Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Korban Kedua

WARNING!!!

Chapter kali ini mengandung gore. Bagi yang tidak menyukai gore diharapkan tidak memaksakan diri. Tapi, bagi para penyuka gore, saya minta maaf kalau scene-nya kurang nge-feel. Aku kurang jago bikin gore-gore-an. Tapi dipaksain demi mendukung judul :')

Happy Reading!!

Pada hari itu, aku mendapatkan tugas dari Miss Carline untuk mengamati binatang terkecil yang ada disekitar rumah. Di rumahku, ada sebuah taman bunga. Oleh karena itu, di tamanku banyak kupu-kupu. Tapiii, objek pengamatanku bukan kupu-kupu. Lalu apa? Semut? Yaa.. bisa jadi. Tapi sepertinya kalau kumbang akan lebih bagus.

Fix! Aku akan mengamati kumbang dan semut! Tapi, aku tidak mempunyai kaca pembesar. Oke, mudah saja. Kita akan membelinya. Toko peralatan yang menjual kaca pembesar yang ada di sekitar sini.. berada di... Ah! Jalan mawar nomor 35! Tunggu. Nomor berapa? 35? Itu berarti selisih 3 angka dengan rumah kak Aster. Ahh!!! Sudahlah! Tugasku lebih penting daripada ketakutanku!

Akhirnya aku pergi ke toko itu. Pada saat sudah dekat, aku mempercepat jalanku. Ketika sampai didepan rumah kak Aster, aku kaget. Aku melihat 3 lelaki dewasa yang tampangnya seperti preman sedang berdiri didepan pintu rumah kak Aster sambil menggedor-gedor rumahnya.

Tunggu. Apa? Menggedor-gedor? Lalu, waktu itu? Kita masuk dengan mudahnya. S-sebenarnya ada apa ini? Karena aku semakin takut, aku langsung pergi ke toko itu.

Aku langsung membeli kaca pembesar itu. Dan tiba-tiba saja aku ingat. Aku menginginkan teropong sejak lama. Aku pun menanyakan apakah ditoko itu menjual teropong. Dan penjaga toko itu mengatakan "iya" lalu penjaga toko itu memberikan sebuah teropong kepadaku. Harganya cukup murah. Jadi aku membelinya. Aku pun kembali berjalan. Dan entah kenapa aku selalu terhenti di depan rumah kak Aster.

3 preman itu sepertinya sudah pergi. Lalu.. kenapa.. aku merasa seperti sedang diawasi? Aku pun menengok ke semua arah. Tapi aku tidak menemukan siapapun. Aku melihat ke arah jendela kamar kak Aster. Aku sangat terkejut dengan apa yang aku lihat. Karena aku pikir aku salah lihat, aku memberanikan diri menggunakan teropong untuk melihat ke arah jendela. Dan ternyata, aku tidak salah lihat. Yang aku lihat adalah..................................
Kak Aster! Aku sangat kaget melihatnya.

Bukankah.. Kak Aster sudah meninggal? Lalu itu siapa? Tunggu. Aku ingat. Kalau tidak salah, ada mitos yang mengatakan bahwa biasanya arwah yang belum tenang akan menunjukkan cara ia mati sebelumnya. Mungkinkah ini.. saat-saat dimana Kak Aster dibunuh? Aku melihatnya ia sedang berbicara dengan seseorang.

Seseorang itu berjubah hitam. Wajahnya tidak terlihat. Setelah aku perhatikan, Kak Aster sedang memegang bunga mawar. Dan jika diperhatikan lebih teliti, tangan kak Aster berdarah.

Tidak salah lagi. Pasti ini adalah saat-saat dimana kak Aster dibunuh. Tidak lama kemudian kak Aster nampak tidak sadarkan diri. Pembunuhan ini benar benar sadis. Benar benar tidak manusiawi. Lah? Mana ada pembunuh yang manusiawi? Maaf saya lupa. Tapi, sepertinya pembunuh ini bukanlah manusia.

Pembunuh itu mengikat Kak Aster di kursi. Lalu ia tampak menyuntikkan sesuatu kepada kak Aster. Lalu, kak Aster ditusuk-tusuk berulang kali. Daerah yang ditusuk bermacam macam. Perut, dada (jantung), tangan, kaki, dan kepala. Lalu ia menguliti kak Aster. Ia menguliti bagian tangan dan kaki. Bagian wajah, hanya diberi goresan goresan 'pemanis' baginya. Lalu, bagian mata ia tusuk lalu mata tersebut ditarik keluar oleh pembunuh itu. Rambutnya dipotong tidak beraturan.

Entah kenapa, walau itu hanya rekaman sebelum kematian kak Aster, tercium bau darah yang sangat menyengat. Bahkan aku tak tahan dengan bau tersebut. Tapi warga sekitar situ bersikap biasa walau terlihat mereka langsung masuk kerumah masing-masing. Seakan akan mereka sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.

Aku pun langsung berlari ke rumah karena sudah tidak tahan dengan bau tersebut.

☆☆☆☆☆

Hari ini, aku kembali ke sekolah. Tak seperti biasanya, kelas sangat sepi. Hanya ada aku dan para sahabatku.

Aku bertanya, "Ada apa ini? Kenapa sepi sekali? Apa kita salah hari? Apa hari ini libur?"

"Tidak. Semua murid sedang berkumpul di halaman belakang sekolah. Karena sangat luas, jadi mereka nge-gosip." Kata Anastasia.

"Tumben kompak. Emang nge-gosip apaan sih?" Kataku penasaran. Karena biasanya tidak seperti ini. Suasana pun hening selama beberapa detik.

Sherly menjawab dengan pelan. Hampir berbisik namun masih bisa didengar. "Korban kedua." Ucapnya singkat tapi mampu membuatku kaget. Aku tidak menyangka secepat ini.

"A-apa? Kali ini siapa? Dari kelas berapa?" Kataku untuk menghapus rasa penasaranku.

"Kali ini kak Irma. Dari kelas 9D." Kata Echa berlagak serius.

"Maaf ya nov. Kamu baru tau. Tapi, aku udah nelfon kamu kok! Kamu aja yang gak ngangkat telfon aku!" Kata Sherly. Aku pun segera mengambil handphoneku di tas. Aku segera menghidupkan hp ku yang semalam dimatikan karena sedang dicas. Oh! Ternyata benar! Sherly menelfonku sampai 10 kali! Aduuuh.. maaf ya Sherly.. aku semalem lagi ngecas hp ku. Huhu..

"Menurutku, korban yang diincar adalah perempuan, cantik, pintar, dan rumahnya memiliki taman bunga." Kata Anastasia mode serius.

"Loh? Memangnya rumah kak Irma ada tamannya? Terus, kemaren rumahnya kak Aster ada taman bunganya?" Kata Sherly.

"Ada! Makanya perhatiin sekelilingmu dong! Ngelamun mulu sih!" Kata Anastasia.

"Iya.. maaf-maaf.. Tapi, kalau aku lihat di film-film, setiap korban akan menunjukkan nama pembunuhnya." Kata Sherly.

"Ah, kamu ini! Gak bisa serius apa?! Itukan film! Bukan realita!" Kata Echa yang mulai kesal.

"Tapi kan bisa jadi tau!!" Kata Sherly mulai terpancing emosi.

"Eh udah udah! Gak usah ribut! Kalo Sherly bener, berarti nama pembunuh itu berawalan A-I." Anastasia melerai.

"Gimana kalo kita pergi ke rumah Irma? Jangan bilang ya, kalian takut! Alasannya udah basi!" Kataku mengusulkan.

"Enggak! Kita gak takut!" Kata Anastasia, Echa, dan Sherly serempak.

"Ok. Berarti nanti kita kumpul di rumah Sherly ya! Jam 14.00." Kataku.

☆☆☆☆☆

Jam sudah menunjukkan pukul 14:15. Kami pun sudah berangkat untuk pergi menyelidiki kasus ini di TKP kedua. Yaitu rumah Kak Irma.

"Jadi, rumahnya ada dimana cha?" Kata Sherly.

"Jalan Mawar nomor 56."

"Eh, lihat! Itu tuh! Yang depan rumahnya ada taman bunga mawar. Itu nomor 56 kan?" Kata ku menunjuk rumah itu.

"Eh? Iya ya. Ya udah, let's go kesana!" Kata Anastasia.

Kami mengetuk pintu tersebut sambil mengucapkan salam. Tapi tidak ada yang menjawabnya. Tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya. Kami tidak melihat ada orang yang membukakannya. Kami hanya menelan ludah dan berkata "Pe-permisi! Kami masuk ya!"

Baru saja masuk dan sampai di ruang tengah, kami sudah bisa melihat kamar Kak Irma. Kami pun berjalan mendekatinya. Tinggal 5 langkah lagi menuju kamar itu, kami mendengar suara langkah kaki dari tangga. Langkah kaki itu terdengar jelas karena tangga dan lantai terbuat dari kayu. Dan kayu di tangga sudah mulai lapuk. Kami melanjutkan langkah kami. Kami membuka pintu kamar itu.

Kamar tersebut berantakan. Kami juga menemukan surat-surat beserta 1 tangkai bunga mawar berduri. Isinya sama dengan surat kak Aster. Anastasia mencari-cari benda yang mungkin akan berguna dalam penyelidikannya kali ini.

Anastasia naik ke atas tempat tidur dan mulai mencari-cari benda incarannya. Echa duduk di tepi tempat tidur. Tiba-tiba kaki Echa ditarik dari kolong tempat tidur.

Spontan, ia berteriak. Tiba-tiba udara dingin yang tak wajar itu kembali lewat. Hal itu membuat bulu kuduk kami berdiri. Tiba-tiba pintu yang tadi terbuka, menjadi tertutup sendirinya. Anastasia membantu menarik Echa. Sherly dan aku mendobrak pintunya. Tiba-tiba ada bau darah yang sangat menyengat dan tulisan "Dasar tidak sopan! Beraninya kau masuk lalu mengacak-acak kamarku!!"

Akhirnya pintu terbuka setelah kami berempat bekerja sama untuk mendobrak pintunya. Kami pun langsung lari keluar dari sana. Di ruang tamu, tanpa sengaja aku melihat sesosok perempuan cantik yang tidak lain adalah Kak Irma.

Kami terus berlari. Aku berkata dalam hati "Ini buruk! Ini buruk! Ini buruk!" Kami terus berlari hingga sampai ke tempat yang agak ramai. Yaitu sekumpulan ibu-ibu yang sedang membeli sayur.

Kami mengambil nafas sejenak. Lalu aku bertanya kepada salah satu ibu-ibu yang sedang asyik memilih sayur sambil menggosip.

"Permisi. Maaf bu, bolehkah saya bertanya?"

"Boleh. Mau tanya apa dek?"

"Dulu, ketika aku pergi ke toko peralatan untuk membeli bahan tugas, aku mencium aroma darah yang sangat menyengat. Namun, orang-orang sekitar dengan wajah datar langsung memasuki rumahnya seakan akan berkata 'Ah, ini lagi. Aroma ini sudah biasa.' Itu kenapa ya bu?"

"Ah. Begini. Apa kamu tau alasan kenapa jalan ini diberi nama jalan mawar?"

"Tidak."

"Kisahnya, sekitar 20 tahun yang lalu terjadi insiden. Dulu, di dekat sini ada hutan dan pabrik. Di dekat pabrik tersebut, terdapat sebuah rumah. Di rumah itu, tinggal ayah, ibu, dan 2 orang anak. Sang kakak yang laki-laki, bernama...  ah! Ibu tidak ingat namanya. Lalu sang adik yang perempuan, bernama Lidya Fransesca. Ayah dari kedua anak itu suka berkebun. Jadi, disamping rumah dibuat taman bunga. Dua pertiga kebun itu adalah bunga mawar. Suatu hari, sang kakak pergi berkemah dihutan karena acara sekolahnya. Sedangkan anggota keluarga lain di rumah. Perkemahan itu berlangsung selama 3 hari. Di hari pertama, keluarga tersebut di teror. Malam harinya, mereka mendapat surat ancaman. Jika semua hutang yang dimiliki oleh keluarga itu tidak segera dilunasi, maka mereka akan dibunuh. Tetapi keluarga itu tidak mempercayainya. Akhirnya di hari ketiga, mereka dibunuh. Siangnya, sang kakak datang baru selesai dari acara perkemahan. Dia melihat semua daerah rumah berserakan oleh bunga mawar. Anak itu pun berlari masuk ke rumahnya. Dia menangis hingga terisak karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Oh, iya. Ibu ingat nama anak itu. Nama anak itu Andhika. Tapi, beberapa hari kemudian anak itu mengganti namanya. Dan sejak itulah banyak pembunuhan yang ditandai bunga mawar. Itulah sebabnya jalan ini disebut jalan mawar. 5 tahun kemudian, pembunuhan berhenti. Namun, akhir akhir ini pembunuhan itu kembali terjadi."

"Kalau boleh tahu, nama pengganti Andhika itu apa?"

"Hmm.. entahlah. Ibu tidak ingat. Itu sudah lama sekali. Tapi kalau tidak salah masih berawalan huruf A."

"Terima kasih banyak bu." Ucap kami bersamaan karena telah mendapat info yang lumayan bagus.

"Sama-sama."

Holaaa!!! Ketemu lagi ama author yang update nya sekarepnya wae. Chapter kali ini panjang? Iya. Mungkin panjang. Soalnya udah 1627 kata. Jangan lupa vote and comment ya!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro