Flashback
Disini ku throwback balik bagaimana Yaya membuat pengakuan cintanya pada Boboiboy. Tunggu kelanjutan selanjutnya.
YAYA POV
Kurapatkan kembali tudung mantel tebal yang menyelimuti tubuh ini seraya melangkah di sisi kiri jalanan. Ikut tenggelam bersamamu di tengah lautan manusia. Pagi, siang, sore serta malam seolah tak menemui kata istirahat.
Lagi- lagi hari ini aku ada di belakangmu, hanya menatap punggungmu dan akan berputar membelakangimu ketika kau berbalik. Sialnya, mengapa kau harus menemukan pandanganku? Memenjarakan fokusku ke dalam bola mata cokelatmu. Meski kutahu kau telah memilih menjaga tatapan itu agar tetap biasa —tidak terlalu dalam kepadaku.
“Boboiboy – ya!” sapamu seraya melambaikan tanganmu ke udara. Tak lupa kau menyunggingkan sebuah senyuman manis yang membuatku sedikit teriris. Kau yang tak kunjung mendapat jawabanku pun kontan bertanya, “Ada yang ingin kau katakan padaku?”
Aku baru sadar, Boboiboy . Menyadari perasaan merah muda yang bersarang dalam hatiku. Seperti seseorang yang bodoh, selama ini aku membiarkanmu terlepas bebas. Sepanjang bulan bersinar di langit malam, kala bintang-bintang menorehkan bentuk wajahmu, aku tak dapat tertidur dengan nyenyak. Kututup pun netraku masih saja melihat bayang- bayangmu.
“Apa ada yang ingin kaukatakan padaku?” tanyamu lagi.
Aku mencintaimu, Boboiboy . Bukan hanya hari ini, tiga kata delapan silabel itu kujeritkan selalu dalam hati, bahkan sampai ribuan kali dalam setiap waktu. Namun kenyataan menamparku sangat keras, kau tak dapat mendengarnya, kau tak tahu apa- apa tentangku, tentang perasaan yang tertanam dalam benakku. Dadaku perlahan sakit, mulai berlubang dan menggugurkan buliran bening yang perih dalam hati.
“Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan denganku?” kau bertanya untuk yang kesekian kalinya.
Aku sungguh mencintaimu, Boboiboy . Tapi mengapa aku mencintaimu seorang diri? Mengapa kurasakan sakit itu sendiri? Apa aku sebegitu bodohnya hingga aku masih membutuhkanmu walau kutahu hati ini akan tersakiti seperti ini?
Ingatkah saat kau berjuang dalam kesakitan, ketika kau merasa sendirian, aku ada di sisimu? Selalu ada di sampingmu, menemanimu dengan segenap jiwaku?
Kau kesal padaku yang mulai berkaca- kaca. “Kenapa kau seperti ini, huh?”
“KARENA AKU MENCINTAIMU, BOBOIBOY !” Kalimat yang telah lama tertahan akhirnya berhasil kuucapkan padamu dengan lantang. Kata yang tak dapat kumiliki seutuhnya. Semakin kugenggam dirinya, semakin cepat pula dia menghilang layaknya membawa segenggam pasir pantai dalam kuasa.
Seperti dirimu. Semakin dalam aku mencintaimu, maka semakin jauh pula sosokmu dari jangkauan kasat mataku. Meninggalkan jejak merah jambu milikmu yang masih membekas, terukir tegas dalam hatiku.
Lamat- lamat hati ini mengeluarkan bulir- bulir kaca dari rongganya. Rongga yang tercipta karena adanya sebuah luka. Sepasang mata yang menangis, dapat diseka oleh kedua tangan. Akan tetapi, bagaimana jika hati yang menangis? Bisakah kau menyekanya dengan membalas pengakuan cintaku?
“Maaf…,”
Oh tidak. Kurasa ia akan men—
“Aku sudah mencintaimu sejak dulu.”
—erimaku?
Boboiboy POV
“Aku bilang aku mencintaimu, perlukah ku ulangi itu?” ucapku sebal padanya dan dia terlihat membelalakkan matanya.
“Aku merasa marah setiap kali melihat wajahmu, tapi aku merasa lebih marah saat aku tak bisa melihatmu,” aku berseru di depan wajahnya.
YAYA POV
Apakah aku tidak salah dengar, dia juga menyukaiku? Oh Tuhan..demi apa aku sangat bahagia! Terimakasih TUHAN! Yaya terus tersenyum gembira sambil menangis dan Boboiboy terkekeh melihat kelakuan kesayangannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro