Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Belas

Vicente Rodriguez, penguasa Distrik Lima Belas, memiliki sebuah bangunan semi kastil berukuran besar yang dapat menampung keluarga dan beberapa puluh pelayan beserta prajurit. Bangunan yang mereka datangi saat ini terbuat dari batu yang diambil dari gunung Helena, Ibukota Ethereal, daerah tempat Aire, Dean, Lala dan Melody berasal. Batuan dari gunung api yang paling terkenal pada masanya itu adalah batu yang kualitasnya paling bagus. Meski begitu, banyak juga yang menggunakan batuan yang terbawa arus sungai Cabalerro, sebuah sungai di dekat gunung yang menjadi pelintasan lava kala gunung Helena meletus. Kualitasnya tidak kalah dengan batuan yang diambil langsung dari gunung, meski orang-orang yang berkuasa lebih suka mendapatkan bahan untuk pembuatan rumah atau kastil mereka dari sumbernya.

Pria gemuk dengan perut buncit itu kemudian menjadi orang pertama yang menyambut Aire ketika putra Mahkota Ethereal itu menjejakkan kaki ke tanah. Tidak lama setelah Aire turun, dari bagian depan kereta, Dean, Lala dan Melody keluar. Kedatangan para tamu dari ibu kota itu segera saja menarik minat banyak orang, terutama anggota keluarga Vicente Rodriguez yang sepertinya sengaja tidak tidur demi menunggu kedatangan tamu agung.

"Yang Mulia, Aire Ash. Sungguh kejutan yang luar biasa, kami amat tersanjung anda memutuskan untuk mampir."

Aire terlihat amat tenang dan berwibawa saat berdiri di hadapan Vicente Rodriguez yang jauh lebih tua dan dewasa. Aura seorang bangsawan dan putra makhkota tampaknya membuat dirinya terlihat sangat menonjol dibandingkan yang lain, bahkan dengan Dean yang memiliki postur tubuh sama dengannya, tinggi dan jangkung. Meski kini keduanya tidak mengenakan pakaian kebangsawanan, dengan jubah kebesaran serta perhiasan, tetap saja, Aire terlihat sangat berbeda dibanding manusia kebanyakan.

Hal yang baru disadari Adjani saat ia mengamati pria itu dari kejauhan. Gadis berwajah cacat dan tubuh penuh luka itu tidak berani mendekati rombongan bangsawan dan keluarga yang menerima mereka. Adjani memilih menjauh dan mengamati dari belakang kuda berwarna putih dengan bulu ekor berkibar anggun. Bahkan saat sais menyuruhnya untuk bergabung, ia hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

Adjani malah memutuskan untuk bermalam di semak-semak yang ia lihat berada tidak jauh dari kastil demi melindungi perasaan empat orang dermawan yang telah sudi membawanya ke Suaka. Dia tidak akan tega membuat Aire, Lala atau Melody, serta Dean sekali pun kena hujat akibat membawa mahluk kurus, bau dan mengerikan seperti dirinya. Lagipula dia tahu apa yang akan terjadi saat anggota keluarga Vicente Rodriguez melihat dirinya secara langsung. Mereka akan menghina dan bukan tidak mungkin melempar batu jika mau.

Dia hapal semua kelakuan orang asing yang terlalu terkejut saat melihat wajahnya. Keluarga Rodriguez hanyalah salah satu calon yang akan melakukan hal sama jika ia memutuskan untuk tetap tinggal, lagipula...

"Adjani, kamu mau ke mana?" Suara Aire yang terdengar begitu dekat membuat Adjani yang telah berjalan sekitar lima belas meter dari kereta kuda, menghentikan langkah. Ketika menoleh, pangeran tampan itu sudah berada di hadapannya , tersenyum sambil mengulurkan tangan, membuat Adjani yang sedang memeluk Shield menatapnya bingung.

"Tu..tuan? Kenapa anda ke sini? Bukankah semua orang sudah diminta untuk masuk?" Adjani bertanya dengan gugup. Ia bahkan menyembunyikan tangannya sendiri di balik tubuh Shield yang kelihatan sekali tidak tertarik dengan urusan dua orang manusia yang penampilannya amat bertolak belakang itu. Ia memilih memejamkan mata saat mendengar Adjani lagi-lagi menolak ajakan Aire.

"Mengajakmu masuk, tentu saja. Bukankah agak jika ada satu orang anggota rombongan yang memilih untuk kabur sementara tuan rumah sudah menunggu bahkan mempersiapkan semua yang terbaik untuk tamunya?"

Rambut pendek Adjani yang mulai menutupi luka keropeng di lehernya bergoyang ke kiri dan kanan saat ia menggelengkan kepala, coba menolak kalimat yang Aire utarakan. Siapa memangnya dia hingga disambut sedemikian rupa? Keluarga itu menyambut Aire dan rombongan, kan? Bukan dirinya yang sebenarnya adalah penyusup yang tidak diundang.

"Jangan Tuan. Biar saya dan Shield di sini saja. Tidak enak mengganggu kalian, lagipula orang-orang biasanya akan jijik kalau ada saya dekat mereka. Jangan ambil risiko mempermalukan diri anda juga teman-teman yang lain."

Adjani merasa sebanyak apapun ia mencoba untuk membuat dirinya jelek dan buruk di mata Aire, pria tampan itu selalu membalasnya dengan senyum dan tatapan yang ramah seolah dia adalah manusia setara, sebanding dengan manusia lain yang hidup dan bernapas di permukaan planet ini. Sesuatu yang membuat Adjani sebenarnya ingin menangis karena merasa amat terharu tapi ia berusaha menahan perasaan dan bersikap biasa, termasuk menahan nyeri-nyeri di sudut hati ketika Aire, sama ramah seperti sebelum ini, dengan tetap mengulurkan tangan agar Adjani mau menerima, bicara kepadanya, "Salah satu putri Vicente Rodriguez, Edymar adalah tabib terkenal. Dia juga seorang wanita, jadi kamu tidak perlu malu jika nanti dia memeriksa. Satu alasan aku berkunjung ke tempat ini adalah agar luka-luka di tubuhmu dapat ditangani."

Dia mesti menggigit bagian dalam bibir agar air mata tidak jatuh. Apakah pria itu belum mendapatkan pengaruh seperti orang-orang yang terlalu lama berdekatan dengannya? Kenapa Aire tidak jijik kepadanya, seperti Dean, misalnya? Tapi ia juga merasa aneh, Melody dan Lala juga tidak ikut terpengaruh. Ada apakah gerangan sehingga mereka bersikap biasa saja kepadanya?

"Ayo, Djani. Sudah lewat tengah malam, mereka juga harus beristirahat. Jangan membuang-buang waktu. Tabib sudah menunggu dan setelah semuanya selesai, kamu akan tidur di salah satu kamar yang telah mereka sediakan."

Lagi, Adjani membalas Aire dengan gelengan. Kebaikan pria itu sudah terlalu berlebihan. Dia tidak pernah mempermasalahkan tidur beralas tanah, memandangi langit malam dengan mata telanjang, dia bukan penakut dan dia bisa...

Aww...

Efek setrum yang berasal dari genggaman tangan Aire di jemarinya membuat Adjani sadar, pria itu tidak mau membiarkan gadis itu lama-lama melamun dan merenung. Inisiatif putra mahkota Ethereal itu membuat Adjani sedikit mengerenyit namun kemudian mulai merasa terbiasa pada sengatan yang muncul ketika permukaan kulit mereka beradu. Entah kenapa bisa seperti itu, walau terasa tidak nyaman, ia membiarkan saja sang pangeran membawanya mendekat ke arah keluarga Vicente Rodriguez yang masih menunggu di depan undakan batu depan pintu kastil.

"Ini dia, adik angkat yang aku ceritakan." Suara Aire penuh semangat terdengar saat matanya bertemu kembali dengan tuan rumah. Tanpa melepaskan tautan tangan yang membuat Dean mengerenyitkan alis tanda tidak setuju, Aire memperkenalkan Adjani pada Rodriguez sekeluarga. Adjani dapat mendengar suara beberapa orang wanita terkesiap saat ia mendongak, karena itu, cepat-cepat ia menunduk setelah matanya berpandangan dengan Vicente Rodriguez. Ia takut, seperti para wanita, pemimpin Distrik Lima Belas itu akan menendangnya keluar dari gerbang.

Seharusnya tadi dia memutuskan untuk berlari saja daripada ikut berdiri di tempat ini.

Suara cicit terdengar dan Adjani kemudian sadar, Shield tak lagi memejamkan mata. Ferret berwarna seputih salju itu bahkan sedang dalam posisi waspada ketika Vicente mendekat dan menatap mata Adjani dalam-dalam. Butuh beberapa detik bagi pria berusia lewat setengah abad itu untuk memperhatikannya dari kepala hingga ujung kaki lalu berlutut pada gadis itu dengan tubuh gemetar.

"Oh, Tuanku. Ampuni aku tidak mengenalimu..."

Lalu dia berbisik pada keluarganya, dengan kata yang tidak dimengerti oleh lima orang manusia yang masih berdiri kebingungan, terutama setelah seluruh anggota keluarga Rodriguez ikut berlutut seolah memohon pengampunan.

"Anjana... Ramidreju..."

"Dia ngomong apa, sih?" Lala berbisik kebingungan sambil menyikut rusuk Dean yang membalas dengan cengiran sambil meringis sementara Aire menoleh heran pada Shield yang melompati tubuh Vicente lalu melakukan gerakan aneh yang ia yakin, seperti memerintahkan pria itu untuk bangkit, sekaligus menyuruh keluarganya turut serta yang herannya segera dituruti oleh mereka tanpa banyak bicara. Lalu seolah tidak terjadi apapun, pria itu kemudian meminta Aire membawa rombongannya masuk kastil dan menolak membahas apa yang telah terjadi hingga bayangan semua orang menghilang di balik lorong temaran yang akan membawa mereka semua ke ruang tengah rumah keluarga Rodriguez.

Kecuali Adjani dan Shield yang tertinggal di belakang, tanpa ada yang curiga dengan keberadaan mereka di sana.

"Apa itu Anjana dan Ra...Ramidreju?" Adjani menginterogasi Shield yang tanpa sepengetahuan manusia lain, mulai berjalan dengan dua kaki. Ferret mungil itu menoleh sebentar ke arah lorong, sebelum memutuskan untuk menjawab.

"Itu mitos, keturunan mereka percaya legenda kuno seperti itu. Kau lihat wajah mereka, Nona, pucat pasi seperti mayat. Entah dari mana Vicente Rodriguez bisa mengenalimu, tapi kalau sampai Tuan Ash tahu, kita bisa ditendang dari rombongan. Makanya tadi, kuhipnotis saja pria gendut itu daripada dia bikin masalah."

"Ngomong dengan benar, Shield. Aku tidak mengerti." Adjani menghentakkan kaki. Selalu sikap ferret itu seolah Adjani adalah jenius hebat yang tahu segalanya. Dia bahkan baru mendengar Anjana dan Ramidreju itu. Kelewatan sekali, kan?

"Intinya, " Shield mulai bicara saat Adjani kelihatan merajuk dan menolak masuk. Ia lalu buka suara dan mulai menceritakan tentang dua mahluk yang disebutkan oleh Vicente Rodriguez, "Anjana itu seperti peri, malaikat penolong yang pernah menghancurkan penyihir jahat, sementara Ramidreju itu, bagian mitologi juga, yang digambarkan dengan sosok musang, jadi..."

Shield belum menyelesaikan ucapannya tapi kalimat barusan sudah berhasil menciptakan kengerian di wajah Adjani. Ia langsung terduduk dan mencengkeram tubuh ferret kesayangannya sambil mendesis ketakutan, "Pak tua itu tidak sedang ngomongin kita, kan?"

Dengan matanya yang sejernih kaca, lalu moncong merah jambu yang berkedut-kedut saat ia membuka mulut, Shield bahkan tidak menyalahkan ucapan nona-nya sama sekali.

"Well, kurasa dia orang ke sekian yang menyadari kalau kau adalah Lima Berlian, Nona. Jadi jangan jauh-jauh dari Tuan Aire, siapa tahu, setelah ini, rombongan yang lain akan datang menyerbu karena mereka mencium baumu yang sebenarnya."

Shield yang sebelum ini berada dalam rengkuhan tangan Adjani mendadak jatuh karena pegangan tangan gadis itu terlepas. Ia terlihat ketakutan bahkan sesekali tubuhnya bergidik.

"Yang benar saja, Shield." Ia meringis menahan air mata dan dibalas ferret itu dengan anggukan, "Kubilang juga apa, jangan mandi selamanya dan kau pura-pura tuli, Nona."

****

Ferret Jorse.

Haaaiii kangen ga?

Penasaran sama cerita mereka?

Anjana sama Ramidreju ada dalam mitologi spanyol ya. Vicente Rodriguez dan keluarga adalah keturunan spanyol. Tapi sejak awal, tokoh2 di sini berbau Spanyol, ada Jannaero, sirkus barbarian, yang dalam versi inggris mamak buat jadi Cirque de Barbarian. Versi inggris udah siap up, rencana biar bisa di baca orang bule..wkwk. tapi kok ga pede ya?

Ini source tentang Anjana (dibaca an'xana) dan Ramidreju (rami:drehu). Alasan lain kenapa agak lambat apdetnya, wkwkw.. kudu set riset dulu.


Kalian suka ceritanya? Gak sekeren harpot atau narnia yes, apalagi LOTR, wkwkw. Tapi seneng banget ada yang mampir.

Makasih vote dan komennya, kita lanjut lagi ga?

💋💋💋💋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro