku, melihat siswa-siswa berhamburan untuk pulang atau pergi ke klub untuk latihan.
Helaan nafas terdengar, hari ini terasa sangat cepat. Selama belajar dijelas, pikiranku berada ditempat lain. Memikirkan satu hal yang sampai sekarang menggangguku.
Benar
Gadis itu
Aku gak tau kenapa tapi sikapnya di lantai 2 itu benar-benar mengganggu. Kenapa dia seenaknya kabur? Aku belum ngucapin maaf atau membantunya membawa barangnya. Kumon bilang dia terburu-buru, kuharap juga begitu.
"Hoiii Azami, ngapain disitu terus? Ayo pulang!" pandanganku teralihkan ke pintu, melihat Kumon yang baru datang. Segera kuberanjak dari bangku dan menenteng tasku dengan satu tangan menuju tempatnya.
"Sorry, lama ya?"
"Justru aku yang bilang gitu! Tadi sensei dikelasku gak biarin kami keluar" ucap Kumon seraya mengatupkan kedua tangannya di depan. Aku menghela, seperti dugaan. Wajar aja dia ditahan, pasti masalah itu.
"Remedial lagi?"
"Eh? KOK TAU?!!" Kumon shock- maksudnya kaget dengan tebakanku. Ya jelas tau, Kumon gak terlalu pintar dikelas dan dia susah belajar. Aku jadi ingat waktu mengajarinya matematika, pikirannya udah melayang.
"Ya tau lah bodoh. Jadi gimana, berapa nilaimu?" tanyaku. Bertanya nilai remedialnya. Yang ditanyain masang wajah tak bersalah sambil terkekeh.
"Ehehe, dapat 5"
PLAK
Kumon mengelus kepalanya akibat jitakan dari tanganku. Maaf refleks, habis kesal.
"Udah kubilang ingat-ingat rumusnya, kau serius belajar gak sih?"
"GOMEEENNNNN" Kumon teriak sambil kabur, aku menghela nafas. Merasa capek, heran kenapa dia jadi senpaiku.
。
Kami sampai di gerbang sekolah, hendak pulang menuju MANKAI dorm. Kumon yang tadinya kabur sambil nangis kembali lagi mengejarku yang dia tinggalkan. Akhirnya kami pulang barengan lagi, Kumon memainkan bola baseball kesayangannya sambil jalan.
"Oh iya Azami, sebelum pulang mau mampir dulu? Kudengar ada diskon di kedai kroket, beli 2 gratis 3. Karna kita berlangganan disana, kira-kira dapat bonus gak ya~" ucap Kumon, mengajakku dan berharap dapat bonus dari penjual kedai. Kurasa gak buruk, selama dijalan aku bisa mampir buat beli skincare dan bedak mumpung stock di asrama hampir habis.
"Boleh saja. Setelah itu temani aku belin skincare"
"Oke~"
Tumben Kumon gak protes? Tapi biarlah, bisa jadi moodnya lagi bagus karna diskon kroket favoritnya. Aku mengecek tasku, mencari benda yang selalu kubawa.
Tunggu, aku merasa ada yang hilang. Segera aku cek kembali tas sampai mengeluarkan isinya di dekat gerbang. Tak lupa mengecek saku dan jas.
?!
Tidak mungkin
"Ada apa Azami?"
"....aku titip tas, tunggu disini!"
"OI AZAMI?!!" aku langsung berlari meninggalkan Kumon yang memanggilku. Jangan panik, aku harus ingat-ingat dimana pernah meletakkannya. Aku segera ke kelas untuk mengecek laci meja, tak lupa cari di loker dan di lorong. Nafasku memburu dan mulai dilanda panik karena tak satupun menemukannya, sampai di atap juga tidak ada.
"Haah....hhh....Kemana brush itu!" rasa frustasi dicampur penyesalan karena menghilangkannya memuncak, meninju dinding yang tak bersalah.
Bagaimana bisa aku menghilangkan brush kesayanganku? Satu-satunya barang berharga yang diberikan ibu... Brush itu selalu kubawa kemana-mana sebagai jimat yang dapat membantuku. Apalagi Brush itu satu-satunya ingatan berhargaku dengan ibu, brush yang selalu kujaga dengan nyawaku sendiri.
"Sial...." emosiku menguap-nguap, benar-benar menyesal. Bagaimana aku bisa hidup tanpa brush itu?!
"A-anou..." tiba-tiba terdengar suara seorang gadis dibelakangku. Sontak menoleh kearahnya, dia tampak canggung melihatku.
"Kamu kehilangan...ini?" dia merongoh saku jasnya dan memperlihatkan brush kesayanganku. Aku tertengun.
"...Iya...Bagaimana kau tau?"
"S-setelah kita bertabrakan, aku menemukan brush ini di saku jasku. Aku belum pernah memilikinya jadi kurasa ini milikmu." jelasnya, memberikan brush itu kepadaku.
"Arigatou..." ucapku berterimakasih kepadanya, akhirnya pikiranku kembali tenang. Untung gadis itu mengembalikannya. Kalau tidak, aku udah bersumpah bakal mencari brush itu sampai ketemu bahkan nekat mengacak-acak semuanya demi mencari.
"Syukurlah, kalau begitu aku pamit dulu. Selamat sore" si gadis pamit, membungkukkan sedikit badannya lalu meninggalkanku yang terdiam di tengah lorong.
Gadis itu... sepertinya tidak memiliki maksud lain. Berbeda dengan gadis-gadis yang kutemui, mendekatiku dengan maksud tersembunyi. Tetapi dia, walau tidak menatapku tapi niatnya untuk mengembalikan itu nyata. Seolah semua itu hal wajar baginya...
。
。
Di pusat perbelanjaan atau kita sebut jalan khusus menjual barang alias pasar. Berbeda dengan pasar pada umumnya, dijalanan itu dibagi-bagi. Ada jalan khusus menjual bahan makanan, jalan khusus kedai makanan, sampai jalan khusus pakaian dan alat kecantikan. Aku tengah melihat-lihat skincare yang akan kuduga di asrama, tak lupa mencari skincare yang direkomendasikan di internet.
Aku terdiam melihat dua botol skincare ditangan, memikirkan kejadian tadi sore. Dia yang canggung dan mau mengembalikan baranganku yang berharga tanpa maksud tersembunyi.
Aku ingin tau tentangnya
"Azami?"
Segera kugelengkan kepala, berharap harapan itu sirna. Tapi walau begitu tetap saja aku penasaran.
"Hoiiiii Azamiii, ngapain bengooong mulu?" kutolehkan kepala, melihat Kumon yang menatapku bingung.
"Gaada"
"Mikirin sesuatu ya? Ceritakan aja~"
Ukh, tepat sasaran. Kumon ini peka atau gimana, tau jalan pikirku. Akhirnya aku menghela, menyerah.
"Kau ingat cewe yang kutabrak?"
"Hm, iya? Azami masih mikirin itu, dia kan terburu-buru-"
"Bukan itu. Kau ingat kejadian tadi sore?"
"Pas Azami ketinggalan brush? Makanya kubilang jangan hilangin barang--"
"Duh kubilang bukan itu!" Kumon bingung, dia ini paham atau gak sih?
"Cewe itu yang menemukan brushku." ucapku, Kumon ber-oh ria seolah paham.
"Ah! Jangan-jangan Azami ingin tau tentangnya ya? Uwaah tumben bangeet, ada apa ini? Seorang Azami peduli cewe, hohoo jangan-jangan..." Kumon tersenyum jahil sambil menyikut lenganku, dia ngomong apa sih! Tapi soal mencari tau tentangnya memang benar.
Tunggu, aku ngomong apa?!
"Urusee, jangan aneh-aneh lu. Aku cuma pengen tau namanya doang"
"Naruhodo naruhodo, khusus Azami kuberitahu deh~" Kumon memasang pose ala-ala detektif, ini anak memang pengen kuhajar.
"Namanya Noir-chan, dia ketua OSIS kita tahun ini~ Azami ingat dia pernah beri kata sambutan pas upacara?"
"Oh, karna kata sambutan kepsek kelamaan jadi aku kabur." ucapku mengingat waktu upacara pura-pura izin ke toilet karna bosan. Kumon sweetdrop, seolah udah tau.
"Pantes, berarti itu pertemuan pertama kalian. Memangnya kenapa Azami penasaran??" Kumon nanya lagi. Aku yang sedang memilih-milih bedak pun terhenti, melihat bedak didepan. Kumon menungguku bicara. Tak beberapa lama kujawab,
"Matanya"
"Mata? Ah! heterochrome, matanya unik ya~ Jarang-jarang disekolah kita ada mata kayak gitu, beda banget."
"Hee..."
。
Tak terasa kami menghabiskan waktu sampai jam 9 di pusat perbelanjaan, melupakan makan malam yang sudah dibuat Omi-san. Kusso Sakyo sampai ceramahin kami karna pulang telat, telingaku sakit mendengar ocehan menyebalkannya. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, aku tengah melihat brush kesayanganku di atas kasur.
"...cewe itu aneh ya!" tanpa sadar bergumam, terdengar oleh Kusso Sakyo yang lagi baca shoujo manga. Kusso Sakyo menaikkan alis, heran.
"Kau berbicara denganku?"
"Gak, ngomong ama brush"
"Aneh"
"Ya gak lah bego! Siapa lagi yang di kamar selain elu? Jangkrik?"
"Hah? Belangak kau ya, kusso gaki"
"Haa? ngajak berantem lu!"
"Gak usah, capek gue ladenin anak kayak lu."
"Cih" kulempar bantal kearahnya dan dihindari dengan mudah. Aku langsung menyelimuti diri dan berbaring tanpa bantal. Pas berbaring, tetiba ada bantal dikepalaku. Ingin sekali melemparkan bantal ini ke mukanya, tapi baru mau lempar, si Kusso sakyo menutup shoujo manga yang dibaca.
"Ada masalah, Bon? Aku tau kau canggung sama cewe apalagi dekat dengannya, mendengarmu bicara itu berarti terjadi sesuatu 'kan?" tanya Sakyo. Aku terdiam, dia peka juga. Posisiku kembali duduk dan memeluk bantal, mulai cerita semua kejadian yang kualami mulai dari ditabrak sampai kehilangan brush dan ditemukan. Sakyo menyimak semua ceritaku sebelum membuat keputusan.
"Aku gak tau gimana cara balasnya, kau tau kan rasanya gak enak ditolong tanpa balasan."
"Ya taulah, gue sendiri yang ngajarin lu."
"Serah!" ucapku mendengus sebal, capek ladenin si pak tua. Sakyo memangku dagunya dengan satu tangan, berpikir.
"Hanya ada satu cara..."
"Apa?" tanyaku penasaran. Kalau ini bisa membalas budi, maka kulakukan.
"Jadi begini...." Sakyo bercerita panjang lebar malam itu. Menceritakan semua yang dia tau selama melakukan penelitian lewat buku dan shoujo manga. Malam pun berlalu begitu cepat.
***
3rd Pov
Hari berikutnya di dalam gedung Tsukushi High School, Azami merutuki seseorang. Ia teringat tadi malam Sakyo cerita panjang lebar mengenai penelitian dengan wajah serius, Azami sampai gak dibiarin tidur gegara ocehannya. Pada akhirnya, Azami baru bisa tidur jam 4 pagi dan cuma tidur selama 4 jam. Lihat saja kantung mata yang didapatnya gegara pak tua itu, tapi Azami pintar. Dia menutupi mata pandanya dengan makeup dan tidur selama pelajaran berlangsung cuma untuk mengisi waktu tidurnya yang terbuang. Anehnya guru gak marahin dia.
Mengapa?
Ternyata pengaruh sensei di kelasnya. Pelajaran sejarah Dunia dan Sejarah Jepang adalah satu-satunya pelajaran yang buat seisi kelas tertidur. Udah senseinya tua, ngomong panjang lebar lagi. Bukan cuma itu, sensei juga ceritain kehidupannya sampai-sampai lupa kalo hari ini ada pr.
Tapi baguslah, 2 mata pelajaran berhasil Aza lalui dengan tidur dikelas bareng anak-anak kelas. Lumayan buat ngisi waktu drpd mainin pensil.
PING
Azami berhenti, merongoh saku untuk mengecek HP nya. Setelah di cek, ternyata Kumon. Azami klik app LIME untuk melihat apa isi chatnya.
[Kumon]
Kumon
AZAMIIIIIIII
Azami
apa?
Kumon
Aku sekarang di ruang kelas, sensei killer kami nyuruh perbaiki remedial T_T
Azami
Mampus! Siapa suruh gak belajar kemaren.
Kumon
Uuuuhhhh T_T buat hari ini aja kita gak pulang bareng ya! Azami pulang duluan aja.
Btw titip kroket kemaren
Azami
Ogah
Kumon
Hidoiiii, tolongin dong!!! Pas pulang kubeliin black candy deh~
Azami
Memangnya gue anak kecil?!
Kumon
Yaudah, titip aja disini. Kubeliin,
ONEGAIII T_T
Azami
Yodah. Dah sana remed!
Azami mematikan HP dan menaruhnya di saku celana sambil menggeleng kepala. Ada-ada saja si Kumon, salah sendiri gak belajar. Kerjaan main bola tangkap mulu. Jadi hari ini Azami pulang sendirian, yaa dia gak mempermasalahkannya. Akhirnya dia dapat waktu tenangnya melihat-lihat produk pelembab kulit yang lupa dibeli.
Hari mulai sore dan perlahan-lahan siswa di kelas pulang, Azami berjalan santai sambil nikmati keheningan lorong kelas. Dia belum mau pulang dulu karena ada suatu hal yang harus dia kerjakan.
Saat menuruni tangga menuju lantai satu, dia melihat seorang gadis sedang menaiki tangga. Azami melihat siapa gadis itu.
'Ah, gadis ini kan....'
"Permisi..." ucap Azami tiba-tiba, langkah gadis bersurai hitam itu terhenti. Menoleh ke Azami, mata heterochrome nya hampir menghipnotisnya.
"Iya?"
"Tumpukan kertas itu menutupi pandanganmu, gimana kalo jatuh lagi." ucap Azami menunjuk tumpukan kertas yang berat. Azami yakin gadis itu pasti jatuh lagi.
"Ah...tidak apa-apa, sudah biasa."
Hening, dua duanya tidak mengeluarkan suara. Hanya terdengar suara teriakan klub sepak bola diluar.
"Aku permis-"
"Kubantu" pas mengucapkan itu, Azami mengambil setengah bagian dari tumpukan kertas yang dibawa si gadis. Membuatnya terkejut, dia merasa bersalah membiarkan orang lain membantunya.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri"
"Kau pernah membantuku kemaren, Noir-senpai. Anggap aja sebagai balas budiku."
"Eh, darimana kamu tau namaku?!"
"Hmm salah satu temanku ngasih tau, dan juga kau memakai lencana OSIS di jasmu." balasku, Noir mengecek lencana yang dipakainya.
"A-arigatou. Kalau begitu, bantu aku membawa tumpukan dokumen ini ke ruang osis"
"Oke"
Akhirnya mereka berdua berjalan ke ruang OSIS yang terletak di lantai 3. Azami merasa tumpukan kertas yang dibawanya gak berat, tapi bagi Noir pasti berat. Itu pikir Azami, sambil merutuki anak-anak OSIS yang gak bantuin ketuanya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka berdua sampai di ruang OSIS. Noir mengeluarkan kunci pintu dari jasnya dan membuka pintu yang terkunci dengan kunci tadi. Pintu OSIS terbuka, Azami terkejut melihat ruang OSIS penuh kertas-kertas yang berantakan.
"Maaf ya agak berantakan."
"Anggota OSIS lainnya kemana?"
"Eeto... mereka ada urusan, sudah biasa terjadi."
"Maksudmu mereka biarin kau mengurus semua ini?!"ucap Azami gak percaya, Noir diam. Azami mengehela.
"Dimana kutaro kertas-kertas ini?"tanya Azami. Noir kaget, sepertinya dia melamun.
"Ah. Di meja panjang saja, ada bagian yang kosong ditengah." ucap Noir yang langsung dituruti Azami. Menaruh tumpukan dokumen di atas meja panjang. Azami melihat kertas-kertas disekitarnya dengan tatapan risih.
"Serius tempat ini berantakan banget, udaranya jadi pengap dan gak bagus buat kulit. Sebaiknya kita bersihkan tempat ini." saran Azami, dia gak suka melihat tempat itu berantakan. Apalagi mendengar Noir kerja sendiri pasti mempengaruhi kondisi tubuh termasuk kulit. Noir terkejut mendengarnya, baru kali ini ada yang peduli dengan ruangan berantakan ini.
"T-tapi--"
"Gak ada tapi tapian, drpd stress kerja ditempat berantakan lebih baik bersihkan. Karna aku disini jadi kubantu" ucap Azami tanpa babibu lagi, mengangkat tumpukan kertas di lantai. Noir terdiam sejenak dan bergumam pelan. Karena suara Noir terlalu kecil, Azami gak mendengar gumamannya.
"Tumpukan ini taro dimana?"
"Ah- sebentar." Noir ikut membantu Azami membereskan kertas berserakan, tak lupa meminta Azami untuk menyimpannya di loker khusus menyimpan dokumen yang terletak di dekat dinding.
。
Azami menatap puas ruangan OSIS yang bersih, sedari tadi dia membersihkan tumpukan kertas sekaligus bantu bersihin debu OSIS. Beruntung Azami tau cara bersihin ruangan berkat didikan seseorang yang namanya tak ingin disebut.
Dari dorm MANKAI, Sakyo bersin-bersin ketika baca koran.
"...bersih..."
"Yup, ini baru namanya ruang OSIS. Lain kali sering-sering bersihin kalau gak ada kecoa. Kalau begini kan udara disekitar ruangan jadi bersih dan pekerjaanmu sebagai OSIS bisa tenang." jelas Azami, Noir menatapnya sebentar lalu berjalan ke meja untuk mengambil membereskan tasnya. Sementara Azami membawa tasnya kemudian berhenti di depan pintu.
"Jaa-" Azami pamit lalu berjalan keluar dari ruang OSIS. Noir memperhatikannya dari jauh.
"Ah- aku belum sempat berterimakasih...." Noir menunduk, melihat isi tasnya.
'Siapa namanya ya? Dari wajahnya bukan kelas 2 atau senior.... lalu dari caranya memanggilku, berarti juniorku kah...' pikir Noir. Dia menutup resleting tas dan bersiap keluar dari ruangan. Tetapi pandangannya terhenti di sudut meja, ia melihat sebuah bedak yang pernah dilihat di majalah. Noir mengambilnya, melihat bedak tersebut. Perasaan anggota OSIS jarang ke ruangan, Noir juga belum pernah membawa alat kecantikan seperti bedak.
Jangan-jangan?!
Noir segera bergegas keluar dari ruang OSIS, mencari cowo yang membantunya tadi. Menuruni tangga demi tangga menuju lantai 1. Begitu sampai di loker sepatu, Noir melihatnya. Syukurlah dia tidak jauh. Noir ragu-ragu mendekati cowo itu.
"A-anou...kamu ketinggalan ini?" tanya Noir, memberikan bedak ke Azami. Yang ditanya terkejut, kok bisa-bisanya dia lupa tinggalin bedak yang baru dibelinya. Untung bukan brush ibunya. Dengan ragu Azami menerimanya.
"S-sankyuu..."
Suasana kembali hening, tak ada satupun yang bicara. Mereka berdua canggung dan bingung melanjutkan pembicaraan, sampai Noir memberanikan diri bicara.
"Eeto, kamu suka membawa benda itu...ya?" ucap Noir ragu-ragu, takut Azami terngganggu dengan pertanyaannya.
"Yaa begitulah. Aneh kan, cowo sepertiku bawa beginian." balas Azami, dia udah menduga Noir akan bertanya seperti itu. Cowo manapun mana mungkin bawa benda beginian. Noir melihat Azami dengan tatapan terkejut, sepertinya dia mulai tidak suka mendengar pertanyaan itu.
"T-tidak aneh! Menurutku sangat bagus, aku belum pernah melihat seorang cowo membawa bedak atau brush. Pasti benda-benda itu berharga untukmu" Azami tertengun mendengarnya, baru kali ini ada gadis yang memujinya. Selain kantoku tentunya.
"Begitu ya..."
"Un, aku belum pernah memakainya jadi...tidak begitu tau. Ah, tapi aku pernah melihat benda-benda itu di majalah dan TV."
"Hee...sakyuu, bagiku brush itu sangat berharga. Bisa dibilang aku punya hobi merias, kayak cewe kan?"
"Tidak, justru menurutku keren."
"...hmm...oke" Azami menyunggingkan senyum tipis, ia membalikkan badan.
"Kalo gitu aku pergi dulu. Kau cepatlah pulang, keburu gelap." ucap Azami, berpamitan. Ia melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Sampai sebuah suara menyuruhnya untuk berhenti.
"Tunggu!"
"Hm?" Azami menoleh, melihatnya gugup.
"Siapa....namamu?" tanya Noir, Azami mengerjapkan mata.
"Izumida........Azami"
"Izumida-kun..."
"J-jaa nee!" Azami langsung berlari meninggalkan Noir sendirian, saat ini mukanya pasti memerah. Sementara Noir melihatnya dari jauh, terdiam.
".....Nama yang bagus" pikir Noir.
Sementara itu, Kumon memperhatikan mereka berdua dari jauh. Saking jauhnya Kumon gak mendengar pembicaraan mereka.
。
。
Keesokan harinya lagi, ketika jam istirahat di Tsukushi High. Noir tertengun mendengar pernyataan Azami.
[Flashback]
Saat itu Noir sedang berjalan ke cafetaria untuk membeli pudding mango. Ketika berada di dekat mesin minuman, Noir melihat Azami berlari menghampirinya.
"Izumida-kun?"
"Anu..."
"Kumohon jadilah temanku!!"
"...e-"
"eh...?"
[Flashback end]
Azami meneguk ludah, menunggu jawaban. Apakah pernyataannya aneh? Azami hanya ingin berteman dengan Noir dan ini pertama kalinya meminta cewe untuk menjadi temannya. Biasanya Azami santai aja bicara dengan cowo tapi gak nyaman dengan cewe, bisa dibilang Azami canggung sama Noir. Tetapi karena dia merasa tidak risih dengan kehadiran Noir dan bicara normal, ia pikir ingin menjadi temannya. Begitu pikir Azami.
Sementara Noir bingung. Seumur hidupnya baru pertama kali seorang cowo mengajaknya untuk menjadi temannya. Sejak dulu Noir selalu canggung di depan cowo karena saat kecil pernah diejek. Untuk menghindari ejekan anak cowo, Noir memasang wajah poker face dan bersikap dingin ke cowo sampai sekarang. Tapi dia tidak mungkin terus-terusan canggung dengan cowo apalagi menghindarinya. Lalu Noir merasa Azami cowo yang baik, mengingat dia membantunya kemaren.
"I-iya..."
Dan begitulah, akhirnya Azami dan Noir resmi jadi teman. Semua siswa yang kebetulan berada disekitar mereka sweetdrop. Sementara Kumon yang kebetulan bawa yakisoba buat dia makan bareng Azami pun berhenti.
"Tumben banget Azami menyapa cewe...." pikir Kumon, dia gak dengar pernyataan teman dari Azami.
。
Sorenya saat Noir ingin pulang, dia melihat Azami bersandar di loker sepatu. Noir terdiam, bertanya mengapa Azami berada disana.
"Izumida-kun, kamu ngapain disana?" yang ditanya terkejut dan langsung melihat Noir yang bingung.
"A-ah itu, kau ingat soal makeup kemare kan? Katamu gak pernah punya benda itu."
"Ah....iya, aku harus menabung untuk biaya sekolahku. Jadi...."
"Sokka.... Jaa-" Azami mendekati Noir lalu memberinya sebuah bedak. Noir ingat kalau bedak itu adalah benda yang tertinggal kemaren dan Noir kembalikan.
"Ini...."
"Bedak, tanda terimakasihku...."
"Eh?"
"I-itu lho, buat yang kemaren... Bedak ini baru kubeli dan belum kupakai, dirumahku ada masih tersisa jadi....."
"Kurasa kamu bisa memilikinya..." ucap Azami, wajahnya memerah menahan malu. Dia pikir ingin memberinya bedak itu cepat atau lambat, jadi langsung saja Azami kasih.
"..." Noir terdiam mendengar ucapan Azami.
"Waktu itu kamu sudah dua kali membantuku mengembalikan benda ini tanpa balasan apapun... aku jadi berpikir...kamu benar-benar baik hati." Azami menjelaskan, ia memegang leher belakangnya dan tak berani menatap Noir.
"Terus... aku jadi ingin lebih...akrab denganmu."
"Makanya, anu..." Azami gugup berterus terang, ia pastikan wajahnya sangat memerah. Ada pikiran untuk kabur, tetapi Azami takut Noir berpikir dia seenaknya saja. Maksudnya takut nyakitin perasaannya.
Noir yang terdiam melihat Azami bersusah payah menjelaskan, mulai sadar.
'Jadi karena itulah... dia bilang ingin jadi temanku, ya...' pikir Noir. Tanpa sadar Noir menyunggingkan senyum.
"Begitu ya... Daripada mengembalikan benda yang ketinggalan. Bilang 'ingin berteman' justru butuh lebih banyak keberanian."
"Jadi... Terimakasih...! Karena telah memberanikan diri mengatakan itu padaku!" ucap Noir, menatap lurus Azami. Wajah cowo surai hitam itu memerah padam seperti tomat, dengan gagapnya membalas.
"Ooh, sama-sama!" sambil berbalik memunggungi Noir dan menutup mukanya dengan sebelah tangan.
Noir berpikir Azami sangat berbeda dari bayangannya tentang cowo yang selama ini Noir yakini. Tadi juga dia kelihatan sangat malu. Bagi Noir, justru Azami lah yang baik hati. Karena ternyata ada juga cowo yang jujur dan lembut seperti itu.
***
Hari ini aku belajar, ternyata sulit mengungkapkan sesuatu di depan seorang gadis. Waktu meminta menjadi temanku benar-benar membutuhkan keberanian, aku bahkan gak sungkan untuk memustuskan urat maluku saat itu. Tetapi Noir tetap menerimanya, bahkan berterimakasih kepadaku. Memang memalukan, tetapi di sisi lain aku bersyukur karena telah mengungkapkannya.
Setelah memberikan bedak sebagai hadiah untuknya, aku mengajak Noir melihat-lihat pusat perbelanjaan. Aku memberikan banyak rekomendasi skincare yang murah dan mudah dibuat, Noir merasa tertarik dengan itu. Walaupun harga-harga makeup ini murah, tetapi tak ada salahnya membuat sendiri. Setelah itu setiap habis pulang sekolah atau berpapasan dengannya, aku banyak merekomendasikan makeup. Termasuk memberinya masker alami buatanku dan selalu peringati untuk memakainya.
Bukan hanya itu, aku juga membantunya merias rambutnya. Awalnya malu-malu, tapi lama-kelamaan jadi terbiasa. Noir berisikeras memintaku untuk mengajarinya tentang makeup dan mengikat rambut, sepertinya dia tertarik dengan apa yang kusukai. Kalau dilihat lagi, manis juga apalagi matanya yang berbinar itu.
Tunggu, aku ngomong apaan?!
P-pokoknya selama berteman, aku udah nyaman! Bukannya apa-apa tapi kalau di dekat Noir rasanya beda dengan cewe-cewe yang mengejarku. T-tapi ada lah satu atau dua kali wajahku memerah melihat tingkah dan ucapannya.
Lupakan bagian atas
Malamnya di ruang tengah, aku sedang berbaring sambil mengecek HP. Melihat LIME yang dikirimkan Noir, sesekali menjawabnya.
[Noir]
Noir
Azami-kun, tentang masker yang kamu berikan. Bagaimana cara membuatnya?
Azami
Mudah aja, masker itu dibuat dari pepaya dan madu. Untuk buah pepaya mudah dicari dan murah, begitupun dengan madu.
Noir
Aaah, souka. Dirumahku kebetulan ada pepaya dan madu, harus diapakan?"
Azami
Haluskan setengah cangkir pepaya segar, lalu tambahkan madu ke pasta pepaya yang udah dihaluskan, aduk rata. Setelah itu oleskan campuran tersebut ke wajahmu, sebelumnya bersihkan wajahmu dengan air sebelum mengoleskannya. Biarkan selama 20 menit, kemudian bilas dengan air hangat dan keringkan. Gunakan setiap hari sebelum tidur. Gunanya masker itu buat membersihkan dan melindungi kulitmu, apalagi untuk kulit berminyak.
Lalu untuk masker alami lainnya....
Aku menjelaskan semua tentang masker di chat, tanpa memperhatikan keadaan sekitarku. Omi-san sedang merapikan piring, Itaru-san sedang main game seperti biasa di sofa yang panjang. Sementara Azuma-san tertawa kecil misterius sambil melihatku yang asik ngechat. Hisoka-san tidur dipangkuannya.
"Lagi asik tuh, Azami. Ngapain senyum-senyum di hp? Hayoloh ngapain" terdengar suara yang menggodaku, mengganggu indra pendengaranku. Segera kumatikan layar HP, melihatnya sedang cengar-cengir di depanku. Tepatnya dia lagi berdiri sambil melihatku yang baringan.
"Justru kau yang senyum-senyum sendiri kayak orang gila, Banri-san" yang dipanggil menyeringai. Pasti ada sesuatu dipikiran anehnya.
"Lagi chat cewe ya?" seketika wajahku memanas, refleks melemparnya bantal sofa yang berada di kepalaku. Karena jarak, banri terkena lemparan bantal. Dia langsung membuangnya.
"Gila lu! Bilang aja iya"
"Kan gue gak ngomong 'iya'. Tau darimana tebakan anehmu? Bisa aja kan aku chat teman kelas."
"Tapi cewe kan~"
"Urusee! Langsung aja, apa maumu!"
"Ngaku aja Azami~ Kelihatan dari mukamu, tau!"
"Haah!!"
"Eh nani nani?? Aachan ngechat cewe? Waaah sugee ssu! Akhirnya Aachan dah gede ssu~"
"Berisik!! Jangan pikirin urusanku dan urus tuh urusan kalian sendiri!" sanggahku, tapi wajah berkata lain. Azuma bisa menebak kalau wajahku sedang memerah.
"Eeeeeh doushitee ssu ka?? Mirip idol, ya?!"
"DAKARA URUSEEE!!!"
"Kalian berisik, bisa diam gak!" ancaman Sakyo cukup buat semuanya diam, kecuali Itaru yang sibuk main emel.
"Maa serah lu deh. Pokoknya kenalkan dia pada kami ya~"
"Haa? Gak bakal gue kenalin. Lagian mana mungkin, dia pasti takut kalo dikerumuni cowo-cowo! Kalian harus jaga jarak, ingat!"
Banri dan Taichi saling mengerjapkan mata, memangnya salahku apalagi? Gak salah kan peringatin anggota 1 tim.
"Pfft- BWAHAHAHA!!! Aachan lucu, bukannya biasanya kau sendiri yang takut! Aachan kan canggung sama cewe ssu~! Kecuali kantoku-sensei." tawa Taichi membahasa sampai Sakyo menatapnya dengan tatapan mematikan, taichi diem lagi. Banri menahan tawa, dia harus stay cool.
"URUSEE!"
"Jangan ditertawakan, Taichi. Dia punya alasan kenapa begitu."
"Heeeeee, sou ssu nee~~"
"Kalian ngapain sih" aku yang daritadi melihat tingkah mereka pun sweetdrop.
Sementara itu, dari meja makan. Juza sedang makan anmitsu buatan Omi dan tangan satunya mempatpat kepala Kumon. Sementara Kumon melihat Azami, Banri, dan Taichi dari tadi. Dia jadi ingat waktu itu pernah melihatnya memberikan hadiah ke ketua OSIS dan sering menghabiskan waktu bersamanya. Kumon sendiri gak masalah, memang ada waktunya buat Azami gak berada didekatnya.
'Azami udah besar ya~' pikir Kumon. Yang tentunya aku gak bisa liat Kumon dan beberapa orang di ruang tengah.
"fufufu, menarik~"
"Senpai, yamero. Maji kimo-"
***
3rd Pov
Tahun ini di puncak musim gugur, Tsukushi High mengadakan acara tahunan yang dinantikan seluruh muridnya. Yaitu Festival Kebudayaan atau yang dibiasa disebut Bunkasai. Acara ini sangat populer dikalangan umum dan tentu saja acara ini untuk umum. Seluruh kelas dari tiap angkatan berkerja keras dalam persiapan bunkasai. Mulai dari membuka kedai makanan, obake house, idol, band, sampai menampilkan drama. Semuanya berpartisipas dan bekerja keras dalam festival ini, didukung penuh oleh OSIS dan guru-guru termasuk kepala sekolah.
Bukan hanya itu, di acara puncak Bunkasai atau yang disebut penutupan Bunkasai akan diadakan suatu acara besar. Acara itu adalah Prince and Princess Contest. Acara yang sangat dinantikan semua murid. Acara ini diadakan dengan memilih satu cewe dan satu cowo untuk dijadikan tuan putri dan pangeran. Setiap kelas memilih satu perwakilan cewe atau cowo. Namun untuk tahun ini, OSIS akan ikut sebagai perwakilan. Selain itu, acara ini diadakan untuk umum. Jadi jika ada orang selain diluar sekolah yang mendatangi bunkasai, maka diperbolehkan untuk ikut serta. Acara yang paling dinantikan semua orang.
Persiapan Bunkasai cukup melelahkan, apalagi Azami sebagai murid kelas satu selalu dipaksa untuk jadi perwakilan prince yang pastinya Azami tolak. Dia selalu kabur begitu para cewe di kelas menemukannya. Karena itulah Azami selalu main ke ruang OSIS karena cuma itu satu-satunya tempat aman selain atap sekolah.
Kalau Noir? Semakin hari semakin cantik, dia selalu mencoba produk-produk buatan Azami bahkan membuatnya sendiri. Anggota OSIS yang menghindarinya perlahan mulai berdatangan, membantu Noir. Mereka sempat meminta maaf mengenai sikap mereka selama ini, melihat Noir semakin berubah dari dingin dan kalem menjadi cantik ini merubah mereka. Azami bisa bernafas lega karena masalah OSIS udah kelar, dengan sedikit bantuannya. Noir berterimakasih ke Azami karena telah merubahnya, Azami juga melakukan sebaliknya. Karena dia jadi lebih santai mengobrol dengan Noir.
Pada akhirnya, acara Bunkasai sudah dibuka untuk umum. Di hari pertama banyak orang berdatangan untuk menikmati acara ini. Azami membantu Noir membawa beberapa kotak berisi makan siang untuk anggota OSIS. Ternyata Noir peduli dengan anak-anak OSIS sampai menyiapkan makan siang untuk mereka. Soal makanan, semuanya didapat ketika Noir dan Azami mengunjungi kelas yang mengadakan cafe. Makanannya dikasih cuma-cuma alias gratis buat para OSIS sebagai balas budi karena sudah bekerja keras mengadakan bunkasai.
Azami menaruh semua kotak ke ruang OSIS, sepertinya sudah semua. Akhirnya Azami bisa beristirahat.
"Sudah semuanya kan?" tanya Azami, memastikan. Noir mengangguk.
"Otsukaresama, Azami-kun."
"Otsu~ Omong-omong mau keluar gedung? stan makanan diluar udah buka." ucap Azami, yang terlihat seperti semua ajakan. Noir diam.
"Itu ajakan?"
"H-haah? Apa maksudmu, kan cuma--" Noir terkekeh melihat Azami, wajahnya merah.
"Maaf-maaf. Benar juga, aku belum melihat stan diluar."
"U-ukh...ayolah! kutinggalin!" Azami langsung jalan cepat, Noir mengikutinya sampai keluar gedung. Dan ternyata benar, banyak stan makanan yang sudah buka. Orang-orang dari luar maupun dari murid-murid mengerumuni stan makanan yang berjejeran, disertai teriakan dari para penjualnya.
"Hebat..."
"Berkat kerja kerasmu" Azami dan Noir melihat-lihat isi stan, tak lupa Noir bertanya tentang murid-murid yang menjual makanan di stan. Alhasil, mereka berdua dapat makanan gratis dari para murid di stan makanan. Azami gak yakin bisa menghabiskan semua, tapi entah kenapa Azami menikmatinya. Dia belum pernah ikut bunkasai, tapi sejak ada Noir semua berubah.
Setelah puas melihat-lihat stan, Azami hendak kembali ke dalam untuk istirahat.
"WOOOOWWWWW!! SUGEE SSU!! BENAR-BENAR RAMEE" teriakan membahana terdengar di luar gerbang, Azami sontak melihat siapa pelaku teriakan. Terlihat Taichi bersama Banri memasuki area sekolah.
"Oi Taichi, kalo ribut terus nanti ditangkap polisi, lho!" peringat Banri dengan santainya. Taichi melihat-lihat sekitar stand dan menemukan Azami bersama seorang cewe yang gak dikenali.
"Aachan ketemu!!!" dengan kecepatan tertingginya, Taichi langsung menghampiri Azami sampai berada di depannya. Membuat Azami dan Noir terkejut.
"N-NGAPAIN KALIAN KESINI?!"
"Yo Aachan~" sapa Taichi ceria seperti biasa. Banri yang baru sampai didepan mereka pun bicara,
"Ngapain katamu? Ya jelas kami kesini buat nikmati Bunkasai. Gila lu, bilang dong ada bunkasai di sekolahmu. Kalo gak si adeknya Hyodo yg ngajak, gak bakal gue kesini" ucap Banri, niat ngompor. Azami mendengus sebal, dia harus sabar apalagi di dekatnya ada Noir.
"tch, bilang aja lu mau bolos"
"Waduh, ketahuan~" Azami memutar bola mata, udah tertebak dari mukanya Banri. Noir yang daritadi diam jadi bingung.
"Azami-kun, dia teman-temanmu?"
"Bukan" jawab Azami cepat, Taichi shock.
"Hidoii ssu yo! Halo halo~ Orecchi temannya Aachan, Nanao Taichi ssu! Yang ini Banchan ssu!" Taichi memperkenalkan dirinya, aura-aura ceria yang dikeluarkan membuat Noir kaget.
"Settsu Banri, salken. Namamu siapa?" Noir terkejut lagi begitu ditanyakan. Tapi dia harus berani, nggak boleh ketakutan. Lagipula mereka ini temannya Azami yang datang jauh-jauh kesini.
"A-aku Noir, ketua OSIS. Selamat datang di bunkasia Tsukushi High" Noir memperkenalkan diri, sedikit gugup. Taichi kagum sedangkan Banri bersiul.
"Hee, ketua OSIS hmm"
"Sugee ssu!! Orecchi belum pernah ikut OSIS tapi kayaknya seru. Aachan juga bagian dari OSIS?"
"Bukan, kau tau kan aku gak punya banyak waktu ngrusin OSIS. Kerjaanku di MANKAI COMPANY juga sibuk"
"Sibuk apaan, lu cuma makeup-in kami & Aktor"
"Apa lu bilang?!"
"Jangan kelahi ssu! Banchan gak ingat kita kesini ngapain?" Taichi merelai mereka berdua sebelum terjadi keributan. Banri baru sadar, hampir lupa tujuannya. Azami memijit keningnya, capek mengurusi mereka, hampir aja kesabarannya habis. Sementara Noir mulai kebingungan, dia harus mencari cara agar mereka tidak berkelahi. Tiba-tiba Noir dapat ide.
"Ah, bagaimana jika kami mengajak kalian keliling? didalam gedung ada obake house sama cafe, sementara diluar gedung terdapat stand makanan dan pentas. lalu di Aula ada theater pertunjukan drama." Noir menjelaskan tentang bunkasai. Banri oh-in aja sementara Taichi makin penasaran.
"Kalo gitu antarin kita ya! Ayo aachan!!" Dia langsung menarik tangan Azami.
"Cho--?!" Azami dan Taichi pergi meninggalkan Noir dan Banri berdua. Noir kembali bingung, temannya Azami unik semua.
"Uwa- dah pergi aja. Gimana kalo kita cek stan makanan?" ajak Banri, Noir awalnya ragu. Tapi mereka ini temannya Azami, jadi ia rasa akan baik-baik saja. Noir mengangguk.
"Baiklah, yoroshiku"
"Jangan tegang gitu, santai~"
"Iya..." Noir menunduk, ia merasa tidak tenang bersama orang baru. Banri menghela.
"Maafin si Taichi, dia orangnya memang gitu."
"Ah, tidak apa.."
"Maaf, ya... Padahal kamu gak suka melakukan ini. Ya kau taulah, mengajak berkeliling. Pasti capek kan?" ucap Banri, lebih seperti tebakan. Noir kaget, bagaimana dia bisa tau?!
"Eh? nggak kok...."
"Maa, Azami juga. Anaknya terlalu jujur, kadang gak peka. Jadi jangan benci dia ya, kalo kami mah benci aja gamasalah~"
"Tidak juga, Azami-kun sangat baik kepadaku. Aku juga tidak membenci kalian."
"Hmm...."
"Menurutku, Azami-kun orangnya perhatian. Dia banyak membantuku seperti membantu pekerjaan OSIS atau merias diri. Aku merasa bersyukur jadi temannya." Noir sedikit bercerita tentang Azami. Banri menatap Noir dengan tatapan yang sulit ditebak.
'Yappari, mereka sama-sama gak peka'
"Sokka, oh iya! Ayo ngobrol ditempat lain. Sekalian kutraktir minuman" Banri mengajak Noir ke belakang gedung sekolah, kebetulan disana ada bangku taman dan pohon yang rindang agar tidak kepanasan. Banri memberinya minuman kaleng yang dia beli dari vending machine.
"Arigatou..." Noir menerima minuman itu, menggenggamnya.
"Jadi. Aku ini leader akigumi disebuah theather bernama MANKAI COMPANY. Taichi dan Azami anggotaku. Kau pernah dengar dari Azami soal aktor?"
"Eh? Tidak... Tapi aku sering mendengar cewe-cewe lainnya membicarakan Azami-kun tentang theater..."
"Nah, itulah kami~ Kau tau, Azami di asrama itu orangnya cerewet kalo bahas skincare. Tapi anaknya jujur, mudah malu juga kalo bahas kisah percintaan. Satu lagi, saking jujurnya mulutnya ikut pedas. Nah, gimana denganmu?" Banri cerita semua tentang Azami. Saat ditanya, Noir terdiam, dia melihat kaleng ditangannya. Sifat Azami yang dia kenal mirip tapi tidak ada salahnya cerita dimana letak perbedaannya bukan?
"Umm... Azami-kun baik padaku, dia mudah bergaul dengan cowo sekolah kami. Lalu, kadang cerewet. Tetapi dia perhatian, mungkin karena kami teman."
"Hee.... kau gak ngerasain sesuatu? Misalnya.... kalau gak liat dia merasa cemas, terus nyaman gitu. Sikapnya ke kamu beda banget lho, di dorm aja jarang terbuka apalagi curhat" Noir berpikir mendengar ucapan Banri.
"Kalau tidak salah.....waktu aku dikepung preman ketika pulang kerumah. Saat itu hari mulai gelap dan aku memilih jalur yang berbeda dengan jalur pulangku. Saat itu aku benar-benar takut... Ingin meminta tolong tapi tidak bisa...." Noir kembali memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu.
"Aku benar-benar takut, saat itu kupikir Azami-kun akan datang menolongku. Tapi percuma kan? Dia sudah tidak disampingku, membuatku tidak nyaman... Ketika preman itu ingin menarikku untuk mengikuti mereka, tiba-tiba Azami-kun datang menolongku. Lalu..."
Ingatannya mengenai hari-hari itu seolah berputar kembali. Noir mengingat semua kejadian itu, Azami yang tiba-tiba datang menghajar para preman. Noir yang dilanda ketakutan, pada akhirnya tenang karena Azami berada didekatnya. Azami yang khawatir sambil mengantarnya pulang. Kalau dipikir lagi, jantungnya berdegup kendang ketika Azami menggenggam tangannya waktu itu. Tanpa sadar wajahnya memerah.
Jangan-jangan?!
Banri menyeringai, seolah mendapat jackpot. Memang dua anak ini gak peka, karna Banri baik jadi dia bantu sadarin.
"Berarti kamu tau maksudku kan? Pikirkan lagi perasaanmu dengannya. Dan..." Banri mengangkat tangan dan menaruhnya diatas kepala Noir.
"Tenang saja, apapun keputusanmu. Semoga kalian bahagia" Noir menatap Banri tidak percaya.
BRAK
Tiba-tiba terdengar dari jauh suara benda jatuh. Azami berada disana dengan plastik makanan yang dia jatuhkan, menatap mereka dengan tatapan kaget sekaligus ada perasaan marah yang menggebu-gebu. Azami langsung berlari dan menepis tangannya Banri dan menahannya.
"Kau... apa yang kau lakukan?" tanya Azami, menatap tajam Banri. Yang ditatap memasang seringai.
"Kau pikir gue ngapain?"
"Tch, ngapain asal megang hah!"
"Ya habisnya Noir-chan imut~ Btw Azami habis lari ya? Keringatnya banyak banget tuh"
"Masalah? Kayaknya kalian akrab banget ya... Noir, kau gak diapa-apain org gila ini?"
"E-eh...tidak..."
"Cih, harusnya gak kutinggalin kalian." Azami membuang tangan Banri, lalu mengambil tangan Noir dan menariknya menjauh dari Banri. Sementara yang ditinggal malah menahan tawa.
"Aza aza, harusnya lu gerak lebih cepat dong. Untung gak kuincar anak itu~"
"Aachan keterlaluan ssu ne" ucap Taichi yg muncul dadakan di samping Banri, membawa banyak makanan yang dijatuhi Azami.
"Heh, yg kayak gitu keterlaluan? Gak deh~" Banri asal ambil takoyaki yang dimakan Taichi.
"Hmmmmm sou ssu ka?" pikir Taichi, memasang wajah bingung.
***
"Hm?" entah karena firasatku tidak enak atau apalah. Aku tak menemukan Banri dengan Noir, saat ini aku bersama Taichi, tengah membeli minuman. Karena penasaran, aku mulai mencari mereka berdua. Firasatku burukku semakin menjadi. Puncaknya setelah melihat Banri bersama Noir di belakang gedung.
Mataku terbelalak melihatnya mengelus kepala gadis itu dan Noir yang menikmati pembicaraannya dengan Banri.
DEG
Apa apaan ini?! Pemandangan apa yang kulihat? Banri-san mengelus kepala Noir dengan santainya.
Kenapa rasanya sakit melihat kejadian didepan mataku. Entah mengapa darahku naik melihat kejadian itu. Emosi ini sama seperti yang kurasakan ketika melihat Noir dibawa para preman dan emosi itu tak bisa kuhentikan.
Saking kagetnya, aku tak merasakan makanan yang kupegang berjatuhan. Mengeluarkan suara keras yang cukup menyadarkan mereka berdua. Dengan cepat kutepis tangan Banri, memarahinya dan menarik tangan Noir, meninggalkan mereka.
Aku sendiri gatau apa yang kulakukan, tapi yang pasti. Aku gak ingin Noir dekat-dekat Banri apalagi cowo lainnya. Noir hanya milikku, tak ada yang boleh mengambilnya. Memang egois kuakui, aku sendiri gak tau perasaan ini. Seperti perasaan ngambek ketika seseorang merebut yang menjadi miliknya, atau marah ketika ayahnya menghancurkan makeup-kit nya.
Pokoknya aku harus menjauhkan Noir dengan Banri-san.
。
Aku memberhentikan langkahku di lantai 3 karena hanya lantai itulah tempat dimana tidak ada yang menjual sesuatu atau bisa kubilang sepi. Aku melepaskan tangan yang menarik tangan Noir lalu menghadapnya.
"Kalian bicara apa disana?"
"Eh, banyak hal..."
"Hee....." tanganku terkenal, erat. Melihatnya yang malu-malu dan canggung membuatku tau kalo mereka bicarain sesuatu yang tidak kuketahui.
"Sepertinya kalian bersenang-senang disana. Banri-san orangnya mudah bergaul dan tau situasi, dia juga pintar dan hebat sebagai aktor. Aku pun sedikit mengaguminya."
"Apa maksudmu..."
"Kau keliatan lebih nyaman sama Banri-san" gumamku, menatap Noir dengan tatapan kecewa sekaligus marah.
"Kalo kau nyaman dengannya, pergilah! Apa menurutmu aku gak baik? Sudah pasti kau gak nyaman denganku. Sana pergi dan tinggalkan aku-"
"Aku yang takut berada di dekat Banri-san!" aku termenung. Tunggu, dia bilang apa? Takut?
"Azami-kun yang gasadar, kamu tau kan kalau aku masih canggung dengan cowo? Tapi hanya Azami-kun saja yang membuatku tidak canggung, justru sebaliknya. Aku nyaman berada didekatmu, kamu galiat aku cemas ketika Taichi-san menarikmu dan meninggalkan kami?? Seharusnya kamu yang sadar!"
Ah...aku membuatnya marah...
Apa yang kuperbuat
"N-noir...maaf, aku-"
"Ah, Itu dia! AZAMI-KUUUUN!!!" tiba-tiba terdengar suara dari jauh, aku melihat seorang cewe bersama teman-temannya berlari kearahku.
Sial, malah dikejar sampai sini. Cewe cewe ini gak jera-jera juga, udah kubilang gak mau ikutan prince contest malah memaksaku.
Tiba-tiba kurasakan seseorang menarik tanganku, kulihat Noir menarikku menjauh dari para cewe. Hingga kami bersembunyi di salah satu kelas kosong. Karena kami punya banyak waktu sembunyi, tanpa kusadari memeluk Noir dan mendekat kepadaku agar tidak ketahuan. Kuperhatikan situasi dari balik jendela, memastikan agar cewe-cewe itu pergi atau tidak. Merasa aman, aku pun menghela nafas lega.
"Bagus, mereka pergi."
"Umm....Azami-kun..."
"Hm?"
"Mau sampai kapan memelukku?"
?!
TUNGGU TUNGGU TUNGGU
BAGAIMANA BISA AKU MEMELUK NOIR?! BUKANKAH INI NAMANYA SKINSHIP?!
Tanpa sadar jantungku berdetak kencang, wajahku semakin memerah. Segera melepas pelukan tadi.
"G-gomen.."
"I-iie..."
。
。
"Intinya, Azami gak sengaja meluk Noir-chan gegara dikejar fans gitu? Ckckck, enaknya populer ya~"
"Apanya yang enak?! Cewe cewe gila itu bikin kepalaku pusing!"
"Yaa benar sih. Jadi sekarang gimana?" tanya Kumon.
2 hari setelah kejadian itu, Kumon menemukan kami di kelas kosong yang ternyata kelasnya. Sejak saat itu kami saling diam-diaman sampai membuat Kumon memaksaku untuk cerita. Akhirnya aku ceritakan semuanya tentang kejadian di Bunkasai. Saat ini kamu berada di atap, melihat langit. Sebelah alisku terangkat, menatap Kumon heran.
"Kalian mau kayak gini terus?"
"Gak mau"
"Terus maumu apa?"
"Hmm....aku gak tau gimana cara nyatainnya"
"Oh ayolah Azami, kau sendiri aja masih malu malu soal skinship dan sekarang bingung bertindak? Kalo suka tinggal bilang aja"
"T-tapi kan harus ketemu orang tua dulu, lalu bicarain pernikahan, terus...."
"Azami ini bodoh atau gimana? Trus apa yg kau lakukan selama ini ke Noir-chan, memegang tangannya, marah, gak ingin dia milik orang lain. Kalo gak nyatain sekarang, bisa-bisa kurebut Noir-chan darimu lho~"
"Oi, bilang sekali lagi kuhajar lu!"
"nah, mulai lagi. Kau posesif banget soal Noir-chan." aku terdiam, menundukkan kepala sambil memikirkan ucapanku.
Selama ini aku menganggap Noir sebagai teman, semakin lama semakin ingin tau semua tentangnya. Bagiku...Noir spesial. Tapi aku tidak tau perasaan ini sampai Kumon memberitahuku.
Aku benci mengakuinya. Tapi aku jatuh cinta pada Noir.
Kutekuk lututku, menyembunyikan wajah yang memerah dengan memeluk lutut sendiri. Serius, cuma 2 kata saja membuatku gak karuan.
"Aku harus gimana...."
"Mudah aja, nyatakan perasaanmu"
"Memangnya mudah? Kau sendiri gak ngerasain"
"Maa...iya sih....cuma tau dr Muku." Kumon berpikir sambil melihat kontes di lapangan. Tiba-tiba dapat ide.
"Aku tau!" kutolehkan kepala, meliriknya yang tersenyum. Penasaran dengan idenya dan berharap gak aneh.
*** OMAKE ***
3rd Pov
Acara puncak yang dinantikan semua orang telah dimulai. Semua peserta baik cewe maupun cowo memasuki panggung satu persatu. Noir yang berada di urutan terakhir ikut deg-degan, tetapi bukan karena kontesnya. Tapi mengenai ucapan Azami.
[Flashback]
Azami sibuk makeup kan Noir, mereka sama-sama diam. Noir ingin bicara mengenai kemaren tetapi ia tidak bisa. Ada perasaan takut untuk mengunggapkannya. Tiba-tiba Azami berbisik ditelinga Noir, mengagetkannya.
"Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu sehabis kontes ini."
[Flashback End]
Setelah itu Noir bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan Azami, karena pikirannya kemana-mana sehingga Noir tidak fokus. Ia melihat hanya dirinya yang tersisa. Ya ampun, kenapa dia tidak sadar?! Segera Noir memasuki panggung. Sang host mempersilahkan para prince untuk naik keatas panggung. Noir masih tidak fokus, dia jadi takut jika Azami memintanya untuk menjauh. Kalau begitu untuk apa pertemanan mereka selama ini? Apakah akan berakhir....
"Baiklah, semua princess yang cantik dan Prince yang keren udah berkumpul. Apakah salah satu dari prince yang disini ingin memberikan kata-katanya mengenai para princess atau semua penonton?" tanya si host, semua prince melirik satu sama lain, sampai tiba-tiba salah satunya mengangkat tangan.
"Ohooo, ternyata ada juga prince yang berani mengucapkan satu atau dua kata untuk kita semua. Baiklah, waktu dan tempat dipersilahkan~" sang host memuji keberanian sekaligus memberikan mic kepada sang calon pangeran. Dia menghampiri salah satu princess sehingga Noir tak menyadari bahwa DIA sendiri yang di hampiri.
"Hari ini kamu cantik...Noir-chan"
DEG
Noir mendengar suara ini, suara yang sangat familiar. Suara yang dikenalnya berada di depannya, membuatnya terkejut.
Jangan-jangan?!
Noir memberanikan diri untuk melihat siapa orang itu. Ia melihat seorang pemuda bersurai hitam dan bermata hijau yang sangat dikenal sedang memegang mic.
"Pertama kalinya bertemu denganmu, aku selalu penasaran. Siapakah kamu, mengapa berbeda dengan lainnya, kenapa kamu begitu canggung. Namun sekarang... Rasa penasaran itu berubah menjadi cinta."
"Noir-chan, aku menyukaimu. Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku?"
Noir menutup mulutnya, matanya mulai memanas disertai wajah. Di depan semua orang disini, Azami mengungkapkan perasaannya. Ingin sekali memeluknya dan melepas rindu karena sudah diam-diaman, tapi mereka sedang diluar. Semua penonton termasuk para peserta dan Host terkaget-kaget mendengar pernyataan cinta dadakan.
"Wah wah apa ini? Pernyataan cinta didepan umum, sangat hebat~ Jadi bagaimana jawabanmu, Noir-chan?" tanya sang host.
Noir mengangguk sebagai tanda mau dan semuanya bersorak. Azami terkejut mendengar jawabannya.
"Aku mau, Azami-kun" balas Noir yang membuat Azami punya pikiran ingin memeluk gadis didepannya ini saking senangnya. Azami menyunggingkan senyum, ia berlutut dan memberinya ciuman dipunggung tangan sebelah kanan. Semuanya penonton bersorak-sorak, para fans Azami berasa mendapat damage besar.
Hari terakhir bunkasai, Azami mendapat jawaban.
*** OWARI ***
Awww imut vanget, Hana yang ngetik dibuat senyam-senyum saking uwunya.
Btw, yahoo minna~ Hari ini Hana buat ini cerita dalam sehari lho. Gimana menurut kalian?
Dan buat Nitto_yey jangan koid duluan ya~ dan dan maaf banget kalo kurang fluff atau romance.
Oke itu saja~ Next, nantikan request Rurikawa Yuki~
*** Extra Story ***
Akhirnya acara bunkasai telah berakhir, semua murid saat ini berada di lapangan untuk menikmati api unggun sebagai akhir dari perayaan bunkasai. Dibantu para osis dan siswa tentunya, membuat api yang besar ditengah lapangan. Acara paling terakhir adalah berdansa sambil mengelilingi api unggun. Banyak pasangan yang berdansa kecuali untuk pasangan baru yang lagi diam-diamnya duduk diatas rumput.
Yaa tentu saja Azami dan Noir. Sehabis kontes tadi dua-duanya merasa malu terutapa Azami yang ingin sekali keluar mengubur diri saking malunya. Tetapi Azami tidak menyesal telah menyatakannya, tak peduli harus memutuskan urat malunya demi menyatakan semuanya. Tak peduli jawaban Noir kedepan, akhirnya Azami bisa bernafas lega. Begitupun Noir yang merasa dirinya adalah cewe paling bahagia.
Tiba-tiba Azami bangkit, ia menghadap Noir dan mengulurkan tangan.
"Mungkin kau bosan jadi....maukah berdansa denganku? Ah tapi gak kupaksa, kalo gak mau gapapa" ucap Azami yang setengah ajakan setengahnya canggung. Lihat saja semburat merah diwajah dan matanya yang tidak melirik si gadis. Noir mengerjapkan mata lalu terkekeh.
"Baiklah" Noir menerima uluran tangan Azami, membuat mereka berdua sama-sama tersenyum. Azami membawa Noir mendekati api unggun dan mereka berdansa.
Sementara itu, dari jauh. Kumon melihat mereka didekat pohon, merasa puas melihat kedua pasangan itu.
"Wah wah, lihatlah pasangan baru jadian itu. Akhirnya si Azami peka juga." Banri bersiul
"Sou ssu nee~ Akhirnya Banchan udah gede ssu!" Taichi menghapus air mata sendiri seolah sedang terharu padahal ia gak nangis.
"Bagus Bon, akhirnya kau menunjukkan kebolehanmu" Sakyo melipat tangan.
"Fufufu, kedua insan telah dipertemukan dalam benang cinta ya~ foto yang banyak, Omi" Azuma yang duduk disamping Omi.
"Kalem, sudah dapat fotonya. Bagus buat kenangan" Omi yang memfoto momen mereka.
Selain itu, di tempat lainnya...
"Uwaah, banyak sankaku~"
"Yabee, bunkasainya maji kakkeee. Update status ah~"
"Chotto, ngapain liat pohon kayak gitu? Nunggu duit jatuh, memang ya useless"
"Urusee! Bonsai disini sangat keren dan aku perlu melihatnya lebih dekat."
"Kuchan dimana ya? Ayo cari di lapangan!"
"uuh, gak mau kesini....gak ada kantoku....."
"Mou Masumi-kun, gak boleh gitu lho! Kita udah capek capek kesini"
"Hee, stan makanannya banyak juga"
"Kuberitahu, stan bunka gak sedia makanan pedas, senpai"
"Tau, udah siap sedia cabebon"
"Keren dayo~ baru permata kali kesana dayo!"
"yang benar pertama kali kesini."
"Api unggun kah.... Jadi ingat masa lalu ya Tasuku. Saat itu kelas kita sukses besar."
"Ya, ingat masa lalu. Saat itu drama kelas kita jadi populer."
"MARVELOUSS, Sangat cocok untuk menulis puisi--"
"Arisu berisik, jadi keganggu makan marsmallo"
"Bunkasai kah. Aku belum pernah merasakannya"
"Iyakah? Kalo gitu nikmatilah, Guy-san."
"Akan kulakukan."
Secara kebetulan semua aktor MANKAI berada di Bunkasai Tsukushi High.
*** Extra Story End ***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro